Jumat, 16 April 2010

Perintah Ketujuh

Perintah Ketujuh
Oleh : Roderick C. Meredith, Living Church of God
Apakah "kecocokkan di dalam seks" adalah hal yang paling penting di dalam pernikahan? Pada zaman yang banyak dipenuhi dengan ketidakharmonisan dan kehancuran rumah tangga, serta kenakalan remaja dan ide-ide psikologi modern, banyak orang yang mengiyakan hal tersebut. Sayangnya kenyataan mengatakan hal yang berbeda. Semakin "modern" teori tentang pernikahan dilaksanakan, semakin tinggilah tingkat perceraian dan semakin rendahlah jumlah rumah tangga yang berbahagia. Adalah suatu hal yang tidak mengenakkan untuk melihat suatu kenyataan bahwa ternyata hampir separuh dari seluruh pernikahan di Amerika berakhir di pengadilan dengan perceraian. Pernikahan memang berakhir namun penderitaan, kekhawatiran dan rasa pedih tidak. Ketahuilah bahwa bagi anak-anak yang berasal dari rumah tangga yang hancur, segala tahun-tahun kehidupan mereka yang dipenuhi dengan frustasi dan kehampaan pada kenyataannya hanyalah permulaan. Sebenarnya adakah arti yang nyata dari sebuah pernikahan yang harus dipahami oleh pria dan wanita modern? Adakah hukum-hukum dan prinsip yang diberikan oleh Allah yang dapat melindungi sebuah pernikahan umat Kristen dan membuatnya bahagia serta penuh arti?
Perintah Ketujuh Dinyatakan
Allah sang Pencipta menyisihkan dua dari sepuluh perintah rohaniNya yang disebut Kesepuluh Perintah untuk melindungi hubungan yang ada di dalam sebuah rumah tangga dan keluarga. Di dalam buklet ini, kita telah mendiskusikan perintah pertama dari kedua yang disisihkan oleh Allah tersebut: "Jangan berzinah." (Keluaran 20:14). Allah yang maha kuasa memberikan perintah ini untuk melindungi kesucian dan kehormatan dari pernikahan. Dengan segera setelah perintah yang keenam yang menyatakan tentang kesucian dari kehidupan seorang manusia, Allah memberikan hukum yang ketujuh ini untuk melindungi hubungan yang paling tinggi di bumi ini. Oleh karena pernikahan dan rumah tangga adalah dasar dari masyarakat. Kata-kata dari perintah ini secara langsung melarang percabulan sebagai suatu hal yang melanggar hak-hak suci dari hubungan pernikahan. Maksud dari pada perintah ini membuat jelas suatu kenyataan bahwa seluruh tindakan yang tidak suci sebelum pernikahan adalah suatu hal yang salah dan tidak baik bagi masa depan pernikahan, sedangkan ketidaksetiaan sebelum pernikahan itu sama melanggarnya dengan perzinahan yang dilakukan setelah pernikahan. Perintah ketujuh mencakup segala bentuk kegiatan seks yang tidak baik/suci, termasuk hubungan homoseksual yang dilakukan oleh pria dengan pria dan wanita dengan wanita, suatu hal yang merupakan dosa paling besar yang ada di dunia Barat pada saat ini. Pernikahan di dalam pandangan Allah adalah suatu hal yang berharga, benar, dan suci yang tidak boleh di nodai! Sesungguhnya, pernikahan dan rumah tangga yang tidak berbahagia atau hancur yang ada di zaman ini butuh untuk memahami arti dan tujuan besar dari pernikahan di dalam rencana Allah.
Tujuan daripada Pernikahan
Adalah tidak mungkin untuk memahami arti yang benar dari pernikahan tanpa pertama kali memahami bahwa seks dan pernikahan tersebut diberikan dan disahkan oleh Allah. Dengan tidak mengikut sertakan Allah di dalam gambaran besar pernihakan, seperti yang banyak dilakukan oleh orang-orang di zaman modern ini, maka mereka sesungguhnya tanpa disadari merendahkan persatuan pernikahan dan menjadikannya seperti hubungan binatang. Perhatikan tujuan Allah di dalam menciptakan pria dan wanita! "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia." (Kejadian 2:18). Allah melihat bahwa seorang pria belumlah lengkap di dalam dirinya sendiri, dan akhirnya Ia memutuskan untuk menciptakan seorang "penolong" yang pantas bagi dirinya, seorang pribadi yang mana seorang pria dapat benar-benar berbagi kehidupannya. Jadi tujuan yang pertama dan utama dari pernikahan adalah untuk membuat pria dan wanita menjadi lengkap. Masing-masingnya tidak akan lengkap tanpa yang lainnya.
Seorang diri laki-laki tidak akan dapat memenuhi tujuan Allah yang agung akan penciptaan dirinya, ia tidak akan dapat belajar untuk mengembangkan karakter-karakter yang Allah inginkan. Oleh karenanya hendaklah kita mengingat bahwa Allah menciptakan wanita sebagai seorang "penolong" bagi pria dan, pada saat penciptaan, menunjukkan bahwa mereka harus tinggal bersama sebagai suami dan istri di dalam kesatuan daging, serta berbagi akan setiap hal di dalam kehidupan mereka, yang mana hal ini akan membuat kehidupan mereka penuh arti dan lengkap (paling tidak di dalam pengertian jasmani). Tujuan kedua dari seks dan pernikahan adalah untuk menurunkan anak-anak dan melatih mereka oleh karena Allah telah mengatakan kepada pria dan wanita "Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." (Kejadian 1:28). Dengan menurunkan anak-anak maka datanglah tanggung jawab dari melindungi dan melatih mereka. Suatu rumah tangga dan pernikahan yang stabil dan berbahagia sangatlah berhubungan dengan pemeliharaan dan pelatihan anak yang benar. Dan Allah memerintahkan: "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu." (Amsal 22:6). Ingatlah bahwa rumah tangga dan keluarga itu membentuk dasar dari suatu masyarakat yang baik! Pengembangan karakter itu sesungguhnya dipelajari di rumah, seperti kesabaran, pengertian, kebaikan, dan semua karakter yang Allah inginkan untuk ada di dalam diri kita selama-lamanya, sedangkan hubungan keluarga adalah salah satu tempat terbaik di mana karakter tersebut dapat dipelajari! Lebih baik dari tempat manapun, pengembangan dari kebaikan, rasa loyalitas dan tanggung jawab sesungguhnya dipelajari dalam rumah tangga yang berbahagia dan seimbang. Juga, untuk membuat diri kita lengkap, dengan memperanakkan dan melatih anak-anak, maka datanglah tujuan terbesar ketiga dari hubungan seks dan pernikahan. Hal tersebut tidak lain adalah untuk mengembangkan karakter diri di dalam lingkungan rumah dan hubungan keluarga. Ingatlah bahwa kerajaan dan hukum Allah tersebut di dasarkan atas kasih. Yesus mengatakan: " dalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima." (Kisah Para Rasul 20:3 5). Untuk mematuhi hukum Allah tentang pernikahan, pria dan wanita haruslah saling sungguh-sungguh memberi di dalam setiap fasa dan tahapan dari kehidupan mereka.
Hubungan Pernikahan Tersebut Menggambarkan Hubungan Antara Kristus dan JemaatNya
Oleh karena hubungan pernikahan tersebut diperintahkan dan ditahbiskan oleh Allah, maka kesatuan pernikahan tersebut adalah merupakan suatu hubungan kesatuan yang suci. Dan karena sangat sucinya hubungan ini maka Allah di dalam FirmanNya, menggunakan kesatuan pernikahan ini sebagai suatu hal (suatu model atau paralel) yang sama dengan hubungan antara Kristus dan JemaatNya! Perhatikanlah Efesus 5:22-24: "Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu". Disini Allah menunjukkan bahwa di dalam sebuah rumah tangga Kristen, seorang istri haruslah menyerahkan dirinya kepada suaminya yang berkedudukan sebagai kepala rumah tangga. Hal ini dilakukannya sama seperti ketika ia harus belajar untuk menyerahkan dirinya kepada Kristus sampai selama-lamanya! Di dalam hubungan yang suci ini, ia mempelajari suatu pelajaran yang penting dari rasa dan sikap setia yang abadi!
Kemudian para suami diberitahukan: "Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya... .Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri." (ayat 25, 28). Yesus Kristus melayani, membantu, melatih, melindungi dan bahkan akhirnya memberikan diriNya sendiri bagi JemaatNya. Jadi para suami haruslah melindungi, menyediakan, memimbing, memberi semangat, mencintai dan memberikan diri mereka kepada istri mereka! Seorang pria Kristen haruslah menjadi kepala dari rumah tangganya dan ia harus menggunakan tugas dan kedudukannya tersebut untuk melayani dan memberikan perlindungan, bimbingan, dan kebahagiaan kepada istri dan keluarganya. Allah yang maha kuasa memberikan tanggung jawab kepadanya untuk menjadi seorang kepala yang baik! Karena pelajaran dan tujuan yang besar di dalam pernikahan, Allah mengatakan: "Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging." (ayat 31). Di dalam persatuan pernikahan, pria dan wanita dibuat menjadi satu. Hubungan mereka ini menggambarkan hubungan yang abadi, saling mengasihi dan melayani sama seperti hubungan yang dimilik oleh Kristus dan JemaatNya. Oleh karenanya, tidak boleh terdapat suatu hal apapun diantara mereka.
Pelajaran pernikahan ini akan mengajarkan kepada kita kesetiaan yang abadi kepada Yesus Kristus Kepala kita! Dan oleh karenanya maka jika seseorang memisahkan diri dari pasangan yang diberikan oleh Allah kepada dirinya, hal ini memiliki pengertian suatu kegagalan untuk mempelajari pelajaran yang diinginkan oleh Allah untuk kita pelajari di dalam pernikahan. Hal tersebut adalah suatu pemberontakan kepada Allah yang maha kuasa, suatu penyangkalan terhadap kebijakanNya di dalam mensahkan persatuan pernikahan yang membuat kita menjadi "satu daging" dengan pasangan kita! Bagaimanakah kita dapat setia kepada Allah untuk selama-lamanya jika kita dengan egois menolak untuk setia kepada pasangan kita yang hanya hidup bersama kita untuk waktu yang sebentar saja? Bagaimanakah kita dapat setia kepada Allah jika kita gagal untuk mempelajari pengembangan karakter dari kesabaran, kebaikan, ketekunan, pengendalian diri, kasih dan kesetiaan di dalam persatuan pernikahan yang suci?
Apakah Yang Diajarkan Oleh Yesus Kristus
Sekarang jadilah semakin jelas mengapa Yesus Kristus mengajarkan kualitas bersabar/bertahan di dalam janji pernikahan. Ketika Yesus ditanya oleh orang Farisi yang munafik mengapa Musa mengijinkan perceraian di zaman Wasiat Lama, Ia menjawab: "Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian. Tetapi Aku berkata kepadamu: Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena zinah, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah." (Matius 19:8-9). Ingat dan ketahuilah bahwa suatu perceraian sesungguhnya hanya akan menghasilkan perceraian yang lainnya! Jika kita mencoba mengingat maka nyatalah bahwa perceraian yang sudah lazim terjadi pada saat ini sesungguhnya sangat jarang sekali atau hampir tidak pernah kita dengar 50 tahun yang lalu. Para pemimpin agama pada saat itu dan sebelumnya telah memperingatkan kepada kita bahwa jika perceraian itu di toleransi, maka kita tidak akan memiliki kekuatan yang cukup untuk mempertahankan keutuhannya. Sungguh itulah hal yang kita lihat pada saat ini! Suatu kebenaran dari peringatan ini! Kita sekarang melihat suatu kenyataan yang menyedihkan yaitu bahwa banyak pernikahan yang berakhir di pengadilan perceraian manusia! Sesungguhnya, apakah yang akan dapat didapatkan atau dilakukan oleh seorang manusia setelah perceraian? Tidak lain umumnya adalah mencari pasangan yang lain, yaitu pasangannya yang kedua atau bahkan pasangannya yang ketiga, atau keempat untuk memenuhi keinginannya. Yang mana Allah sesungguhnya menginginkan inidividu tersebut untuk memenuhi, mewujudkan, dan menyalurkan keinginannya di dalam pernikahan yang suci dan agung dengan pasangannya yang pertama yang di banyak kasus masih hidup di saat pernikahan yan berikutnya terjadi. Sungguh hal ini adalah suatu kenyataan yang menyedihkan dan suatu kemerosotan sebuah bangsa!
Meskipun Allah mengijinkan perceraian bagi beberapa keadaan tertentu, adalah sangat lebih baik bagi setiap pasangan pernikahan untuk belajar membantu dan melayani dan mengampuni antara satu dengan lainnya, oleh karena hal itulah yang akan dapat mempertahankan kesatuan pernikahan yang kuat. Suatu pernyataan dari Yesus yang amat terkenal sebagai pengecualian, "kecuali karena zinah [porneia]" (Matius 19:9), sesungguhnya haruslah dilakukan sebagai jawaban terakhir dan bahkan setelah doa, dan melalui sesi konseling yang panjang dan usaha yang bersungguh-sungguh untuk menyelamatkan pernikahan. Hal yang sama diaplikasikan juga terhadap keputusan ijin rasul Paulus bagi umat Kristen untuk menikah kembali jika diterbengkalaikan oleh seorang pria yang tidak bertobat. (1 Korintus 7:15).
Pernikahan Tersebut Disahkan dan Diberikan Oleh Allah
Pada saat ini kita dapat melihat bahwa pernikahan bukanlah sesuatu hal yang hanya berevolusi melalui perkembangan pemikiran manusia dan peradaban mereka. Oleh karenanya ketahuilah bahwa pernikahan itu sesungguhnya diberikan dan diperintahkan oleh Allah Pencipta. Ia mensahkannya sebagai suatu persekutuan yang suci yang menggambarkan kesetiaan yang abadi dari hubungan antara Kristus dan JemaatNya! Setiap bentuk perzinahan dipandang sebagai suatu hal yang sangat salah dan jahat. Hal ini terjadi oleh karena pernikahan tersebut adalah suci dan agung di dalam pandangan Allah yang maha kuasa. Perzinahan itu tidak hanya akan memedihkan kehidupan dan diri suami atau istri yang terkait, namun juga rumah tangga mereka dan anak-anak mereka. Hal ini adalah suatu hal yang tidak baik bagi masyarakat karena perzinahan tersebut dapat menghancurkan pondasi utama dari suatu masyarakat yang baik. Dan yang terlebih adalah karena perzinahan merupakan perlawanan terhadap Allah dan institusi yang telah Ia sahkan.
Di Amerika dan Inggris pada saat ini, mereka sebagai suatu masyarakat yang menolak Allah, sering kali mencari suatu pernikahan yang ideal versi Hollywood. Pria dan wanita dengan secara tidak kentara diberi semangat untuk menghancurkan perjanjian pernikahan, yaitu ketika istri atau suami masa muda mereka tidak dapat memenuhi pikiran dan keinginan egois mereka. Di dalam masyarakat "yang ruwet dalam hal pernikahan", manusia gagal untuk mempelajari pelajaran-pelajaran dasar dari karakter yang sesungguhnya dapat dan harus diajarkan oleh pernikahan, karakter untuk memperhatikan pasangannya, kesabaran, belas kasihan, kerendahan hati, kepelayanan dan kesetiaan mereka yang abadi. Demikian juga, mereka gagal untuk memikirkan penderitaan dan frustasi anak-anak dari pernikahan mereka, anak-anak tersebut akan mendapatkan luka yang sulit diperbaiki baik di dalam kehidupan dan pikiran mereka, yang mana kesemua luka tersebut akan terus mereka bawa ke masa depan, dan bahkan kemungkinan akan berdampak kepada kehidupan dan pernikahan mereka di masa mendatang.
Sesungguhnya, meskipun Allah mengijinkan beberapa pernikahan dan rumah tangga kandas oleh perceraian, perceraian pada kenyataannya adalah sesuatu yang dibenci oleh sang Pencipta kita. "Sebab Aku membenci perceraian, firman TUHAN, Allah Israel -- juga orang yang menutupi pakaiannya dengan kekerasan, firman TUHAN semesta alam. Maka jagalah dirimu dan janganlah berkhianat!" (Maleakhi 2:26). Sekali lagi, " .....Oleh sebab TUHAN telah menjadi saksi antara engkau dan isteri masa mudamu yang kepadanya engkau telah tidak setia, padahal dialah teman sekutumu dan isteri seperjanjianmu." (ayat 14). Dengan jelas Allah membenci perceraian meskipun Ia mengijinkannya. Untuk mempelajari pelajaran-pelajaran yang Allah inginkan di dalam pernikahan, umat Kristen yang benar harus "mendekatkan diri" kepada pasangan mereka baik di dalam tubuh, pikiran dan tingkah laku. Mereka harus dengan tekun berusaha untuk saling memahami, berbagi rencana, harapan dan mimpi dengan lepas dan gembira. Dan dengan bantuan Allah, mereka akan dapat menyingkirkan berbagai macam nafsu dan pikiran berzinah yang muncul di dalam diri mereka. Dosa akan nafsu birahi akan lebih dapat dipahami ketika anda menyadari tentang bagaimana sucinya hubungan seks di dalam pernikahan bagi Allah sang Pencipta. Dan ingatlah bahwa keinginan untuk berzinah dan bercerai dan nikah kembali itu biasanya di mulai dari dalam hati.
Perhatikan tentang bagaimanakah Yesus Kristus menerangkan hal ini ketika Ia menyucikan dan memperbesar aplikasi serta arti daripada hukum Allah: "Kamu telah mendengar firman: Jangan berzinah. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya" (Matius 5:27-28). Disini Yesus mengajarkan kepada kita bahwa anda ternyata sudah dinyatakan melanggar perintah ketujuh ketika anda membiarkan pikiran anda dipenuhi dengan nafsu birahi seks terhadap orang lain. Ingatlah bahwa suatu tindakan tersebut dilahirkan dari suatu pemikiran. Hal ini adalah bagian dari pengembangan karakter Kristen bagi setiap orang yang takut akan Allah untuk mempelajari, membimbing dan mengarahkan pikiran-pikiran mereka jauh dari segala nafsu dan keinginan yang tidak pantas.
Sementara itu, di dalam dunia industri yang mengendalikan media paling realistik dan hidup yang dapat mempengaruhi dan menggerakkan orang muda untuk bertindak, film dan televisi memberikan penekanan atas produksi mereka yang terus meningkat di dalam hal seks atau kekerasan, atau kombinasi dari keduanya. Sesungguhnya masyarakat modern kita sedang membayar suatu upah yang mengenaskan bagi dosa mengerikan yang menyebar ini! Semakin banyak rumah tangga yang dihancurkan oleh perzinahan yang dilakukan baik oleh salah satu atau bahkan kedua pasangan. Jumlah rumah tangga yang hancur di dalam perceraian juga meningkat. Semakin banyak anak yang ditinggalkan tanpa kasih sayang, dan bimbingan dari kedua orang tuanya! Sedangkan hubungan sebelum pernikahan yang disebut "perzinahan" oleh Allah adalah suatu tindakan yang tidak pantas yang semakin menjadi wabah diantara anak-anak muda di dalam masyarakat pada saat ini. Dan segala hal yang kita teliti tadi adalah hal-hal dapat menyebabkan kita melanggar perintah ketujuh! Anak-anak muda yang merendahkan dan menghancurkan kebahagiaan pernikahan masa depan mereka melalui hubungan seks pra nikah akan sungguh-sungguh merusak kehidupan masa depan mereka di dalam kehidupan sekarang ini. Dan jikalau mereka tidak bertobat dan berhenti melakukan hal yang tidak pantas ini, maka dengan kata lain mereka memaksa Allah untuk mengeluarkan mereka dari kerajaanNya dan membatalkan untuk memberi mereka hidup yang kekal yang sesungguhnya dapat membahagiakan mereka (1 Korintus 6:9- 10). Ingatlah bahwa hukum Allah itu selalu ditujukan untuk kebaikan kita dan untuk kebaikan orang-orang di sekitar kita. Dan karenanya maka hukum-hukum tersebut haruslah dipatuhi. Sesungguhnya kita harus memiliki rasa takut untuk diperhitungkan sebagai orang-orang "asusila" yang layak untuk "dihancurkan" di dalam lautan api dan bara, yang tidak lain adalah kematian kedua! (Wahyu 21:8).
Mematuhi Perintah Ketujuh
Allah memberikan beberapa nasihat yang penting bagi mereka yang tergoda untuk melakukan percabulan atau perzinahan. Di dalam zaman yang dipenuhi dengan rangsangan dan nafsu seks ini adalah sangat berguna untuk mendengarkan nasihat ini jika anda memang ingin masuk ke dalam Kerajaan Allah dan mendapatkan hidup yang kekal. Allah mengatakan, "Jauhkanlah dirimu dari percabulan! (1 Korintus 6:18). Ia tidak mengatakan kepada anda untuk membiarkan pikiran anda mengagumi ide-ide dan keinginan-keinginan seksual. Ia juga tidak berkata jika anda dapat membiarkan diri anda sendiri berhubungan dengan seseorang yang sudah berpasangan atau seseorang yang secara seksual anda tergoda. Ia juga tidak berkata bagi anda untuk melihat film atau acara televisi atau membaca buku yang dengan salah dapat membangkitkan gairah keinginan seksual anda. Allah berkata bahwa anda harus dapat dengan sekuat tenaga mengeluarkan segala hal buruk sejauh-jauhnya! Ia mengatakan kepada anda untuk keluar dari segala keinginan yang dapat mengarah kepada godaan dosa seks.
Seks bukanlah suatu mainan yang dapat dibuat mainan atau dibuat eksperimen. Melainkan seks haruslah dipandang sebagai suatu berkat yang diberikan oleh Allah didalam persatuan pernikahan yang suci dan agung yang diperintahkan dan disahkan oleh Allah sang Pencipta. Seks haruslah dipandang dengan rasa hormat sebagai suatu ungkapan dari rasa kasih yang tidak egois di dalam persatuan Kristen yang menggambarkan kesetiaan abadi dari hubungan yang dimiliki oleh Kristus dan JemaatNya! Generasi pada saat ini sungguh sangat butuh untuk mempelajari arti dari kesetiaan yang abadi di dalam pernikahan dan rumah tangga! Untuk melakukan hal ini diperlukan baik tulisan dan sikap dari pada perintah ketujuh: "Jangan berzinah" (Keluaran 20:14).
Prepared by:
Bambang Wiyono
081 2327 3886
Website:
http://muridyesuskristus.blogspot.com
Milis :
http://groups.yahoo.com/group/fullgospel_indonesia
Catatan : Sebagai umat Kristen, kita harus hidup seperti Yesus Kristus hidup ( I Yoh 2:6 ), yaitu mentaati dan melaksanakan KESEPULUH PERINTAH ALLAH, jangan sampai ada satu perintahNya yang dilanggar, agar kita hidup berkenan dihadapanNya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar