Senin, 08 Desember 2014

19. Memandang Tanda-tanda Dan Bukan Janji Allah.



Cerita di kolam Betesda dengan sempurna menggambarkan hal ini. Orang-Orang di kolam ini lupa akan kehadiran Yesus. Sebaliknya, mereka semua mencari sebuah tanda-“air yang bergoncang.”

                   “Di Yerussalem dekat Pintu Gerbang Domab ada sebuah kolam yang dalam bahasa Ibrani disebut Betesda: ada limaserambinya dan di serambi-serambi itu berbaring sejumlah besar orang sakit: orang-orang buta, orang-orang timpang dan orang-orang lumpuh menantikan goncangan air kolam itu.”
                                                                                                            Yohanes 5:2-3

                   Norma dalam pelayanan Yesus adalah menyembuhkan semua orang yang datang kepada Dia. Yang menyedihkan, dalam kasus ini, hanya ada satu orang yang memperhatikan Yesus karena matanya tertuju pada “goncangan air.” Kadang-kadang, orang-orang yang skeptis berkata, “Mengapa Anda tidak menuju ke barisan doa dan secara otomatis menyembuhkan setiap orang, atau “Mengapa Anda tidak bergerak dari tempat tidur ke tempat tidur di rumah sakit dan menyembuhkan setiap orang yang sakit?”
                   Meskipun hampir semua orang yang sakit ingin sembuh, tidak setiap orang bersedia memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan Allah.Orang yang lumpuh di kolam Betesda menatap air karena fakta bahwa tidak ada orang yang dapat menolongnya masuk ke dalam kolam.
                   Yesus bertanya, “Maukah engkau sembuh?” Dibutuhkan beberapa saat sebelum ia memberikan respon. Pelajaran yang dapat di sini adalah bila kita ingin menerima yang terbaik dari Allah, kita tidak boleh memandang “tanda-tanda” dan “manifestasi.”
                   Dalam laporan mengenai kesembuhan putra pegawai istana, Yesus berkata:
                   “Jika kamu tidak melihat tanda dan mujizat, kamu tidak percaya.”
                                                                                                            Yohanes 4:48
                  
                   Rupanya, pegawai istana itu meminta sebuah tanda, namun Yesus menolak untuk melakukan sesuatu yang spektakuler.Belakangan kita membaca bahwa kondisi putra pegawai istana itu “mulai mebaik” (Yohanes 4:52) pada saat ayahnya percayaperkataan Yesus.
                  
Kesimpulannya jelas. Pegawai istana itu berpikir bahwa ia harus menerima sebuah tanda dari Yesus supaya putranya disembuhkan, meskipun sebenarnya yang dibutuhkan hanyalah agar sang ayah percaya perkataan Yesus.
                   Namaah, Jenderal Suriah, mengharapkan kesembuhan terjadi melalui penumpangan tangan nabi Elisa (II Raja-raja 5). Namun Allah memiliki rencana yang lain bagi dia. Namaan terpaksa tidak menuruti idenya sendiri melainkan janji Allah yang spesifik.
                   Allah akan memakai perkataan pengetahuan, perkataan nubuat, penumpangan tangan atau pengurapan dengan minyak untuk menyembuhkan orang yang sakit, namun fokus kita tidak boleh tertuju pada hal-hal ini.
                   Saya mengenal orang-orang yang berulangkali duduk dalam kebaktian-kebaktian kesembuhan, menunggu perkataan pengetahuan memanggil mereka keluar dari kerumunan orang banyak.Namun setelah Firman Allah mengenai kesembuhan diajarkan, baru mereka menerima kesembuhan.
                   “Jadi iman timbul dari pendengaran dan pendengaran akan Firman Kristus.”
                                                                                                            Roma 10:17
                   Setiap karunia Roh yang menolong seorang yang sakit untuk menerima itu indah. Karunia-karunia Roh diberikan hanya untuk menegaskan apa yang telah Yesus sediakan bagi kita di Kalvari. Pandanglah terus apa yang telah ia selesaikan. Dua ribu tahun yang lalu, ia telah membayar kesembuhan kita. Itu adalah sebuah fakta yang telah selesai.Disanalahterletak dasar bagi kesembuhan kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar