Jumat, 16 April 2010

Perintah Keenam

Perintah Keenam
Oleh : Roderick C. Meredith, Living Church of God
Ini adalah suatu zaman yang penuh dengan kebencian dan kejahatan. Ini adalah suatu zaman yang penuh dengan persaingan, perselisihan dan kepenatan pribadi yang ketat. Bangsa-bangsa di dunia, beserta mereka yang hidup di dalamnya, mengarahkan pikiran dan hati nurani mereka kepada berbagai macam hal jahat yang akan mengarahkan kepada penghancuran global. Secara alami, keadaan ini merusak prinsip-prinsip dan ide-ide rohani umat manusia itu sendiri. Dampaknya dapat di rasakan pada saat ini, bahkan ketika anda membaca buklet ini. Kita telah melihat berkat-berkat yang datang melalui rasa kagum dan hormat kepada Allah, yaitu ketika kita memberikan rasa hormat yang tinggi terhadap nama dan pekerjaanNya, yaitu ketika kita memelihara kesucian hari SabatNya dan memelihara pengetahuanNya yang benar, dan menghormati bapa-bapa dan ibu-ibu kita di dalam kedudukan mereka sebagai orang tua. Hal ini secara langsung mencerminkan kedudukan Allah sebagai Bapa dan kasihNya akan semua ciptaan. Di dalam semua perintah yang telah kita bicarakan, kita telah melihat kasih, kebijaksanaan dan berkat. Dan ternyata demikian pulalah dengan perintah keenam.
Ditengah-tengah guntur, petir dan gunung Sinai yang bergoncang, suara Allah mengguntur menyatakan perintah keenam: "Janganlah membantai/Thou shalt not murder" (Keluaran 20:13, terjemahan Jewish Publication Society). Penterjemah Alkitab setuju bahwa kata "membantai" adalah kata yang lebih tepat untuk digunakan daripada kata "membunuh". Kata ini sesuai dengan kata asli Ibraninya Karena masihlah mungkin untuk membunuh, tetapi tidak membantai. (membantai adalah membunuh dengan brutal dan sadis-penterjemah). Hendaklah kita memahami bahwa orang Israel kuno hanya diberikan huruf hukum Allah, namun umat Kristen bukan hanya diberikan huruf hukum Allah tetapi juga harus hidup berdasarkan roh dan keinginan yang penuh dari hukum tersebut seperti yang diagungkan oleh Kristus sendiri. Di dalam huruf aslinya, hukum ini sesungguhnya menyatakan bahwa suatu tindakan membunuh atau pembunuhan/pembantaian yang diinginkan itulah yang dilarang. Ingatlah bahwa di dalam kitab perjanjian yang sama yang diberikan kepada Israel inilah Allah memerintahkan mereka untuk membunuh atau mengeksekusi mereka yang bersalah atas kejahatan yang besar (Keluaran 21:12-17). Juga, instruksi di dalam Bilangan 3 5:9-34 menunjukkan bahwa pembunuhan yang tidak direncanakan bukanlah termasuk pembantaian. Walaupun begitu, pembantaian terhadap manusia adalah dengan jelas suatu pelanggaran yang serius, yang mana seorang manusia yang melakukan pembantaian dengan tidak sengaja/tidak diingini tersebut haruslah tinggal di kota pelarian untuk beberapa tahun sampai imam tertinggi meninggal. Sama seperti Allah memerintahkan hukuman mati bagi tindakan kriminal yang serius dibawah huruf hukum taurat, maka perang yang diperintahkan bagi Israel untuk dilakukan tidak dapat dipandang sebagai tindakan pembantaian, namun sebagai pelaksanaan kehendak dari yang maha tinggi melalui instrumen manusia. Perhatikanlah di dalam Ulangan 7:1-2 bahwa Allah secara langsung memerintahkan Israel untuk menghabiskan seluruh suku penyembah berhala di tanah Kanaan. Dengan jelas, hal ini bukanlah peperangan yang dilakukan manusia atau suatu dendam dan amarah individu. Hal tersebut adalah suatu penyataan kehendak Allah yang maha agung yang memberikan kehidupan, dan yang memiliki hak untuk mengambil kehidupan tersebut.
Perlulah diketahui, sejarah mengindikasikan bahwa bangsa-bangsa yang mendiami tanah Kanaan tersebut adalah bangsa-bangsa yang benar-benar sangat jahat, yang membakar hidup-hidup anak mereka sendiri sebagai acara pengorbanan manusia kepada dewa-dewa mereka. Inilah salah satu alasan mengapa sang Pencipta memerintahkan bangsa-bangsa tersebut untuk dimusnahkan. Perhatikanlah bahwa di dalam kasus ini, pembunuhan yang dilakukan tersebut diijinkan oleh Allah, sedangkan manusia hanyalah alat yang digunakan oleh Allah untuk melakukan kehendakNya. Tujuan utama Allah sesungguhhnya adalah bahwa umat manusia harus belajar untuk tidak melakukan pembunuhan. Dan meskipun hal tersebut diijinkan di dalam beberapa kejadian untuk dilakukan oleh manusia daging yang dalam hal ini umat Israel yang belum bertobat, haruslah kita mengetahui bahwa Allah pada saat ini menanamkan dan mengembangkan karakter di dalam diri manusia-manusia yang diperanakkan dengan rohNya karakter untuk mengasihi, melayani dan mempertahankan kehidupan dan bukan untuk menghancurkannya.
Sumber Kehidupan
"Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa" (Kejadian 1:26). Manusia diberikan kehidupan oleh PenciptaNya. Manusia tidak memberikan kehidupan kepada dirinya sendiri. Dan juga manusia tidak berhak untuk mengambil kehidupan baik dari dirinya maupun orang lain. Kehidupan itu adalah suci karena kehidupan itu adalah pemberian Allah. Umat manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Dan dari seluruh ciptaan fisik, hanya umat manusialah yang memiliki jenis pikiran yang dimiliki oleh Allah. Allah adalah Penguasa dari segalanya, dan dari manusia daging Ia sedang menciptakan anak-anakNya sendiri yang akan pada suatu hari nanti berbagi pemerintahan bersama dengan diriNya sebagai Penguasa. Allah mengatakan "baiklah manusia memiliki kuasa...." Pada kenyataannya, umat manusia membutuhkan pengalaman untuk dapat mengembangkan karakter ilahi yang Allah inginkan untuk kita miliki. Sedangkan pengalaman itu sendiri membutuhkan waktu dan sesungguhnya terdapat banyak waktu di dalam kehidupan manusia. Allah memberikan kehidupan bagi suatu tujuan yang agung di dalam mempersiapkan seorang manusia untuk menjadi anakNya yang nantinya akan berada di dalam Kerajaan dan keluargaNya selamanya. Di dalam diri umat manusia tersebut mencakup pemberian hidup dan nafas kehidupan dan segala kemampuan kepada diri mereka. Hal ini adalah suatu pemberian yang sangat besar yang diketahui oleh umat manusia. Jika kehidupan ini dihentikan maka hal ini akan mengakhiri semuanya. Hal ini akan dengan sangat kejam dan tidak diharapkan menghancurkan segala harapan dan impian serta rencana dari seorang manusia yang diciptakan sesuai dengan gambar dan rupa sang Penciptanya sendiri. Hal ini adalah suatu tindakan perampasan dari hak yang di miliki oleh Allah yang memberikan kehidupan pada mulanya dan yang karenanya memiliki kekuasaan untuk mengambilnya (Ayub 1:21). Oleh karena itu pembantaian di dalam segala bentuknya adalah merupakan salah satu dari sepuluh dosa terbesar; suatu pemusnahan dari makhluk ciptaan Allah yang tertinggi! Di dalam dampaknya, hal ini adalah suatu usaha untuk menghancurkan tujuan yang sesungguhnya dari sang Penguasa paling agung di alam semesta ini! Ingatlah bahwa sang Pemberi kehidupan atas seluruh makhluk adalah Allah. Manusia yang lemah dan tidak abadi sesungguhnya tidak memiliki urusan apapun berhubungan dengan pemberian Allah yang besar ini!
Penerapan Pribadi dari Perintah
Yesus Kristus datang ke dunia ini untuk "mengagungkan" hukum Allah dan "membuatnya dihormati" (Yesaya 42:2 1). Yesus memberikan suatu terang, seperti pada Kesepuluh Perintah, dengan menunjukkan tujuan dan arti rohaniah dari perintah-perintah tersebut di dalam kehidupan kekristenan yang sepenuhnya. Yesus mengatakan "Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala." (Matius 5:21-22). Disinilah kita mendapatkan informasi yang jelas tentang asal usul pembunuhan yang tidak lain adalah kebencian dan amarah. Kristus mengatakan bahwa jika kemarahan pribadi memenuhi hati seorang manusia, maka orang tersebut sesungguhnya berada di dalam bahaya penghakiman. Jika amarah tersebut memimpin seorang manusia untuk mengejek dan membenci sesamanya, maka manusia tersebut akan berada "di dalam bahaya" penghakiman Allah. Jika di dalam kepahitan dan ejekan seorang manusia mengatakan kepada sesamanya, "engkau bodoh," maka orang semacam ini akan "berada di dalam bahaya api neraka". Inilah penerapan yang diberikan oleh Yesus Kristus dari perintah keenam bagi kita. Patutlah diingat yaitu bahwa jika kita melabuhkan kebencian dan amarah di dalam hati kita, maka kita sesungguhnya melabuhkan keinginan membunuh di dalam diri kita. Pertama kalinya kita hanya memikirkannya, namun kemudian kita akan melakukannya! Roh Kristus membimbing kita tidak hanya untuk mengendalikan tindakan-tindakan kita, tetapi juga untuk mengendalikan pikiran dan sikap kita. Demikianlah juga kita harus memahami bahwa Perjanjian Baru adalah suatu proses ketika Allah menuliskan hukumNya di dalam hati dan pikiran kita (Ibrani 8:10). Allah berbicara melalui Paulus, "Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan." (Roma 12:19). Pahamilah bahwa umat manusia tidak dapat mengendalikan amarah secara baik berdasarkan hikmat dan keadilan pada setiap aspek kehidupan. Hanya Allahlah yang memiliki hikmat dan kekuatan dan hak untuk melaksanakan amarah kepada umat manusia, bahkan "membunuh" jika diperlukan.
Umat Kristen yang benar sesungguhnya harus mempelajari bahwa Allah adalah nyata dan bahwa perlindungan dan amarahNya adalah adil dan nyata! Oleh karenanya, bagaimanakah seharusnya kita berhubungan dengan musuh kita? Alkitab mengatakan, "Tetapi, jika seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum! Dengan berbuat demikian kamu menumpukkan bara api di atas kepalanya.
Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan" (ayat 20-2 1). Hal ini membutuhkan kekuatan yang nyata dari karakter ingin membantu dan melayani sesama anda ketika seorang manusia dengan secara langsung ingin menghancurkan diri anda! Hal ini membutuhkan hikmat rohani untuk sadar bahwa sesama kita sebenarnya adalah seorang manusia yang diciptakan sesuai dengan gambar dan rupa Allah. Mereka melakukan hal-hal yang demikian oleh karena mereka pada saat ini salah arah baik di dalam tindakan dan pikiran mereka.
Tindakan Kejahatan Terbesar Manusia
Kelihatannya, tindak kejahatan terbesar yang dilakukan oleh umat manusia adalah peperangan. Jutaan manusia yang diciptakan sesuai dengan gambar dan rupa Allah telah dibantai tanpa belas kasihan selama berabad-abad di dalam peperangan yang tidak berguna, tidak masuk akal, dan bodoh. Yang mana, di banyak kasus, peperangan tersebut dengan nyata gagal untuk mencapai tujuan yang telah mereka nyatakan! Hukum Allah, seperti yang diagungkan oleh Yesus Kristus, benar-benar menentang setiap jenis peperangan! Hampir kebanyakan pemimpin besar agama dan politik dunia mengetahui konsekuensi/hasil daripada peperangan. Sebelum pecahnya Perang Dunia II, Paus Pius II menyatakan: "Setiap hal itu akan dapat diperoleh dengan kedamaian; dan tidak ada sesuatu pun yang dapat diperoleh dengan peperangan." Salah seorang pemimpin militer dan juga juru bicara yang paling dihormati di zaman kita, Jenderal Douglas McArthur, menyatakan: "Sudah dari mulanya manusia ingin mencari kedamaian... .persekutuan militer, keseimbangan dari kekuatan-kekuatan yang ada, liga bangsa-bangsa, yang mana kesemuanya itu gagal dan hanya memimpin kepada peperangan yang dahsyat. Kehancuran yang parah dan total yang diakibatkan oleh peperangan pada akhirnya membuat manusia meninggalkan jalan pilihan ini. Bagaimanapun juga, kita memiliki kesempatan kita yang terakhir. Yang mana jika kita tidak memikirkan suatu sistem/cara yang lebih besar dan pantas, maka Armageddon akan segera terjadi. Sesungguhnya permasalahannya berhubungan dengan kehidupan keagamaan kita dan hal ini mengikutsertakan kehidupan rohani dan ibadah kita, yang tidak lain adalah suatu peningkatan karakter diri manusia yang akan disamakan/disinkronkan dengan kemajuan-kemajuan yang tidak tertandingi di dalam ilmu pengetahuan, seni, sastra dan segala perkembangan materi dan kebudayaan selama dua ribu tahun terakhir. Hal inilah yang harus kita pahami dan pikirkan secara sungguh-sungguh jika memang kita ingin menyelamatkan peradaban manusia. "Kesempatan terakhir" dari umat manusia adalah untuk bertobat dari dosa peperangan sebelum peperangan itu sendiri akan menghancurkan umat manusia, dan segala bentuk kehidupan dari planet ini! Jenderal MacArthur mengetahui bahwa permasalahan yang kita hadapi sesungguhnya bersifat dan berhubungan dengan kehidupan rohani kita, hal ini adalah masalah kekristenan yang mengikutsertakan pengetahuan tentang Allah yang benar! Selanjutnya ia menambahkan bahwa hal ini juga mengikutsertakan "perihal peningkatan karakter diri manusia."
Juru bicara paling hebat di sepanjang zaman adalah Yesus Kristus. Ia adalah seorang Juru Bicara dari pemerintahan atau Kerajaan Allah. Kristus mengatakan: "Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu." (Matius 5:43-44). Sesungguhnya, terdapat suatu bentuk berhala yang sangat dihormati dan rumit yang telah menyebar masuk ke dalam dunia pada saat ini di bawah nama "Kekristenan". Tetapi dapatkah bentuk berhala yang rumit ini bertahan terhadap kata-kata Yesus Kristus yang jelas tanpa menyatakan secara langsung bahwa hidupNya, ajaranNya, dan rohNya sungguh-sungguh mengutuk perihal peperangan tersebut? Banyak kehidupan manusia yang berakhir sebelum waktunya, lebih banyak penderitaan yang diderita, lebih banyak rumah yang hancur, banyak waktu dan harta yang terbuang akibat ganasnya peperangan di sepanjang sejarah manusia! Pahamilah bahwa peperangan tersebut tidak pernah memecahkan masalah manusia atau membawa kedamaian yang sesungguhnya. Sebaliknya, peperangan hanya akan melahirkan peperangan! "Masukkan pedang itu kembali ke dalam sarungnya, sebab barangsiapa menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang." (Matius 26:52)
Ajaran Alkitab
Yesus Kristus datang ke dunia ini sebagai Pembawa Pesan tentang pemerintahan atau kerajaan Allah. Ia tidak ikut di dalam kancah politik atau peperangan dunia. Di dalam pembelaanNya akan hidupNya dihadapan Pontius Pilatus, Ia mengatakan: "Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini; jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari sini." (Yohanes 18:36). Seperti yang telah kita nyatakan sebelumnya yaitu bahwa hanya Allahlah yang berhak untuk mengambil kehidupan seorang manusia karena Dialah yang memberikan kehidupan tersebut. Oleh karenanya, hanya Allahlah yang memiliki hak untuk memerintahkan peperangan! Dan, seperti yang diajarkan oleh Yesus, Allah tidak memilih untuk menyuruh anak-anakNya/umatNya untuk melakukan perang bagiNya pada zaman ini. Yesus mengatakan bahwa pelayan-pelayanNya akan berperang ketika kerajaanNya ada di bumi ini, yang mana kerajaan tersebut belumlah datang pada saat ini. Melalui rasul Yakobus Allah menunjukkan bahwa perang tersebut sesungguhnya dihasilkan dari suatu jenis roh yang sangat bertolak belakang dengan roh yang Ia inginkan agar para pelayanNya miliki. "Dari manakah datangnya sengketa dan pertengkaran di antara kamu? Bukankah datangnya dari hawa nafsumu yang saling berjuang di dalam tubuhmu? Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi. Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa." (Yakobus 4:1-2).
Pemerintahan Allah Akan Mengakhiri Peperangan
Yesus Kristus datang untuk memberitakan kabar baik tentang pemerintahan Allah. Pemerintahan tersebut di dasarkan atas kesepuluh perintah, yang tidak lain adalah hukum rohani Allah. Yesus mengagungkan hukum tersebut dan menunjukkan maksud dan tujuan rohaninya. Ia mengajarkan kepada kita bahwa jika kita membenci saudara kita, maka kita secara rohani telah bersalah dan melanggar perintah tentang pelanggaran untuk membunuh! Yesus mengajarkan bahwa manusia harus mematuhi hukum-hukum Allah dan mempersiapkan diri mereka bagi KerajaanNya yang tidak lama lagi akan datang, yaitu dengan membiarkan dan mengijinkan hukum-hukum Allah beserta karakter diriNya untuk diletakkan di dalam diri mereka. Ketika nantinya pemerintahan Allah ada di bumi maka hukumNya akan menyebar dan menjadi suatu standar dari tingkah laku bangsa-bangsa (Mikha 4:1-2). Pada saat itu, Allah sendiri akan mengadakan peperangan untuk menghukum bangsa-bangsa yang tidak mau mematuhi dan memberontak terhadap perihal hikmat dan keadilan Allah yang sempurna. Seperti bagi orang-orang dunia sendiri? "bangsa tidak akan lagi mengangkat pedang terhadap bangsa, dan mereka tidak akan lagi belajar perang" (ayat 3). Perang tersebut mengikutsertakan belajar untuk membenci dan membunuh. Orang-orang muda tidak akan lagi dipaksa untuk belajar suatu sikap bahwa untuk melawan hukum kasih Allah. Dwight D. Eisenhower pernah berkata "harapan manusia akan dunia yang damai tidak terletak pada basis-basis militer, melainkan pada suatu ide/pemikiran. Pemikiran tersebut adalah suatu konsep dari peranan hukum yang berfungsi sebagai alat untuk menyelesaikan sengketa di antara pemerintahan-pemerintahan yang ada." Baik di sadari atau tidak, mantan presiden ini menyatakan suatu fakta yang penting yaitu bahwa hanya pemerintahan Allahlah, yang didasarkan atas hukum-hukumNya, yang akan dapat memecahkan masalah dari umat manusia dan bangsa-bangsa! Yang mana umat Kristen yang benar haruslah bekerja dan berdoa bagi Kerajaan Allah yang damai, dan kita harus menyadari bahwa keinginan untuk perang adalah sesungguhnya keinginan untuk membunuh, dan oleh karenanya kita harus menghindarinya dengan seluruh kekuatan kita.
Berbicara dihadapan Liga Bangsa-Bangsa, pendeta Amerika, Dr. Harry Emerson Fosdick beberapa tahun yang lalu mengutarakan suatu pemikiran dengan kuat yang bahkan masih terngiang sampai hari ini: Kita tidak dapat menyatukan Yesus Kristus dan peperangan, itulah hal mendasar yang harus kita ketahui. Itulah suatu tantangan yang seharusnya mengetuk hati nurani umat Kristen. Peperangan sesungguhnya adalah suatu dosa sosial yang paling besar yang bersifat menghancurkan dan menyebabkan umat manusia menderita. Peperangan adalah sesungguhnya bukan suatu cara hidup kristen dan karenanya tidak dapat dibenarkan; segala metode dan dampak dari pada peperangan sungguh tidak pernah diinginkan oleh Yesus, dan peperangan adalah juga bukan suatu hal yang Ia kehendaki. Peperangan benar-benar bertentangan dengan segala doktrin kekristenan yang berhubungan dengan Allah dan manusia lebih daripada semua teori orang ateis yang pernah ada di bumi. Bukankah sesungguhnya merupakan suatu hal yang indah untuk melihat Gereja Kristen menganggap hal ini, perihal permasalahan moral di zaman kita ini, sebagai suatu permasalahan yang harus ia pecahkan, dan untuk menyaksikannya menjalankan sekali lagi fungsinya seperti di zaman para bapa leluhur, di dalam menyatakan suatu standar yang jelas untuk melawan doktrin berhala dari dunia pada saat ini, menolak untuk tinggal diam, serta untuk menempatkan Kerajaan Allah di atas nasionalisme dan memanggil dunia untuk berdamai. Hal ini bukanlah penyangkalan terhadap patriotisme tetapi justru beginilah cara patriotisme diwujudkan."
Hal utama yang harus diketahui adalah bahwa Yesus Kristus menentang seluruh bentuk dan keinginan dari membunuh. Ia menentang peperangan, dan bahkan suatu hari nanti Ia akan menghentikan segala peperangan yang ada! Ia menentang segala kejahatan, keirihatian dan kebencian. Yesus Kristus mengajarkan umat manusia "kebesaran hati" dan sucinya kehidupan manusia yang "diciptakan menurut dengan gambar dan rupa Allah". Bapa dari Yesus Kristus yang agung, Allah yang Maha Kuasa yang memerintah alam semesta dari takhtaNya di sorga, menggunturkan perintah "Janganlah engkau membunuh" kepada zaman yang dipenuhi dengan kejahatan dan pemberontakan.
Prepared by:
Bambang Wiyono
081 2327 3886
Website:
http://muridyesuskristus.blogspot.com
Milis :
http://groups.yahoo.com/group/fullgospel_indonesia
Catatan : Sebagai umat Kristen, kita harus hidup seperti Yesus Kristus hidup ( I Yoh 2:6 ), yaitu mentaati dan melaksanakan KESEPULUH PERINTAH ALLAH, jangan sampai ada satu perintahNya yang dilanggar, agar kita hidup berkenan dihadapanNya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar