Jumat, 16 April 2010

Perintah Kelima

Perintah Kelima
Oleh : Roderick C. Meredith, Living Church of God
Kejahatan dan ketidakhormatan kaum muda pada saat ini benar-benar mengkarakterkan keadaan zaman di mana kita hidup. Jumlah rumah tangga yang hancur pun juga meningkat. Kejahatan anak-anak muda benar-benar meroket! Beberapa tahun yang lalu, salah satu dari pihak berwajib yang dihormati di dalam hal menangani masalah remaja di Amerika, hakim Samual. S. Leibowitx, merencanakan untuk menemukan jawaban dari kefrustasian pemuda Amerika. Ia memutuskan untuk pergi ke negara barat yang hanya memiliki tingkat kejahatan remaja paling rendah: negara itu adalah Italia. Ia mencari tahu dari polisi dan petugas sekolah di seluruh penjuru negeri. Dan ternyata dari setiap pelosok Italia ia mendapatkan jawaban yang sama, yaitu bahwa remaja Italia tersebut memiliki rasa hormat terhadap pihak yang berwenang/penguasa. Hakim Leibowirtz mengunjungi rumah-rumah di Italia untuk menemukan alasannya. Ternyata di sana ia menemukan bahwa bahkan di rumah yang paling miskin sekalipun, istri dan anak-anak menghormati ayah sebagai kepala keluarga. Ia menemukan bahwa cara hidup modern yang berpegang pada prinsip "lakukan apa pun yang engkau sukai" dan cara hidup yang selalu mengijinkan seorang anak untuk melakukan segala sesuatu ternyata tidak dapat membuat seorang anak benar-benar berbahagia dan seimbang. Seorang anak sesungguhnya membutuhkan tembok-tembok pembatas dari kedisiplinan dan peraturan di dalam kehidupan mereka untuk menunjukkan kepada mereka seberapa jauh mereka dapat dan diperbolehkan untuk melakukan sesuatu hal. Sama dengan apa yang diharapkan baginya ketika ia dewasa nanti, demikian pulalah seorang anak harus didisiplin untuk melakukan hal-hal yang baginya tidak ingin ia lakukan. Dari masa kecil, seorang anak harus diajarkan untuk menghormati dan mematuhi orang tuanya.
Hakim Leibowetz menyimpulkan penyelidikannya di dalam kalimat yang menyatakan pemecahan permasalahan kenakalan remaja. Kalimat tersebut adalah: Letakkanlah kembali fungsi ayah sebagai kepala keluarga. Jawaban yang menarik bagi permasalahan kenakalan remaja diberikan oleh seorang individu yang terpandang. Yang mana jawaban tersebut jauh lebih dalam dari apa yang pernah disadari dan dipikirkan oleh orang. Jawaban tersebut masuk langsung ke sumber permasalahan, yang tidak lain adalah kurangnya rasa hormat terhadap kekuasaan, yang dimulai dari masa ketika bayi sampai dewasa. Asal permasalahan ini bersumber pada masa kanak-kanak, yaitu di rumah! Jauh sebelum seorang anak mengetahui keberadaan dari gereja, sekolah atau bangsa, ia sesungguhnya membentuk suatu sikap dan tingkah laku tentang bagaimanakah ia bertingkah laku terhadap mereka yang lebih tua di dalam lingkungan masa kecilnya, rumah dan tetangga. Dikembangkan pada saat kanak-kanak, karakter ini akan terus berdampak dan mempengaruhi pikiran dan tindakannya selama sisa hidupnya secara alami!
Perintah Kelima Dinyatakan
Keempat perintah pertama memberikan suatu definisi dari hubungan antara manusia dengan Allah. Perintah-perintah tersebut mengajarkan kepada kita tentang kebesaran dari kekuatan dan nama Allah serta membimbing kita untuk selalu mengingat Allah sebagai Pencipta dari kita semua. Perintah kelima di letakkan pertama kali dari perintah-perintah yang mengatur hubungan antar manusia. Perintah ini bukan hanya penting di antara perintah-perintah yang lain, tetapi juga, ketika kita memahami artinya secara mendalam, perintah ini juga berperan sebagai suatu "jembatan" di antara dua bagian dari hukum Allah. Karena kepatuhan terhadap perintah yang kelima sesungguhnya berhubungan secara langsung dengan kepatuhan dan pengagungan terhadap Allah sendiri! Pencipta kita mengetahui tentang hal ini ketika Ia mewahyukan perintah ini dengan menjadikannya "perintah pertama yang memiliki janji untuk diberikan jika dipatuhi" (Efesus 6:2,3). "Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu." (Keluaran 20:12). Mengapakah kita harus menghormati orang tua kita? Jawaban yang diberikan oleh Alkitab benar-benar menyatakan tingkat kedalaman perintah ini dan hal yang dimilikinya.
Jika saja setiap orang tua di bumi ini sadar akan pengaruh yang besar dari kepatuhan terhadap perintah kelima yang diberikan oleh Allah di dalam kehidupan seorang anak khususnya dimasa selanjutnya! Perintah ini adalah salah satu dari kesepuluh hal terbesar yang dinyatakan di dalam hukum rohani Allah yang abadi. Dibawah sistem Wasiat Lama, upah dari pelanggaran perintah ini yang baik dilakukan secara langsung maupun diingini adalah kematian! "Siapa yang memukul ayahnya atau ibunya, pastilah ia dihukum mati.Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya, ia pasti dihukum mati." (Keluaran 21:15, 17). Ayat-ayat ini menyatakan tentang bagaimanakah pentingnya perintah ini di mata Allah! Rumah dan keluarga adalah dasar dari suatu masyarakat yang baik. Hubungan antara anak-anak dan orang tua mereka adalah suatu hubungan yang dengan tepat mencerminkan suatu hubungan rohani antara umat Kristen dan Allah. Pelajaran-pelajaran penting tentang karakter di dalam hubungan tersebut adalah suatu hal yang sangat berarti bagi kelangsungan hidup anak-anak tersebut selama sisa hidup mereka dan bahkan selama-lamanya! Di dalam pandangan anak kecil, orang tua itu memiliki peranan seperti Allah. Orang tua yang penuh kasih dan perhatian adalah sumber dari kecukupan, perlindungan, pengajaran, dan pemberi hukum. Pelatihan diri dini yang diberikan kepada anak-anak tentang hubungan yang penting ini akan sangat menentukan bagaimanakah mereka nantinya memiliki hubungan yang lebih luas yaitu dengan masyarakat. Dan akhirnya, hal ini dengan jelas akan berdampak terhadap hubungannya dengan Bapa rohaninya di sorga.
Keagungan dan Hormat bagi Orang Tua
Wasiat Baru memperdalam dan memperluas arti dan pelaksanaan perintah ini di dalam banyak hal. Rasul Paulus menuliskan: "Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian. Hormatilah ayahmu dan ibumu -- ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini:" (Efesus 6:1-2). Perintah untuk menghormati ayah dan ibu pada akhirnya diaplikasikan kepada kita di seluruh kehidupan kita. Suatu hal yang harus kita perhatikan disini adalah bahwa ternyata anak-anak secara khusus diperintahkan untuk mematuhi orang tua mereka "di dalam Tuhan". Karena kurangnya pengalaman dan pemahaman, seorang anak harus diajarkan untuk mematuhi orang tuanya secara langsung dan tanpa alasan apapun. Penjelasan dan alasan dapat dan sudah seharusnya diberikan kepada seorang anak sejalan dengan berjalannya waktu. Namun, pada saat ketika perintah orang tua diberikan, mungkin alasan masih belum dapat diberikan! Oleh karenanya adalah penting bagi seorang anak untuk diajarkan patuh tanpa bertanya tentang alasannya kepada orang tuanya. Karena, sampai saat ketika anak-anak muda mulai berkembang, orang tua sesungguhnya masih berada di posisi yang mewakili Allah. Dan Allah memberikan mereka tanggung jawab untuk mengajarkan dan menuntun anak-anak mereka dengan tepat.
Kepatuhan "di dalam Tuhan"
Secara langsung orang tua sesungguhnya, dengan ikatan perintah kelima, diharuskan untuk membuat diri mereka dapat dihormati. Agar dihormati, seorang manusia harus juga bertingkah laku secara terhormat. Semua orang tua haruslah sadar bahwa mereka adalah wakil Allah bagi anak-anak mereka! Orang tua haruslah memiliki hidup yang baik, terhormat, dan berwibawa sehingga dapat dihormati oleh sang anak. Mereka juga harus mengajarkan kepada anak-anak mereka rasa hormat dan wibawa terhadap kedua orang tua mereka. Sejalan dengan anak-anak tumbuh dewasa, orang tua harus memberikan instruksi kepada anak-anak mereka tentang keberadaan Bapa rohani yang agung diatas segala yang hidup, Allah Pencipta langit dan bumi, Penguasa alam semesta yang kuat dan yang agung. Orang tua Kristen harus mengajarkan kepada anak mereka untuk menghormati dan mematuhi Bapa rohani mereka dengan iman dan kasih yang lebih besar dibandingkan dengan apa yang yang mereka lakukan terhadap orang tua duniawi mereka. Pelajaran terbesar yang dapat diajarkan kepada seorang anak kecil adalah rasa takut dan patuh kepada Dia yang mengatur kehidupan! Oleh karenanya, anak-anak diajarkan untuk memiliki rasa patuh sehingga mereka akan belajar untuk menghormati orang yang memiliki kekuasaan atas hidup mereka/orang yang lebih tua. Pada waktunya sendiri, yaitu ketika pikiran mereka dibuka untuk mengetahui tentang Allah yang agung, maka mereka sudah akan memiliki suatu dasar yang penting dari karakter ilahi, yaitu kepatuhan yang bersumber terhadap kasih akan Allah, dan juga rasa hormat yang tinggi bagi semua hukum dan kekuasaan yang terkait.
Berkat bagi Orang yang Patuh
Rasul Paulus menegaskan ulang tentang berkat yang ada pada perintah kelima: "supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi." (Efesus 6:3). Kepatuhan terhadap perintah kelima secara otomatis akan menyebabkan berkembangnya kebiasaan dan karakter yang akhirnya akan memberikan umur panjang. Seorang muda yang sungguh-sungguh telah dilatih dan dibimbing dengan baik untuk mematuhi perintah kelima ini akan menjadi pribadi yang benar-benar akan menjauhkan diri dari kesemberonohan, kejahatan, teman yang tidak baik, dan bahkan pemberontakan melawan kekuasaan yang sering menyebabkan kematian yang tiba-tiba. Dan, di dalam makna artinya yang dalam, mereka mempelajari untuk menghormati dan mematuhi orang tua mereka dan kemudian Allah sendiri. Hal ini akan membuat mereka memiliki "hidup yang lebih panjang di bumi." Karena, seperti yang dikatakan oleh Yesus; "Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi." (Matius 5:5).
Anak yang patuh akan memiliki berkat yang banyak setiap harinya. Demikian juga rasa aman yang akan dirasakan dan diberikan kepada anak yang demikian. Dan sama seperti yang dikatakan oleh hakim Leibowitz, seorang anak akan merasa bingung jika ia tidak diberitahu batas-batas dari hal-hal yang dapat dilakukannya. Namun jika seorang anak kecil diberitahukan tentang batas-batas kegiatan yang dapat ia lakukan dan tetap tinggal di dalam batas-batas tersebut, maka ia akan merasa lega akan batas-batas yang jelas tersebut dan tanggung jawab yang dimiliki oleh orang tua mereka bagi mereka. Dengan dilakukannya hal ini, maka rasa frustasi dapatlah dikurangi. Anak yang tidak patuh pada kenyataannya adalah anak yang mengalami frustasi, yang mana pikirannya dipenuhi dengan rasa bersalah dan pemberontakan. Seorang anak yang mencintai, menghormati dan mematuhi orang tuanya adalah seorang anak yang amat diberkati. Ia akan cenderung untuk hidup di dalam suasana kehidupan yang lebih berbahagia, penuh arti dan jauh dari permasalahan. Dan di dalam kehidupan rohaninya, ia akan memiliki alur kehidupan yang baik, dan tenang sejalan dengan ia menghormati orang tuanya dan menyembah Allah dengan hati yang gembira dan senang!
Sejauh ini kita telah mempelajari tentang pelaksanaan perintah kelima kepada anak-anak dan orang-orang muda. Bagaimanapun juga, hendaklah kita mengetahui perintah "menghormati" orang tua sesungguhnya bukan hanya diperuntukkan atau dialamatkan kepada anak-anak, tetapi juga kepada setiap orang.
Bahkan Anak-Anak Yang Sudah Dewasa Sekalipun Harus Tetap Menghormati Orang Tua Mereka
Mungkin akan terdapat suatu waktu ketika seseorang tidak perlu lagi untuk mematuhi orang tua mereka secara ketat. Namun ketahuilah bahwa tidak akan pernah ada saatnya ketika orang dipebolehkan untuk tidak menghormati orang tua mereka. Kata "menghormati" memiliki suatu arti yang jauh lebih besar daripada hanya kepatuhan. Kata ini menyatakan rasa hormat yang tinggi, sama seperti kata "layak", "kebaikan" dan "urutan". Hal ini menunjukkan suatu rasa hormat dan pengagungan yang tinggi. Seseorang yang mematuhi orang tua mereka dengan baik di masa kanak-kanak akan dengan sendirinya menunjukkan rasa hormatnya bagi orang tuanya di dalam penghargaan. Orang tersebut akan menghargai perasaan tenang dan pelatihan yang diberikan oleh orang tuanya di masa kanak-kanaknya. Rasa hormat ini akan ditunjukkan di dalam tingkah laku yang sopan, bijaksana dan baik. Sejalan dengan bertambahnya kematangan diri kita, semakin tahulah kita tentang segala usaha yang dilakukan oleh orang tua kita yang setia dan penuh kasih bagi kesejahteraan hidup kita. Bagaimana mereka telah menghabiskan waktu kerja yang sangat panjang dan lama untuk mencari nafkah bagi kita, mencurahkan pemikiran yang dalam bagi kehidupan kita dan bahkan berdoa dengan tidak henti-hentinya bagi kita. Bagi pria dan wanita yang baik, adalah suatu kesenangan untuk membalas kasih dan cinta yang diberikan oleh orang tua kepada mereka. Di hari tuanya, banyak orang tua yang sesungguhnya membutuhkan perhatian dan kekariban dari anak-anak mereka melebihi berkat yang lainnya. Oleh karenanya marilah kita sekarang berpikir dan bertindak untuk membalas kasih yang tidak terbatas yang telah diberikan oleh orang tua kita kepada kita!
Suatu hal yang memalukan dari masyarakat Kristen kita adalah banyaknya orang tua yang hanya mendapatkan uang jaminan hari tua yang sangat kecil yang mereka dapatkan dari agen-agen pemerintah. Di dalam banyak kasus, anak-anak sesungguhnya dapat tetapi tidak berkeinginan untuk menyediakan suatu kenyamanan tambahan bagi orang tua mereka. Yesus Kristus memberikan suatu penjelasan yang sangat gamblang tentang perintah kelima beserta penerapannya. Di masa ketika Ia hidup, banyak orang muda yang berusaha untuk menghindarkan diri mereka dari perihal menyediakan kebutuhan bagi orang tua mereka. Mereka mencoba untuk memaklumkan diri mereka dengan alasan-alasan yang sedemikian rupa. Mereka mengatakan bahwa dana yang sesungguhnya dapat ditujukan untuk membantu orang tua mereka telah diperuntukkan bagi pelayanan altar, yaitu yang disebut "Qorban/Qurban". Patutlah diketahui bahwa dana semacam ini bukanlah bagian dari persepuluhan Allah, tetapi suatu persembahan tambahan yang biasanya digunakan untuk mendapatkan kemurahan di dalam mendekati Allah. Menghadapi ahli agama yang munafik ini, Yesus mengatakan: ""Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat istiadatmu sendiri. Karena Musa telah berkata: Hormatilah ayahmu dan ibumu! dan: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya harus mati." (Markus 7:9-10). Sekarang perhatikanlah bagaimanakah orang-orang munafik ini "mengutarakan" pendapat mereka berkenaan dengan perintah ini! Yesus melanjutkan: "Tetapi kamu berkata: Kalau seorang berkata kepada bapanya atau ibunya: Apa yang ada padaku, yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk korban -- yaitu persembahan kepada Allah--, maka kamu tidak membiarkannya lagi berbuat sesuatu pun untuk bapanya atau ibunya. Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadat yang kamu ikuti itu. Dan banyak hal lain seperti itu yang kamu lakukan." (ayat 11-13). Yesus mengutuk para orang munafik ini. Dengan jelas Ia mengatakan bahwa seorang Kristen haruslah memberikan bantuan jasmani dan keuangan kepada orang tua mereka yang sudah lanjut usia jika hal ini memungkinkan dan jika orang tua mereka berada di dalam keadaan yang membutuhkan. Orang tersebut tidak diperkenankan untuk memberikan alasan kepada dirinya sendiri dengan mengatakan bahwa semua dana tambahan yang dimilikinya tersebut "diperutukkan bagi Allah"! Inilah suatu bagian kepatuhan kita terhadap perintah kelima.
Teladan Pribadi Yesus Sendiri
Yesus Kristus menghidupkan pesan yang Ia ajarkan. Teladan hidupNya sendiri adalah suatu gambaran yang baik dari kepatuhan akan perintah kelima. Sesaat sebelum kematianNya, Yesus berkata: "Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya."(Yohanes 15:10). Melalui kepatuhan kepada Bapa sorgawiNya, dan kepada orang tua duniawiNya, Yesus tumbuh di dalam hikmat dan kematangan bahkan ketika ia masih remaja. Di dalam saat-saat menjelang kematianNya sekali pun, yaitu ketika Ia harus menderita di dalam kematian yang paling mengenaskan yang pernah dirancang oleh manusia, Yesus menghormati dan mengasihi ibuNya sampai akhir hayat. Sesaat sebelum ia meninggal di kayu salib, Yohanes menuliskan: "Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: "Ibu, inilah, anakmu!" Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Inilah ibumu!" Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya." (Yohanes 19:26-27). Disini Yesus memberikan pesan terakhir kepada Yohanes untuk memelihara ibuNya, yaitu setelah kematianNya.
Pada saat ketika semua manusia dipenuhi dengan kepentingan bagi diri mereka sendiri, Yesus masih mengingat perintah kelima dan memberikan suatu kasih dan penghormatan kepada wanita yang melahirkanNya, yang memeliharaNya sejak kecil, yang mengajariNya Alkitab, dan yang tidak malu untuk menunggui anakNya menjelang kematianNya dengan meratapiNya. Ingatlah teladan sempurna dari Yesus Kristus! "Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu." (Keluaran 20:12).
Prepared by:
Bambang Wiyono
081 2327 3886
Website:
http://muridyesuskristus.blogspot.com
Milis :
http://groups.yahoo.com/group/fullgospel_indonesia
Catatan : Sebagai umat Kristen, kita harus hidup seperti Yesus Kristus hidup ( I Yoh 2:6 ), yaitu mentaati dan melaksanakan KESEPULUH PERINTAH ALLAH, jangan sampai ada satu perintahNya yang dilanggar, agar kita hidup berkenan dihadapanNya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar