Jumat, 16 April 2010

Perintah Ketiga

Perintah Ketiga
Oleh : Roderick C. Meredith, Living Church of God
Apakah Allah adalah Pribadi yang benar-benar paling utama di dalam kehidupan pribadi anda? Hasil suatu polling jajak pendapat yang dilakukan pada 1.500 murid universitas menunjukkan bahwa mereka memiliki dua nilai dari apa yang mereka sembah: yang pertama adalah terhadap diri sendiri, keluarga dan teman; dan yang kedua adalah kepada umat manusia (secara umum) dan kemudian Allah. Dari sini dapatlah di lihat bahwa Allah mendapatkan kedudukan yang paling bawah di dalam pikiran para orang muda yang "terpelajar" tersebut! Walaupun begitu, di dalam polling pendapat yang sama, 90 persen dari mereka yang diberi pertanyaan menunjukkan adanya kepercayaan di dalam Allah. Kejenuhan rohani dan ketidak hormatan akan Allah, serta kecuekan rohani terhadap pekerjaan dan kekuasaan Allah sesungguhnya adalah suatu indikasi yang jelas akan suatu tren yang berkembang, bahkan dikalangan orang yang pergi ke gereja dan umat Kristen sekalipun. Orang memang suka berbicara tentang agama dan Allah, namun mereka tidak mau menghormati kekuasaan dan namaNya. Di dalam penyakit kanker rohani inilah terdapat biji kehancuran peradaban Barat!
Perintah Yang Ketiga
Di dalam mendiskusikan perintah yang pertama dan kedua, kita mengetahui bahwa kita harus menjaga diri kita dan menjauhi segala hal yang memimpin kita untuk membuat ilah/berhala dari hal apapun dan menempatkannya pada posisi Allah yang benar. Demikian juga kita telah mempelajari bahwa Allah memerintahkan kita untuk menyembahNya secara langsung, berjalan bersama dengan diriNya, berbicara denganNya, serta untuk benar-benar mengenal dan menyembahNya di dalam roh dan kebenaran, dan untuk menghindari penggunaan gambar, atau obyek jasmani apapun yang dapat digunakan sebagai "alat bantu" untuk menyembah atau "mengingatkan" kita akan Allah Pencipta yang agung. Sedangkan perintah yang ketiga adalah perintah yang berkenaan dengan nama Allah, pekerjaan dan kedudukanNya sebagai Pemimpin yang agung dari alam semesta: "Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan." (Keluaran 20:7). Di dalam Alkitab, nama seorang indivu tersebut memiliki arti. Nama asli Ibrani dari Abram diganti menjadi Abraham. Hal ini dilakukan oleh karena nama Abraham memiliki arti "bapa dari banyak bangsa". Abraham ditakdirkan untuk menjadi "bapa dari banyak bangsa" (Kejadian 17:5). Demikianjugalah hal ini dengan nama Allah.
Nama Allah Menyatakan Allah Yang Anda Sembah
Setiap nama atau gelar yang berasal dari Allah pada kenyataannya menyatakan beberapa atribut dari karakter yang agung. Di dalam mempelajari firman Allah, kita akan mempelajari hal-hal yang baru tentang alam dan karakter Allah di dalam setiap nama baruNya di mana Ia menyatakan diriNya. Allah memberikan nama kepada diriNya sesuai dengan alam keadaanNya sendiri! Jika seorang manusia menggunakan nama Allah dengan cara yang tidak pantas dan hormat, maka orang tersebut menolak Allah dan karakterNya. Hal ini adalah merupakan pelanggaran perintah yang ketiga. Allah menyatakan melalui Yesaya: "Dengarlah firman ini, hai kaum keturunan Yakub, yang menyebutkan dirinya dengan nama Israel dan yang adalah keturunan Yehuda, yang bersumpah demi nama TUHAN dan mengakui Allah Israel -- tetapi bukan dengan sungguh-sungguh dan dengan tulus hati" (Yesaya 48:1).
Bangsa yang mana nubuatan ini ditujukan adalah bangsa yang menggunakan nama Allah tetapi yang gagal untuk mematuhi wahyu Allah yang terkandung di dalam namaNya. Mungkin mengejutkan kelihatannya, yaitu bahwa banyak orang beragama yang mengucapkan nama Allah berulang-ulang baik di dalam khotbah dan doa. Pada kenyataannya, mereka menyia-nyiakan nama Allah untuk suatu tujuan atau kegunaan yang tidak baik! Perintah aslinya berbunyi: "Tuhan tidak akan membiarkan orang yang menyia-nyiakan namaNya tidak bersalah." Kata Ibrani yang diterjemahkan ke dalam frasa "tidak bersalah" juga dapat diterjemahkan sebagai "tak bercacat". Sehingga dengan kalimat yang lain, perintah aslinya akan berbunyi, "Tuhan tidak membiarkan seorang individu yang menyia-nyiakan namaNya "tak bercacat"". Ujian terhadap ketidak cacatan rohani dari seorang manusia adalah dengan mengetahui bagaimanakah sikap orang tersebut terhadap nama Allah! Kita tidak bercacat atau bercacat ditentukan dari bagaimanakah kita menyebut nama Allah, apakah kita menyebut namaNya bagi dan di dalam kebenaran atau apakah kita menyebut namaNya bagi suatu hal yang sia-sia? Sadarkah anda apakah artinya hal ini? Dengan jelas hal ini memiliki arti bahwa adalah lebih baik bagi seorang manusia, jika ia memang benar-benar di dalam keraguan-raguan agama, untuk tidak menggunakan kata Allah di dalam perbendaharaan katanya, dibandingkan dengan seorang umat Kristen yang berbicara tentang Allah tetapi yang menolakNya di dalam kehidupan kesehariannya!
Di dalam doa Bapa kami, kita diperintahkan untuk "menghormati" nama Allah. Sedangkan perintah ketiga berhubungan secara langsung dengan menghormati nama Allah. Inilah salah satu poin terbesar dari hukum rohani Allah yang abadi bagi hal yang sangat penting ini! Bagaimanapun juga, baiklah pertama kali kita menjelaskan, terutama bagi mereka yang memiliki pemikiran yang salah, bahwa perihal menghormati nama Allah tersebut bukanlah berusaha mengucapkan nama Allah di dalam bahasa Ibrani atau Yunaninya atau belajar mengucapkannya di dalam bahasa-bahasa asli Alkitabnya! Beberapa sekte mempermasalahkan hal ini. Beberapa menyatakan bahwa "Jehovah" adalah nama dari Bapa, atau "Yahweh" atau "Yahveh", sementara yang lainnya menggunakan beberapa variasi nama yang berbeda. Pada kenyataannya, semenjak semua orang menyadari bahwa vokal/huruf hidup di dalam bahasa Ibrani tidak dituliskan, maka tidak seorang pun yang mengetahui secara tepat tentang bagaimanakah sesungguhnya nama Ibrani Allah harus diucapkan! (Untuk membuktikan bahwa "Allah" adalah sesungguhnya nama Bapa, anda dapat memesan artikel reprint kami yang berjudul "The Truth About Sacred Names")
Menggambarkan kebesaran suatu nama, Moulton-Milligan' s Vocabulary of the Greek Testament menyatakan: "Dengan suatu penggunaan yang sama dengan Ibraninya.........[onoma, "nama"] dituliskan di dalam Wasiat Baru untuk menunjuk kepada "karakter", "nama", "kekuasaan" dari orang yang diindikasikan" (halaman 451). Dan bahkan lebih penting, patutlah diketahui bahwa Allah sendiri mewahyukan Daniel dan Ezra untuk menggunakan kata di dalam bahasa Aramaik untuk menyatakan diriNya. Hal ini terdapat di dalam sembilan bab Alkitab yang mereka tulis di dalam bahasa ini. Demikian pula penulis Wasiat Baru terwahyukan untuk menggunakan kata-kata dari bahasa Yunani untuk menyatakan Allah. Oleh karenanya, maka hal yang sangat penting tentu saja tidak terletak pada bunyi dari kata yang digunakan untuk menggambarkan Allah, tetapi justru pada arti yang dikandung oleh nama-nama tersebut! Dan karenanya, para ahli bahasa Alkitab yang cukup terhormat ini menunjukkan bahwa suatu nama pada kenyataannya menjelaskan tentang pekerjaan, kekuasaan dan bahkan karakter dari orang yang diwakili oleh kata tersebut. Nama-nama Allah menunjukkan kepada kita perihal seperti apakah Allah tersebut, yaitu bahwa mereka menyatakan karakterNya! Sekarang apakah anda benar-benar tahu seperti apakah Allah tersebut? Hormatkah anda kepada pekerjaan-pekerjaan dan namaNya seperti yang sudah selayaknya harus anda lakukan? Hendaklah anda kembali kepada Alkitab dan lihatlah!
Terungkapnya Keadaan Alami dan Karakter Allah
"Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi." (Kejadian 1:1). Di dalam ayat pertama Alkitab ini, Allah menyatakan diriNya dengan nama Ibrani "Elohim". Terdapat hanya satu Allah-tetapi memiliki lebih dari satu anggota di dalam Kepala Allah atau Keluarga Allah! Kata yang sama yaitu "Elohim" juga digunakan di dalam "Berfirmanlah Allah [Elohim]: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita." (Kejadian 1:26). Disini sangat jelas dapat dilihat, yaitu di dalam konteks bacaan ini sendiri, bahwa terdapat lebih dari satu pribadi yang menggunakan nama Allah-Elohim. Di dalam Wasiat Baru hal ini menjadi jelas dengan dinyatakannya bahwa Allah Bapa telah menciptakan segala sesuatunya oleh dan melalui Yesus Kristus yang memang telah bersama-sama dengan Allah dan yang dari mulanya adalah Allah (Yohanes 1:1-14, Efesus 3:9).
Di dalam bacaan ini dengan jelas dinyatakan bahwa Allah itu terdiri lebih dari satu pribadi. Mereka adalah Allah Bapa dan "sang Firman"/sang Juru Bicara yang kemudian menjadi Yesus Kristus ketika dilahirkan ke dalam manusia daging. Hubungan Bapa-Anak ini menunjukkan bahwa Allah adalah sebuah keluarga. Sedangkan cara tentang bagaimanakah kata Elohim digunakan pada bacaan-bacaan awal Alkitab, yaitu pada kitab Kejadian dan beberapa tempat lainnya menandakan bahwa Allah adalah sebuah keluarga atau kerajaan yang anggotanya adalah Pencipta! Ketahuilah bahwa adalah menarik jika kita mengetahui bahwa Elohim adalah suatu kata yang memiliki sifat jamak di dalam bentuknya tetapi yang dapat digunakan di dalam bentuk tunggal ataupun jamak sesuai dengan konteksnya. Allah, sebagai Pencipta, adalah Pemimpin atas ciptaanNya. Kita menemukan bahwa sejenak setelah peristiwa penciptaan pria dan wanita pertama, Allah memberikan kepada mereka berdua berkat dan perintah: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." (Kejadian 1:28).
Jadi ingatlah bahwa Allah yang benar adalah memang Pemimpin/Penguasa, yang harus anda patuhi karena Ialah yang menciptakan anda dan yang memberikan anda nafas kehidupan! Di dalam berhubungan dengan Abraham, Allah terkadang memanggil diriNya "El Shaddai", yang artinya "Allah yang Maha Kuasa". Dan karenanya haruslah kita mengingat bahwa Allah adalah sumber dari segala kekuatan! NamaNya haruslah diagungkan oleh karena nama tersebut berhubungan dengan Pribadi yang merupakan sumber dari segala kekuatan dan kekuasaan. Nama yang biasanya diterjemahkan ke dalam kata "Tuhan" di dalam Wasiat Lama, pada kenyataannya diterjemahkan dari huruf Ibrani YHWH, yang terkadang dituliskan sebagai YAHWEH atau YAHVEH. Kata ini adalah kata Ibrani asli yang memiliki arti "Yang Abadi" atau "Yang Selalu Ada". Kata ini digunakan dan diartikan di dalam Kejadian 21:33: "Lalu Abraham menanam sebatang pohon tamariska di Bersyeba, dan memanggil di sana nama TUHAN, Allah yang kekal." Kata Ibrani ini, yang sering diterjemahkan sebagai "Jehovah" pada beberapa versi revisi, sebenarnya menunjuk kepada karakter Allah yang abadi/selalu hidup dan juga kepada pekerjaan abadiNya di dalam hal perjanjianNya dengan mereka yang telah Ia ciptakan. Allah adalah memang Pribadi yang selalu ada dan yang akan selalu ada untuk memberikan berkat-berkatNya, janji –janjiNya dan perjanjianNya kepada orang-orangNya!
Allah kita adalah abadi, Pribadi yang selalu ada. Diseluruh firmanNya, nama Allah dihubungkan dengan sifat diriNya, kekuatanNya, keberadaan abadiNya, belas kasihNya, kesetiaanNya, kebijakanNya, dan kasihNya. Perhatikanlah bagaimana nabi Daud menghubungkan nama Allah dengan kekuatan Allah: "Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi! Keagungan-Mu yang mengatasi langit dinyanyikan... .Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan:" (Mazmur 8: 1-4). Disini Allah digambarkan sedang memberikan keagunganNya melampaui langit-langit! Setelahnya Daud menunjukkan bahwa Allah adalah Pribadi yang telah menciptakan langit-langit, bumi dan manusia. Oleh karenanya, tidak mengherankan jika nama dan pekerjaan Allah harus di hormati!
Di dalam percakapan kita setiap hari, sering kita mengutuki nama Allah yang sangat suci! Kita menggunakan nafas kita untuk mengutuk nama dari Dia yang memberikan kepada kita kehidupan. Nafas yang adalah hasil pemberian, kita gunakan untuk mengutuk nama Pribadi yang memberi nafas kepada kita! Banyak kali kita menggunakan suatu "ekpresi kalimat" yang mana kita memohon kepada Allah untuk mengutuki "seseorang". Baik orang miskin maupun kaya sering mengeluarkan kata-kata kotor dari mulut mereka. Mereka sering melakukan hal ini hanya untuk membuktikan "kejantanan/kehebatan", atau menghindari suatu tuduhan/asumsi terhadap diri mereka! Walaupun begitu, amatlah tidak mungkin menggunakan kata ini dengan rasa hormat jika dialamatkan kepada seseorang karena frasa ini memiliki arti yang sangat tidak baik. Dengan mengikutsertakan nama Allah di dalam frasa ini sungguh adalah merupakan suatu perbuatan yang tidak baik, karena Allah tidak pernah berkeinginan untuk melakukan hal yang kita ingin Ia lakukan. Allah tidak pernah berkeinginan untuk "mengutuk" seorang manusia di dalam cara yang kita pikirkan! Sungguh pikiran yang seperti ini adalah bida'ah yang menjijikkan! Hendaklah kita selalu mengingat bahwa pekerjaan Allah adalah pekerjaan keselamatan. Allah tidak akan mencabut pemberian hidup abadi kepada seorang manusia selama orang tersebut tidak menolak jalan Allah. Allah akan mencabut pemberian yang penting ini hanya jika dengan keinginan dan pilihannya sendiri, orang tersebut menolak jalan Allah. Ia berkata, "Bukankah tangan-Ku yang membuat semuanya ini, sehingga semuanya ini terjadi? demikianlah firman TUHAN. Tetapi kepada orang inilah Aku memandang: kepada orang yang tertindas dan patah semangatnya dan yang gentar kepada firman-Ku" (Yesaya 66:2). Kita pun juga harus memiliki karakter yang sama seperti yang dikatakan di dalam ayat tersebut berkenaan dengan rasa takut dan hormat ilahi terhadap nama Allah. Nama Allah mewakili secara langsung karakter, firman dan tujuan dari Allah sendiri.
Bolehkah Kita Bersumpah?
Pada saat ini manusia tidak hanya terbiasa untuk tidak menghormati nama Allah dan menyumpahi nama Allah untuk menjamin nazar mereka, tetapi mereka bahkan memohon dengan nama Allah di dalam bentuk sumpah atau nazar di dalam banyak upacara legal. Yesus Kristus mengatakan: "Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah, maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota Raja Besar." (Matius 5:34-35). Nama Allah sangatlah suci dan agung yang mana kita diperintahkan untuk tidak menggunakannya untuk menjamin kata-kata kita atau nazar kita! Bangsa Amerika adalah bangsa yang didirikan oleh orang-orang yang berkebiasaan membaca Alkitab dan mereka memberikan ijin bagi warga negaranya untuk memiliki kebebasan beribadah. Jika petugas negara menyuruh seorang warga negara mengangkat tangan dan "bersumpah", mereka mengetahui bahwa ketentuan tersebut dibuat sehingga anda dapat menggunakan kata "menegaskan" dan bukannya bernazar. Dan patutlah diketahui bahwa pernyataan "penegasan" dari orang yang takut akan Allah dapat lebih dipercaya dibandingkan sepuluh ribu nazar yang diberikan oleh seorang pembohong yang duduk di kursi saksi! Ketidaksopanan para pelaku bisnis, ahli politik, dan bahkan profesor di universitas dengan menyia-nyiakan nama Allah di kursi saksi telah membuktikan kebenaran dari pernyataan ini!
Gelar Keagamaan Yang Harus Dihindari
Berbicara tentang penggunaan ekspresi tertentu sebagai gelar keagamaan, Kristus mengatakan: "Dan janganlah kamu menyebut siapa pun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga." (Matius 23:9). Meskipun terdapat suatu penyalahgunaan yang sangat nyata dan jelas dari perintah ini pada beberapa organisasi keagamaan yang ada, pernyataan dari firman Allah ini adalah jelas bagi orang yang ingin mematuhinya. Satu-satunya Bapa rohani kita adalah Allah! Penerapan apapun bagi kata "bapa" yang digunakan bagi gelar keagamaan seorang manusia adalah suatu penghinaan bagi sang Pencipta yang telah menciptakan seluruh manusia. Manusia yang penuh dengan ketidak sempurnaan dan kelemahan menggunakan gelar seperti itu kepada diri mereka sendiri dengan asumsi sebagai gelar yang agung. Tentu saja kita harus memanggil orang tua pria jasmani kita "bapa", seperti yang Allah perintahkan di dalam perintah kelima. Suatu kesalahan umum dari nama suci adalah penggunaan istilah "reverend/pendeta/vicar" bagi manusia... .baik dia seorang minister/bukan, karena Allah hanya menggunakan gelar ini kepada diriNya sendiri: "Dikirim-Nya kebebasan kepada umat-Nya, diperintahkan-Nya supaya perjanjian-Nya itu untuk selama-lamanya; nama-Nya kudus dan dahsyat." (Mazmur 111:9). Kata "reverend" sesungguhnya harus digunakan hanya bagi pribadi yang memang layak untuk disembah! Yang pada kenyataannya tidak terdapat seorang manusia pun yang layak untuk mendapatkan gelar yang seperti ini! Bahkan pelayan Allah seperti rasul Paulus terwahyukan untuk menuliskan: "Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik." (Roma 7:18). Oleh karenanya, setiap orang yang mempertimbangkan dirinya berharga untuk disembah, atau berhak untuk mendapatkan gelar "yang terhormat", akan pada suatu hari nanti bertobat dari pelanggaran perintah yang ketiga.
Dosa Yang Paling Sering Dilakukan
Di dalam mengajar murid-muridNya dan bahkan kita pada saat ini tentang bagaimanakah cara untuk berdoa, Yesus Kristus memberikan kepada kita semua suatu teladan yang baik untuk mendekatkan diri kepada Allah Yang Maha Kuasa dan untuk memiliki sikap hormat untuk menghormati pekerjaan dan namaNya. Di dalam frasa pembuka dari "Doa Bapa Kami/The Lord's Prayer," beberapa terjemahan Alkitab memiliki kesalahan di dalam hal pemberian tanda baca. Setelah frasa yang menyatakan pendekatan umat manusia kepada Allah yang berbunyi, "Bapa kami yang ada di sorga", sesungguhnya terdapat tiga permintaan yang dihubungkan bersama. Yang kemudian diikuti oleh suatu klausa yang menyatakan keadaan dari ketiganya dan bukan yang terakhir saja. Penterjemahan yang tepat sebenarnya adalah sebagai berikut: "Bapa kami yang ada di sorga, diagungkanlah namaNya, datanglah kerajaanMu, terjadilah kehendakMu, di sorga seperti di bumi."
Frasa "di sorga seperti di bumi" memiliki acuan tidak hanya kepada "terjadilah kehendakMu", tetapi juga kepada "datanglah kerajaanMu, dan kepada "diagungkanlah namaMu". Tiga perihal dari pengagungan nama Allah, kedatangan kerajaanNya, dan melakukan kehendakNya adalah hal-hal yang ada di dalam "Doa Bapa Kami". Ketiganya adalah merupakan fasa-fasa yang berbeda dari hal yang sama. Kita mengagungkan nama Allah dengan menyerahkan diri kita kepada kerajaan dan pemerintahanNya, dan dengan melakukan kehendakNya serta mematuhi hukum-hukumNya. Mempertahankan nama Allah secara fonetik sebagai suatu bentuk penghormatan adalah merupakan sebagian kecil dari pemenuhan perintah ketiga. Yesus bertanya: "Mengapa kamu berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan?" (Lukas 6:46). Berdoa tanpa kepatuhan adalah suatu bentuk samar dari penghujatan! Orang yang menganggap dirinya agamais yang berbicara tentang agama dan Allah kepada orang lain, tetapi yang tidak mematuhi firman dan hukumNya sesungguhnya bersalah atas dosa yang lebih besar dibandingkan dengan mereka yang melakukan tindakan kedagingan tetapi yang tidak berpura-pura jika mereka memang melakukannya. Kemunafikan kaum beragama sesungguhnya lebih buruk dari pada tindakan pengumpatan yang dilakukan oleh orang di luar sana. Adalah suatu tindakan hujat dan penyia-nyiaan nama Allah jika seorang manusia memuji Allah, tetapi di sisi yang lain ia memberontak terhadap jalan dan hukum Allah! Demikian pula orang yang menyampaikan khotbah dan berdoa dengan kata-kata yang indah serta kusyuk tetapi yang melanggar perintah Allah, bahkan yang kecil sekalipun (Matius 5:19), sudah dikatakan melakukan penghuj atan ketika berdoa! Bagaimanapun juga, walaupun manusia seperti ini dapat menyesatkan dunia, ia tidak pernah dapat menyesatkan Allah!
Berbicara tentang "ahli agama" di zamanNya yang menolak untuk melakukan kepatuhan yang total kepada kehendak dan hukum Allah, Yesus mengatakan: "Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis:
Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia." (Markus 7:6-7) Di dalam cara yang sama banyak orang yang pada saat ini mengakui Allah dengan bibir mereka, tetapi yang menyia-nyiakan Allah di dalam penyembahan mereka! "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga." (Matius 7:2 1). Oleh karenanya, maka penyembahan mereka tersebut adalah sia-sia.
Biarlah Allah memberikan kepada anda keinginan untuk mematuhi kehendak dan hukumNya! Biarlah anda belajar untuk menyembahNya di dalam roh dan kebenaran. Biarlah anda belajar untuk menghormati dan mengagungkan nama besarNya. Ingatlah bahwa hal ini perlu anda lakukan karena namaNya mewakili kekuatan, kebijakan, kesetiaan, kasih, kebaikan dan kesabaran dan belas kasihNya yang tak terbatas. Hal ini mewakili karakter, dan pekerjaan, dan kebesaran hati dari Allah yang berkuasa untuk mengatur alam semesta!
Prepared by:
Bambang Wiyono
081 2327 3886
Website:
http://muridyesuskristus.blogspot.com
Milis :
http://groups.yahoo.com/group/fullgospel_indonesia
Catatan : Sebagai umat Kristen, kita harus hidup seperti Yesus Kristus hidup ( I Yoh 2:6 ), yaitu mentaati dan melaksanakan KESEPULUH PERINTAH ALLAH, jangan sampai ada satu perintahNya yang dilanggar, agar kita hidup berkenan dihadapanNya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar