Kamis, 16 April 2015

INKUBASI & VISUALISASI



oleh pengamat rohani
4 langkah proses inkubasi & Visualisasi

Tuhan tidak akan pernah melaksanakan salah satu pekerjaanNya yang agung dalam kehidupan ini tanpa perantaraan iman pribadi anda.
Dapatlah kita anggap sebagai suatu hal yang lumrah bahwa semua orang memiliki iman. Alkitab menunjukkan kepada kita bahwa Tuhan telah mengaruniakan kepada kita masing-masing suatu takaran iman. Anda pasti memiliki iman atau keyakinan, entah anda menyadari atau tidak. Anda boleh saja meraba-raba wujud iman itu. Akan tetapi setiap kali anda membutuhkan Dia, iman itu pasti muncul dalam batin anda. Iman itu siap sedia untuk dapat anda manfaatkan. Seperti kedua tangan anda, bila dibutuhkan maka anda cukup hanya mengulurkan tangan dan menggerakkannya. Bukankah kita juga tidak perlu meraba kedua lengan kita, untuk mengetahui bahwa lengan kita tergantung pada bahu kita? Demikian pula halnya dengan iman.
Namun demikian ada cara-cara tertentu agar iman mencapai tujuannya dan menghubungkan anda dengan  Bapa sorgawi yang bersemayam di dalam diri anda itu. Alkitab menyatakan bahwa iman adalah dasar dari segala hal yang kita harapkan. Suatu dasar yang mula-mula mengalami tahap perkembangan, suatu INKUBASI sebelum ia bisa bermanfaat dan menjelma jadi kenyataan. Mungkin saja anda bertanya, Unsur-unsur apakah yang kuperlukan agar iman saya itu dapat bermanfaat bagiku? 


( 1 ) SASARAN HARUS JELAS

Untuk bisa memanfaatkan iman anda itu, maka anda terutama sekali harus memiliki sasaran yang jelas dan gamblang. Sebab iman itu adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan itu. Apabila anda hanya punya gambaran yang serba samar-samar tentang sesuatu gaganan atau sasaran yang hendak anda capai itu, maka anda tidak mempunyai hubungan dengan yang sanggup memberi jawaban atas permintaan anda itu. Maka itulah anda patut memiliki sasaran iman yang jelas dan tegas. Saya sendiri telah menarik pelajaran tentang hal ini dari suatu pengalaman hidupku yang istimewa.
Saya telah bekerja selama beberapa bulan di bidang pekerjaan Tuhan. Akan tetapi saya begitu miskin perihal kebutuhan material sehingga saya boleh dikata tidak punya apa-apa sama sekali, Saya belum menikah. Saya tinggal di sebuah ruangan yang sempit, Saya tidak punya barang-barang perabot berupa meja atau kursi, ranjang pun tidak punya. Makan dan tidur pun kedua-duanya harus saya lakukan di atas lantai. Belajar pun saya lakukan di atas lantai. Sedangkan untuk melayani jiwa-jiwa saya harus berjalan kaki bermil-mil jauhnya setiap hari.
Akan tetapi pada suatu hari tatkala saya sedang membaca Kitab Suci, saya sangatlah terkesan oleh janji-janji yang Tuhan berikan, Alkitab berkata, bahwa jika saya menaruh percaya kepada Yesus, berdoa di dalam nama Dia, maka saya akan memperoleh segala sesuatu. Alkitab juga mengajarkan kepada saya bahwa saya adalah anak Tuhan, anak Raja segala raja, dan Tuhan segala tuhan!
Lalu saya berucap, Bapaku yang di surga! Mengapakah seorang anak dari Raja segala raja, dan Tuhan segala tuhan, harus hidup tanpa meja, kursi dan ranjang? Mengapa saya harus berjalan kaki bermil-mil jauhnya untuk melakukan tugasku setiap hari? Bukankah pantas jika saya punya sekedar meja untuk menulis dan membaca serta kursi untuk tempat duduk? Rasanya pantaslah jika sekiranya saya punya sebuah sepeda yang sederhana untuk saya pakai bagi keperluan kunjungan keluarga dalam pelayanan rohaniku terhadap jiwa-jiwa
Saya merasa bahwa menurut Alkitab saya boleh memohon tiga hal itu kepada Tuhan. Maka saya pun berlututlah dan memanjatkan doa, Ya Bapa, saya berdoa. Berikanlah kepadaku meja, kursi dan sepeda. Saya yakin benar akan hal itu dan saya memuji Tuhan.
Mulai dari saat itu saya menunggu-nunggu untuk menerima barang-barang itu. Yakni barang-barang yang telah saya pinta itu di dalam doaku. Akan tetapi satu bulan telah berlalu tanpa ada jawaban apa-apa, Kemudian menyusul bulan kedua, tiga, empat, lima, enam, dan saya masih saja menunggu dengan sia-sia. Tak ada sesuatu pun terjadi. Lalu pada suatu hari yang dingin oleh karena hujan turun dengan larasnya, saya betul-betul merasa sedih sekali. Saya belum makan hari itu oleh karena memang tak ada persediaan makanan sedikit pun di rumah. Perutku sangat lapar. Badanku sangat lemas. Hatiku sangat murung. Saya mulai mengeluh, Tuhan, saya telah meminta kepadaMu agar saya ini diberikan meja, kursi dan tempat tidur, serta sebuah sepeda, beberapa bulan yang lalu. Akan tetapi Engkau belum memenuhi permintaanku itu. Tak ada sebuah pun dari apa yang saya minta itu kuterima. Tuhan melihat sendiri bagaimana saya ini bekerja di tengah-tengah masyarakat yang miskin di wilayah perkampungan ini. Bagaimana bisa saya meminta kepada mereka itu untuk mempraktekkan iman itu, kalau saya sendiri tidak dapat membuktikannya dalam hidupku? Bagaimana saya bisa menuntut dari mereka supaya mereka itu percaya kepada Tuhan berdasarkan keyakinan mereka, dan hidup sungguh-sungguh berdasarkan firman Tuhan, dan bukannya hidup oleh roti saja?
Ya Tuhan, saya merasa sangat kecewa. Saya tidak mempunyai pegangan kepastian mengenai hal ini, tetapi saya pun tidak bisa menyangkal akan sabda Tuhan yang tercantum dalam Alkitab itu, Sebab firman Tuhan itu tetap kekal selama-lamanya. Oleh sebab itu saya yakin bahwa Tuhan pasti akan menjawab permintaan saya itu. Cuma soalnya sekarang saya belum punya kepastian kapan atau bagaimana caranya saya menerima barang-barang itu. Tuhan, kalau saya menerima barang-barang itu setelah ajalku telah sampai, buat apa lagi barang-barang itu padaku? Tak ada gunanya lagi, bukan? Bila Tuhan mau menjawab permintaanku itu, percepatlah Tuhan. Saya mohon Tuhan menjawab dengan segera.
Kemudian saya pun duduk terhenyak sambil menangis. Tiba-tiba saya merasakan suatu ketenangan yang meliputi jiwaku. Setiap saya mempunyai perasaan seperti ini, kehadiran hadirat Tuhan maka Ia biasanya berbicara kepada saya. Oleh sebab itu saya pun menanti dengan sabar. Dengan sayup-sayup saya mendengarkan suara halus di dalam jiwaku itu. Saya mendengar suara Tuhan berucap, Anakku, Aku telah mendengarkan doamu semenjak beberapa waktu yang lalu.
Langsung saja saya menjawab dengan lantang, Kalau begitu, di manakah meja, kursi, dan sepeda itu?
Maka Roh Tuhan pun berbicara kepadaku, Nah, itulah kesulitannya dengan dirimu. Tak bedanya dengan anak-anak Tuhan yang lainnya. Mereka semua meminta. Mereka mengajukan pelbagai macam permohonan. Akan tetapi apa yang mereka minta itu serba kabur, kurang jelas, samar-samar. Bagaimana Aku bisa menjawabnya? Tidakkah kalian tahu bahwa ada ratusan bahkan ribuan meja, kursi, dan sepeda di dunia ini? Engkau tidak pernah mengajukan permohonan meja yang bagaimana yang engkau maksudkan, kursi dan sepeda apakah yang kau minta itu.
Saat itu merupakan titik balik arah perjalanan hidup saya. Belum pernah ada seorang profesor di sekolah Alkitab yang mengajarkan kepadaku hal semacam itu. Saya telah keliru. Dan kekhilafan itu membuat mataku jadi melek tentang kenyataan yang sesungguhnya.
Maka saya pun berkata, Tuhan, apakah Engkau menghendaki agar saya berdoa kepadaMu dengan istilah yang terang dan gamblang? Kali ini Tuhan memberi petunjuk kepadaku untuk membuka surat Ibrani pasal sebelas : Iman itu adalah dasar dari segala sesuatu. Segala sesuatu yang jelas dan tegas. Segala sesuatu yang kita harapkan.
Maka saya pun berlutut lagi dan berdoa, Ya Bapa, saya sangat menyesal. Saya telah membuat satu kesalalan besar. saya telah salah paham tentang diriMu. Saya cabut semua doa-doaku yang lalu. Saya akan memulai segalanya dari awal lagi.
Lalu saya pun mengemukakan ukuran meja, yang terbuat dari kayu mahoni. Saya menghendaki kursi dari jenis yang terbaik, yang kerangkanya terbuat dari logam besi, yang pada kedua ujung kakinya diperlengkapi dengan roda kecil. Dengan demikian saya dapat dengan mudah, sambil duduk diatasnya, mendorong diri saya ke sana kemari.
Kemudian saya menguraikan soal sepeda yang saya minta itu. Dan memang saya rinci betul-betul ciri sepeda itu, sebab bukankah begitu banyak jenis sepeda di dunia ini Ada yang buatan Korea, Jepang, Taiwan, Jerman. Akan tetapi pada waktu itu sepeda-sepeda bikinan Korea atau Jepang pada ummnya masih sangat kurang memadai mutunya. Sedangkan saya menginginkan sebuah sepeda yang kuat dan kekar. Dan oleh karena sepeda semacam itu banyak dibuat orang di Amerika Serikat, maka saya pun berkata, Ya Tuhan, saya ingin sebuah sepeda bikinan Amerika Serikat, yang dilengkapi dengan rem yang kuat di sampingnya, sehingga dengan mudah saya bisa mengatur kecepatan larinya sepeda itu.
Saya mengajukan permohonan saya itu dengan istilah dan rincian yang begitu jelasnya, sehingga Tuhan tidak mungkin lagi salah paham dalam memberikan jawabannya kelak. Saya merasakan iman memancar dan meluap dari dalam hatiku. Sukacitaku penuh di dalam Tuhan. Malam ini saya tidur nyenyak bagaikan scorang bayi.
Akan tetapi tatkala saya bangun pagi pada jam 4.30 untuk mempersiapkan kebaktian pagi, saya tiba-tiba saja merasakan hatiku menjadi hampa. Padahal malam sebelumnya itu saya memiliki iman yang paling cemerlang di dunia. Kini saya merasa seolah-olah iman saya itu telah sempat memiliki sayap dan terbang lenyap bersama hilangnya malam.
Iman saya itu telah melayang hilang saat saya tidur lelap. Saya tidak bisa merasakan sesuatu apa pun di dalam batinku. Saya berkata, Ya Tuhan, keadaan ini sungguh menyedihkan. Sungguh baik bila seseorang itu memiliki iman. Akan tetapi berbeda benar memperoleh jawabannya.
Inilah kesukaran yang umum menimpa diri orang-orang Kristen. Mereka bisa gandrung akan iman itu setelah mendengar pembicara tamu. Mereka bisa dipenuhi dengan semangat yang menyala-nyala pada saat mereka mendengar khotbahnya. Akan tetapi sebelum mereka sempat tiba di rumah, segala-galanya telah lenyap. Seakan-akan iman itu punya sayap dan bisa terbang lenyap dalam sekejap.
Pada pagi hari itu, sementara saya membuka-buka lembaran halaman Alkitab, maka saya pun berharap agar Alkitab itu bisa berbicara secara langsung kepadaku. Mataku tertuju ke arah sebuah ayat dalam surat Roma 4:17 yang berbunyi:
Allah yang menghidupkan orang mati dan yang menjadikan dengan firmanNya apa yang tidak ada menjadi ada.
Hatiku terpaku pada ayat itu, Kemudian hatiku mulai bergelora. Saya berkata pada diriku sendiri, Saya pun dapat menyebutkan hal-hal yang tidak ada menjadi ada. Biarlah saya memiliki keyakinan seolah-olah benda-benda itu sudah ada. Saya harus yakin bahwa barang-barang itu telah saya miliki. Sekarang saya telah menerima jawaban terhadap masalah yang kuhadapi itu. Yakni bagaimana mempertahankan iman yang hidup itu.
Dengan bergegas-gegas saya melangkah menuju ke tenda tempat kami melangsungkan ibadat pagi. Sejumlah orang, sudah mulai berdoa. Setelah kami menyanyi beberapa nyanyian, maka saya pun menyampaikan renungan. Saya coba menguraikan ayat Alkitab itu, dan berkata : Saudara-saudaraku di dalam Tuhan, oleh karena berkat Tuhan maka saya memperoleh meja yang terbuat dari kayu mahoni, sebuah kursi yang bagus dengan kerangka logam besi, yang pada ujung kakinya ada roda kecil untuk menggelinding, serta sebuah sepeda bikinan Amerika Serikat yang diperlengkapi rem pada sisinya. Terpujilah Tuhan! Saya telah menerima segalanya itu dari Tuhan.
Tentu saja orang-orang yang hadir dalam kebaktian itu ter-nganga. Sebab mereka tahu betul bahwa saya ini sangat miskin. Mereka menganggap saya mengkhayal dan mengemukakan sesuatu yang tidak masuk akal. Mereka tidak percaya sama sekali. Padahal dengan iman saya itu saya betul-betul memanjatkan puji syukur kepada Tuhan. Saya perbuat seakan Tuhan telah memenuhi apa yang saya minta itu. Saya bertindak sesuai dengan Firman Tuhan yang penuh kekuatan iman itu.
Setelah selesai kebaktian, maka saya pun melangkah keluar. Tiga orang anak muda mengikuti dan menegur saya, Bapak pendeta, kami ingin melihat barang-barang itu.
Sayaa terkejut bukan main, bercampur takut. Sebab saya tidak menduga sama sekali bahwa saya harus memperlihatkan barang-barang itu. Orang-orang itu berasal dari daerah perkampungan yang miskin. Apabila sekali saja mereka mengetahui bahwa saya telah berbohong, maka tamatlah kesempatan bagiku untuk mengabarkan Injil kepada mereka. Mereka tidak akan bakal kembali lagi ke tempat ibadat. Anda dapat membayangkan betapa terpojoknya kedudukan saya itu. Maka saya pun mulai berdoa, Tuhan, semenjak dari semula hal ini bukanlah gagasanku. Akan tetapi oleh karena Engkau telah mengemukakan hal semacam itu kepadaku, maka saya hanya mengikuti petunjukMu saja. Tetapi kini saya menghadapi satu keadaan yang gawat. Saya telah berucap sesuatu seolah-olah saya telah memilikinya, akan tetapi keadaannya belum demikian. ( perhatikan Mark 11:24 )  Bagaimana saya harus keluar dari kedudukanku yang tergencet ini? Bagaimana saya harus menjelaskan persoalan ini pada orang-orang itu? Tuhan, tolonglah saya, Saya yakin bahwa Engkau senantiasa bersedia menolong saya.
Maka Tuhan pun datang dan membantu saya. Timbullah sebuah ide dalam hatiku. Saya berkata kepada mereka itu. Marilah ikut saya, masuklah ke dalam ruanganku dan saksikanlah.
Semua mereka pun masuklah, lalu melihat-lihat sekelilingnya untuk mencari apakah ada sepeda, kursi dan meja itu. Saya berkata, Tak usah melongok ke sana kemari. Nanti akan saya tunjukkan kepada kalian.
Saya lalu menunjuk dengan jariku kepada tuan Park, yang kini menjadi pendeta dari gereja Sidang Jemnat Allah terbesar di Korea, dan berkata, Saya ingin bertanya kepada kalian. Bilamana kalian bisa menjawab pertanyaan saya, maka saya akan menunjukkan barang-barang itu. Nah, berapa lamakah kalian berada di dalam rahim ibu scbelum kalian dilahirkan di dunia ini?
Mereka menggaruk-garuk kepala. Lalu menjawab, Sembilan bulan.
Saya berkata, Apakah yang anda lakukan di dalam rahim ibu anda itu?
Oh, saya bertumbuh.
Baiklah, kataku, Akan tetapi tak ada seorang pun yang melihat anda.
Tentu saja tak ada seorang pun yang melihat saya oleh karena saya berada di dalam rahim ibuku.
Lalu kataku, Wujud anda sebagai bayi sama tatkala berada di dalam rahim ibu ataupun sesudah dilahirkan ke dunia. Jawaban anda itu tepat. Tadi malam sayapun berlutut di sini dan telah berdoa kepada Tuhan untuk mendapatkan meja, kursi, dan sepeda itu. Dan melalui perantaraan Roh Kudus dan oleh kuasanya itu saya yakin bahwa saya mengandung meja, kursi, dan sepeda itu. Seolah-olah barang-barang itu sudah ada, dan sedang bertumbuh di dalam diri saya. Meja, kursi dan sepeda itu akan sama bentuknya seperti yang sesudah barang-barang terlahir dan terwujud,
Maka meledaklah tawa mereka terbahak-bahak. Mereka berkata, Baru pertama kali inilah kita menyaksikan ada laki-laki yang hamil, mengandung sepeda, meja dan kursi. Sambil keluar meninggalkan ruangan saya itu, mereka pun tertawa terus. Mereka sebarkan desas-desus ke seluruh pelosok kota bahwa bapak pendeta telah hamil mengandung scpcda, meja dan kursi. Saya hampir-hampir tidak berani lewat di perkampungan mereka lagi, karena setiap kali saya lewat sejumlah kaum wanita pasti berkerumun dan tertawa cekikikan memandang kepada saya. Anak-anak remaja yang nakal akan datang pada hari Minggu dan coba-coba meraba perut saya dan berkata, Bapak pendeta, sudah berapa bulankah anda hamil?
Namun selama hari-hari itu saya tetap yakin hahwa segala benda yang saya inginkan itu tetap saja bertumbuh di dalam diriku. Persoalannya hanyalah terletak pada masalah waktu. Tak bedanya dengan seorang wanita hamil yang menunggu saatnya bayi itu dilahirkan. Demikian pula halnya bagi kita. Kita pun memerlukan waktu selama kita telah mengandung segala hal yang secara jelas dan nyata menjadi sasaran doa kita.
Saya tetap memuji Tuhan dan bersyukur terima kasih kepadaNya dan ketika waktunya tiba, saya memperoleh semua benda-benda itu. Saya memiliki semua benda-benda itu, meja yang terbuat dari kayu mahoni, sebuah kursi bikinan pabrik Mitsubishi dari Jepang dengan kerangka besi, yang diperlengkapi dengan roda-roda pada ujung kakinya, sehingga bisa meluncur dengan santai ke sana kemari sambil duduk di atasnya. Dan sebuah sepeda yang sudah pernah dipakai, yang memiliki rem pada sebelah sampingnya, milik seorang anak misionaris Amerika. Saya bawa meja, kursi dan sepeda itu ke dalam rumah saya. Dengan demikian sikapku dalam berdoa mengalami perubahan.
Sampai saat itu saya senantiasa berdoa dalam istilah yang serba kabur dan samar-samar. Akan tetapi mulai dari saat itu sampai sekarang saya selalu berdoa dalam pernyataan yang jelas dan gamblang. Sebab bila kita mengajukan doa dalam bentuk yang tidak jelas, maka kita pun sulit bisa mengenal apakah doa kita itu telah dikabulkan atau tidak oleh Tuhan. Jawaban Tuhan itu pun akan serba kabur pula oleh kita. Oleh sebab itu hendaklah kita mengajukan permohonan doa kita itu secara jelas, dan terinci.
Tuhan tidak pernah menyambut permintaan doa yang samar-samar. Tatkala anak Timeus, yakni Bartimeus yang buta itu, datang berlari-lari mendapatkan Yesus, ia berseru, Anak Daud, kasihanilah aku! Meskipun semua orang yang hadir tahu bahwa Bartimeus itu sedang memohon kepada Yesus agar ia disembuhkan dari penyakit butanya, namun Kristus masih juga bertanya kepadanya, Apa yang kau kehendaki supaya Aku perbuat bagimu?
Mcngapa? Kristus menghendaki agar kita bersikap jelas dan tegas dalam permintaan kita itu. Bartimeus berkata, Rabuni, supaya aku dapat melihat! Yesus menjawab, Jadilah seperti apa yang kau percaya. Maka Bartimeus pun membuka matanya.
Perhatikanlah. Sebelum ia meminta secara tegas kesembuhan bagi kebutaan matanya itu, Yesus tidak memberikan atau mengucapkan kesembuhan itu. Oleh sebab itu bila anda membawa permohonan kepada Tuhan, maka hendaklah anda kemukakan itu dengan bentuk yang jelas, terinci sasarannya, gamblang.

Pada suatu hari saya melakukan kunjungan di sebuah gereja lain. Saya menjadi pembicara tamu. Selesai kebaktian isteri pendeta tuan rumah mengundang saya ke dalam kantornya, Pak Cho, sudikah Anda berdoa untuk seorang wanita anggota gereja kami ini?
Buat apa? tanyaku menyela.
Begini. Ia ingin sekali mempunyai jodoh. Tetapi sampai sekarang ini ia tetap saja masih belum menemukan pria yang ia cita-citakan itu.
Cobalah panggil dia kemari.
Maka masuklah wanita itu. Cukup cantik, cuma usianya sudah lebih dari tiga puluh tahun. Seorang perawan tua.
Saya lalu mengajukan pertanyaan kepadanya, Berapa lamakah Anda telah berdoa untuk seorang calon suami yang serasi dengan Anda?
Ia menyahut, Sudah lebih dari sepuluh tahun,
Mengapa Tuhan belum juga menjawab permintaan doa Anda sebegitu lamanya? Aduhai, sepuluh tahun, bukan main lamanya! ujarku kepadanya Lalu bentuk pria yang bagaimanakah yang sebenarnya yang anda cita-citakan itu?
Wanita itu malah mengangkat kedua belah bahunya. Terserah kepada Tuhan saja. Kalau Tuhan berikan saya terima. Bukankah Tuhan tahu apa yang baik bagi saya? Tuhan Maha Mengetahui.
Disinilah letak kesalahan anda. Tuhan tidak akan melakukan sesuatu atas prakarsaNya sendiri. Ia hanya akan memenuhi sesuatu berdasarkan kebutuhan kita pribadi. Memang benar bahwa Tuhan itu adalah sumber segala sesuatu, akan tetapi Ia hanya bisa m engaruniakan sesuatu berdasarkan permintaan kita. Baiklah, apakah anda berniat sungguh-sungguh agar saya berdoa untuk anda?
Ya jawab wanita itu.
Baiklah. Coba ambilkan sehelai kertas polos dan sebuah pinsil. Silahkan anda duduk di depan sini, kataku kepadanya.
Maka ia pun duduklah di hadapan saya. Saya katakan kepadanya, Jika anda menulis semua jawaban terhadap pertanyaan saya, maka saya akan berdoa untuk anda. Pertanyaan saya yang pertama ialah : Anda menghendaki seorang pria sebagai calon suami anda. Akan tetapi bentuk yang bagaimanakah yang anda cita-citakan itu? Apa, oarang Asia, orang kulit putih, orang Afrika?
Seorang kulit putih, jawab wanita itu.
Baiklah. Tulis di atas kertas jawaban anda itu. Sekarang pertanyaan nomor dua : Apakah anda menghendaki seorang yang bertubuh jangkung setinggi enam kaki, atau seorang laki-laki berbadan pendek kurang dari lima kaki tingginya?
Oh, saya inginkan seorang suami yang jangkung.
Nah, tulis lagi itu. Nomor tiga : Apakah anda menghendaki seorang suami itu ramping dan gagah, atau gemuk tetapi menarik?
Saya lebih suka yang bertubuh ramping
Tulis jelas ciri itu. Bertubuh ramping. Bagus! Nah, langkah keempat : Anda ingin suami yang memiliki kegemaran apa? Maksud saya apa hobinya?
Kalau bisa, yang senang musik.
Baiklah. Tulislah di kertas itu. Senang musik. Sekarang langkah yang kelima : Pekerjaan apakah yang anda inginkan dimiliki oleh suami anda itu?
Guru sekolah.
Baiklah! Tulislah dengan jelas. Guru sekolah.
Saya pun terus mendusuri sepuluh titik persoalan itu dengannya, kemudian berucap kepadanya, Cobalah anda bacakan keras-keras daftar anda itu sekali lagi.
Maka wanita itu pun membacakan sepuluh pokok pertanyaan dengan jawaban yang ia berikan itu, mulai dari nomor satu sampai dengan yang kesepuluh. Ia baca keras-keras. Lalu saya berkata, Sekarang tutuplah mata anda. Nah, apakah anda membayangkan bagaimana bentuk suami anda sekarang ini?
Ya, sekarang saya dapat melihat dia dengan jelas.
Oke. Marilah kita pesan dia sekarang juga. Jika anda tidak memiliki gambaran yang jelas tentang bentuk dan ciri suami anda itu, maka Tuhan tidak mungkin menjawab permintaan doa anda itu. Anda harus sudah dapat melihat dia dengan jelas sebelum anda mengajukan permohonan kepada Tuhan. Sebab Tuhan tidak pernah menjawab permintaan doa yang serba kabur dan samar-samar.
Maka ia berlutut, lalu saya pun menumpangkan tanganku ke atas dia dan berdoa, Ya Tuhan, sekarang saudara kami ini telah mengetahui siapakah suaminya itu. Saya pun telah melihat suami yang diidam-idamkannya itu. Tuhan pun mengetahui siapa suaminya itu. Kami mohon kiranya Tuhan mengabulkan permintaan saudari kami ini di dalam nama Yesus. Amin!
Hendaklah anda bawa pulang kertas ini dan tempelkanlah pada cermin kaca dandan. Setiap malam sebelum anda pergi tidur bacalah dulu kesepuluh jawaban pertanyaan itu keras-keras, dan bersyukurlah kepada Tuhan atas jawaban yang diberikan Tuhan bagi anda.
Satu tahun pun berlalu. Saya kebetulan harus lewat melalui daerah itu lagi. Isteri pendeta setempat itu menelepon saya dan mcngundang saya, Bapak Cho, sudikah anda mam pir lagi dan makan siang bersama dengan kami?
Tentu saja saya senang menerima undangan anda, jawabku gembira. Maka hari itu saya datang makan bersama dengan keluarga pendeta itu.
Begitu saya tiba, karuan saja isteri pendeta itu menyambut saya dengan satu kabar berita yang menggembirakan. Ia berseru dari jauh, Bapak pendeta, ia telah menikah! Ia telah menikah!
Siapa yang menikah? tanyaku tercengang.
Si perawan tua itu! Ingatkah anda akan wanita yang pernah anda doakan itu? Bukankah anda yang menyuruh dia menulis semua jawaban atas sepuluh pertanyaan yang anda berikan kepadanya itu? Nah, dia telah memperoleh suami yang ia inginkan. Mereka telah menikah!
Ya, sahutku masih melongo, tetapi ingat akan peristiwa satu tahun yang lalu itu. Ya, betul. Saya ingat dia. La1u kenapa, bagaimana kisahnya?
Pada musim panas tahun itu di gereja kami ini datang seorang guru musik sekolah lanjutan dengan rombongan anak-anak muda yang menyanyi koor dan bermain musik dalam kebaktian. Mereka menginap di sini selama seminggu sambil melakukan kebangunan rohani di bidang musik. Pemimpin rombongan itu ternyata masih bujangan dan hampir semua anak gadis sangat tergila-gila dengan pemimpin musik ini. Mereka ingin sekali berkencan dengan dia. Tetapi pemimpin musik yang masih bujangan itu tiada berniat sama sekali terhadap gadis-gadis remaja yang naksir padanya itu. Akan tetapi tatkala ia berkenalan dengan perawan tua itu, ia pun segera jatuh hati. Pemimpin musik itu terus saja mengincer wanita itu, dan sebelum ia meninggalkan kota kami ini ia pun menyampaikan lamaran kepada wanita itu untuk sudi menikah dengan dia. Tentu saja wanita itu tidak berkeras hati pula untuk menolak lamaran itu.
Mereka menikah dengan bahagia dan diberkati di gereja ini. Pada hari pernikahan mereka itu ibu dari pihak wanita itu membawa serta lembaran kertas yang pernah ditempelkan pada cermin kaca rias wanita itu. Lembaran kertas yang memuat sepuluh jawaban atas pertanyaan anda itu. Sang ibu membacakan keras-keras isi lembaran kertas itu dihadapan para hadirin dan undangan, kemudian merobeknya.
Kedengarannya kisah ini seperti sebuah dongeng saja. Akan tetapi sesungguhnya telah terjadi hal yang demikian pada anda, bahwa : Tuhan ada di dalam anda. Tuhan tidak pernah berbuat sesuatu yang sama sekali terlepas dari kepentingan diri anda, yang ada sangkut pautnya langsung dengan diri anda. Tuhan akan bekerja melalui apa yang anda pikirkan, apa yang anda yakini. Oleh sebab itu, apabila nda ingin beroleh jawaban dari Tuhan, kemukanlah sasaran anda itu secara jelas dan gamblang.
Janganlah anda berseru, Ya Tuhan, ya Tuhan, berkatilah saya ini! Berkatilah saya! Tahukah anda ada berapa banyak jumlah berkat yang tercantum di dalam Alkitab? Lebih dari 8.000 buah banyaknya. Serba ragam pula jensisnya. Bila anda berkata,Oh Tuhan, berkatilah saya ini!, maka Tuhan bisa balik bertanya kepada anda, Berkat yang bagaimana yang anda maksudkan itu? Yang mana dari antara 8.000 jenis berkat itu yang anda kehendaki? Oleh karena itu sudah sepatutnya anda bersikap tegas dalam soal ini. Keluarkanlah buku catatan anda. Tulislah dengan jelas apa yang anda maksudkan itu. Catatlah dengan gamblang apa yang anda perlukan dan inginkan.
Saya sendiri selalu meminta kepada Tuhan untuk memberikan kebangunan rohani pada jiwa-jiwa untuk menjadi anggota gereja kami dengan mengemukakan jumlah tertentu. Pada tahun 1960 saya mulai berdoa kepada Tuhan, Berikanlah kepada kami lebih dari seribu orang anggota sebagai tambahan tiap tahun, ya Tuhan! Dan sampai tahun 1969 seribu orang lebih telah memperbesar jumlah keanggotaan gereja kami tiap tahunnya.
Akan tetapi dalam tahun 1969 saya merubah pendirianku. Saya pikir, Kalau Tuhan sanggup memberikan seribu orang anggota sebagai tambahan tiap tahunnya, apa salahnya kalau saya minta seribu orang anggota tiap bulannya?
Maka mulai tahun 1970 saya pun mulai berdoa kepada Tuhan, Ya Bapa Yang Maha pengasih, karuniakanlah kepada kami seribu orang anggota tambahan setiap bulannya.
Mula pertama Tuhan hanya memberikan 600 orang saja. Tetapi kemudian Tuhan mulai menambah lebih dari 1000 orang tiap bulannya. Tahun yang lalu kami menerima anggota lebih dari 12.000 orang ke dalam lingkungan gereja kami. Saya tingkatkan lagi sasaran saya lebih tinggi tahun ini, sehingga kami sekarang ini menerima lebih dari 15.000 orang anggota tambahan. Tahun depan dengan mudah saya bisa meminta kepada Tuhan untuk menambahkannya sampai lebih dari 20.000 orang lagi. Apabila anda mempunyai permintaan yang jelas dan tegas, dan anda betul-betul meyakini hal itu, tak perlu anda ragu-ragu lagi tentang hasilnya. Anda pasti memperolehnya secara nyata.
Ketika saya sedang merancang pembangunan gedung gereja kami yang sekarang ini, yang memiliki kemampuan tempat duduk bagi pengunjung, maka saya sudah membayangkannya terlebih dahulu sebelumnya. Saya sudah membayangkan bentuk dan daya tampungnya itu jauh sebelum para tukang tembok itu memasang besi beton pembuatan gedung itu. Saya berjalan ratusan kali kian kemari meneliti keadaan gedung itu, sementara saya merasakan keagungan hadirat Roh Tuhan di tempat itu. merasakan betul kemegahan gedung gereja itu, yang membuat hati saya bergetar. Anda harus bisa melihat dengan jelas sasaran yang hendak anda gapai itu, demikian hidup nyata, sehingga anda sudah bisa merabanya dengan perasaan anda. Apabila anda tidak menjalankan hukum iman ini, maka anda tidak akan pernah bisa memperoleh jawaban atas segala permintaan doa anda itu.
Itulah sebabnya sekarang di dalam doa, saya senantiasa membayangkan dengan jelas. Saya ingin melihat sasaran yang saya tuju itu dengan jelas dan hidup nyata, sehingga seluruh hati, pikiran dan jiwa saya seolah-olah gandrung akan tujuan itu. Maka syarat utama untuk memperoleh sesuatu secara lengkap terpenuhi. 



( 2 ) MILIKI HASRAT YANNG MENYALA NYALA

Syarat yang kedua yang perlu anda perhatikan ialah anda harus memiliki hasrat yang menyala-nyala dalam mencapai sasaran itu, setelah anda menentukan dengan jelas bentuk dan sifat sasaran itu. Banyak orang berdoa seenaknya saja, Tuhan, kabulkanlah permintaan doa saya ini. Akan tetapi belum lagi keluar meninggalkan ambang pintu gereja, mereka itu sudah lupa hal-hal yang mereka pinta dalam doa itu. Sikap yang semacam itu tidak akan mempertemukan iman kita itu dengan Tuhan. Anda perlu memiliki hasrat yang menyala-nyala.
Bacalah Amsal 10:24 : Keinginan orang benar akan diluluskan.
Di dalam Mazmur 37:4 dikatakan, Dan bergembiralah karena Tuhan, maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu.
Anda harus memiliki hasrat yang menyala-nyala untuk suatu sasaran, dan tetaplah berpegang teguh pada sasaran itu sampai hal itu terwujud.
Tatkala saya memulai tugas saya di bidang pelayanan pekerjaan Tuhan dalam tahun 1958 saya telah menanamkan satu hasrat yang menyala-nyala dalam jiwaku, yakni ingin membina satu gereja Tuhan yang terbesar di Korea. Kehendak itu tetap saja menyala-nyala di dalam dadaku, demikian besarnya sehingga seluruh kehidupanku saya curahkan untuk itu semata-mata. Saya tidur dengan tekad itu, saya bcrjalan-jalan dengan hasrat itu juga. Setelah dua puluh tahun, gereja ini dikatakan merupakan gereja yang terbesar di seluruh dunia.
Anda harus memiliki hasrat yang menyala-nyala di dalam jiwa anda. Bila anda belum memiliki hasrat yang menyala-nyala itu, maka tunggulah. Berdoalah kepada Tuhan agar Dia menaruh keinginanNya di dalam hati Anda. Tuhan tidak menyukai orang yang suam kuku atau orang yang hanya setengah-setengah dalam kehendak dan kemauannya untuk mencapai tujuan. Tuhan ahli pada hal yang panas bila anda memiliki hasrat yang menyala-nyala itu, maka anda pasti bisa memetik hasil yang gilang-gemilang. 

( 3 ) BERDOALAH UNTUK MENDAPAT KEYAKINAN.


Yang ketiga, anda harus memiliki suatu pokok atau keyakinan. Pokok itu dalam bahasa Yunani ialah hupostasis. Dalam bahasa Inggrisnya dapat kita terjemahkan dengan istilah title deed, atau legal paper. Dalam bahasa Indonesianya kita katakan hitam atas putih atau jaminan yang meyakinkan.
Bilamanan kita memiliki satu sasaran yang jelas, dan kita memiliki hasrat yang menyala-nyala di dalam batin kita, sampai-sampai seluruh kehidupan kita dijiwai oleh hasrat maka patutlah kita berlutut dan berdoa kepada Tuhan hingga kita menerima jaminan yang meyakinkan itu.
Tatkala saya sedang melakukan kampanye kebangunan rohani di Hawaii, seorang wanita Jepang maju ke depan bertanya kepada saya, berapa lamakah seseorang harus berdoa hingga beroleh jaminan kepastian itu. Saya katakan kepadanya, bahwa kadang kala hal itu hanya memakan waktu satu menit saja. Dan bilamana ia telah memperoleh rasa damai dan keyakinan itu di dalam hatinya, pada saat itu juga, maka tidaklah perlu lagi baginya untuk berdoa lebih lanjut. Akan tetapi, demikian saya peringatkan kepadanya, bisa juga kepastian itu datang setelah dua menit, dua jam, dua minggu, dua bulan, bahkan dua tahun. Tidak apa! Faktor waktu tidaklah menjadi soal. Yang penting ialah bahwa anda tetap tekun berdoa sampai anda memperoleh jaminan keyakinan itu.
Orang-orang di negeri Barat pada umummya terlibat dalam satu tingkah kehidupan yang serba cepat bila menyangkut soal waktu. Mereka berusaha segala sesuatunya itu hendaklah dikerjakan tepat menurut waktu yang telah ditetapkan. Maka itulah kita saksikan bagaimana sibuknya orang Barat. Seluruh kehidupan mereka itu diwamai oleh gerak dan nada kesibukan serba cepat dan tepat. Malahan mulailah mereka itu kehilangan waktu untuk bergaul akrab dengan anggota keluarga maupun sanak saudaranya, ataupun sahabat kenalannya. Bahkan mereka tidak punya waktu lagi untuk menantikan Tuhan. Segala sesuatunya seakan-akan berjalan bagaikan irama mesin. Serba otomatis saja. Sarapan pagi dalam kemasan yang hanya cukup dipanaskan. Makan siang pun demikian. Pelayanan makanan di restoran pun serba kilat. Semua dapat disuguhkan dalam waktu lima menit. Maka demikianlah pula halnya bilamana mereka pergi ke gereja. Mereka seakan-akan berdoa, Ya Tuhan, berilah jawabannya sekarang juga. Saya tidak punya waktu lagi, hanya lima menit saja. Dan bila Tuhan tidak menjawab permintaan saya ini, sudahlah, lupakan sajalah semuanya. Mereka tidak sabar lagi menanti jawaban dari Tuhan.
Orang-orang Amerika sering mempunyai kecenderungan untuk merubah suasana dalam gerja mereka itu menjadi semacam tempat hiburan yang menyenangkan, Di Korea kami tidak berminat untuk beralih kepada cara-cara yang demikian itu. Penyampaian warta gereja atau pengumuman serba singkat. Yang kami pentingkan dan utamakan ialah Firman Tuhan. Setelah selesai khotbah kami masih melanjutkan acara dengan satu dua buah mata acara, kemudian tutup. Selesai! Akan tetapi Firman Tuhan itulah yang kami utamakan dalam seluruh acara itu.
Pada suatu malam saya diundang untuk melakukan pelayanan gerejani di sebuah gereja di Alabama, Amerika Serikat. Kebaktian dibuka mulai jam tujuh malam, sedangkan pengumuman, musik dan nyanyi-nyanyian itu memakan waktu dua jam lamanya. Saya mengantuk hanya duduk di situ. Para hadirin pun sudah nampak mulai bosan dan letih, sehingga pendeta gereja setempat pun segera datang mendekati saya dan berbisik, Dr. Cho, mohon kiranya anda perpendek saja khotbah anda malam ini. Cukup anda batasi sampai sepuluh menit saja. Soalnya kami menantikan acara televisi yang bagus sekali malam ini, jadi saya minta anda sepuluh menit saja.
Saya telah datang begitu jauh dari negeri Korea atas undangan mereka, dan setelah sampai di sini saya hanya disuruh berbicara dalam sepuluh menit saja.
Terus terang saja, di dalam gereja yang semacam itu kita tidak mungkin bisa beroleh berkat dan anugerah Tuhan sepenuhnya. Sebab di dalam suatu gereja kita harus meluangi waktu untuk menantikan Tuhan. Kita harus punya waktu yang cukup untuk memuji Dia, tetapi juga harus menyediakan waktu yang cukup mantap untuk menemenerima sabda Tuhan. Sebab firman Allah itu justru membangun iman kita itu. Dari kita harus menunggu Tuhan untuk memberikan kepastian dan keyakinan jaminannya itu kepada kita.
Tatkala kami telah menandatangani kontrak dengan ahli bangunan untuk membangun sebuah gereja yang memakan biaya sebesar lima juta dolar Amerika, maka saya telah membayangkan bentuk gedung itu. Sasaran saya telah jelas, hasrat saya telah menyala-nyala untuk memperoleh gedung yang dapat menampung 10.000 pengunjung itu. Namun masih diliputi rasa cemas. Hatiku masih diliputi rasa ragu-ragu, pendirianku masih goyah. Saya belum punya pegangan yang pasti tentang soal itu. Sikap saya masih tak beda dengan seekor kelinci yang berada dalam buronan, dan lima juta dolar itu seperti gunung Everest tingginya di hadapan pemandanganku. Bagi jutawan luar negeri satu juta dolar tidak merupakan angka yang menakutkan. Angka itu merupakan angka yang relatif kecil dan tidak berarti bagi orang yang kaya raya. Tetapi bagi kami bangsa Korea, sata juta dolar itu adalah satu angka raksasa.
Maka saya pun mulai berdoa bagaikan orang yang sudah hampir sekarat, dan saya berucap, Ya Tuhan, sekarang tukang dan ahli bangunan itu telah memulai membangun gedung gereja itu. Akan tetapi sampai saat ini saya masih belum memiliki kepastian soal ini untuk selanjutnya. Saya betul-betul tidak tahu dari mana saya akan mendapat jumlah uang yang sebanyak itu untuk keperluan pembangunan itu.
Maka mulailah saya dihinggapi penyakit ragu-ragu. Hatiku menjadi bimbang dan cemas. Sebulan berlalu. Sedikit pun saya tidak merasa tenteram, sebab saya belum punya jaminan kepastian. Bulan yang kedua datang menjelang. Dan tengah malam saya sering bangun untuk berdoa kepada Tuhan. Saya turun dari ranjang dan meringkuk di pojok kamar. Saya berlutut dan menangis, seakan-akan jantungku hendak copot rasanya. Isteri saya menyangka bahwa pikiran saya sudah mulai terganggu. Akan tetapi secara mental saya memang buta. Kadang-kadang saya hanya berdiri, tanpa berpikir, kuatir soal lima juta dolar yang menggelisahkan itu.
Saya berdoa terus-menerus selama tiga bulan lamanya. Pada suatu pagi isteri saya berkata kepada saya, Marilah kemari, sayang! Sarapan pagi telah siap. Saya pun keluar dari ruangan kerjaku, dan siap untuk duduk di kursi makan. Tiba-tiba saya merasa langit bagaikan terbuka lebar bagiku dan berkat Tuhan turun dengan luar biasa ke atas diriku dan mengalir masuk ke dalam hatiku! Jaminan kepastian, jawaban Tuhan, suatu wujud keyakinan teguh memenuhi jiwaku. Mendadak sontak saya terlompat dari kursi tempat dudukku bagaikan sebutir peluru yang lepas dari kelongsongnya. Saya berteriak-teriak, Saya telah menerimanya! Sudah kuterima! Sudah kudapat!
Isteri saya berlari-lari keluar dari dapur menatap wajahku dan saya perhatikan bahwa isteriku nampak pucat pasi mukanya. Ia dihinggapi rasa takut luar biasa. Sambil memegang lenganku ia berkata, Marilah sayang, ada apa sebenarnya yang terjadi? Apakah kau baik-baik? Ayo, duduklah sebentar.
Saya telah mendapatkannya! teriakku gembira.
Apa yang telah kau dapatkan itu? tanyanya melongo. Saya telah mendapatkan lima juta dolar itu! jawabku dengan penuh keyakinan kepadanya.
Kemudian isteri saya bcrkata, Kau sudah sinting. Kau betul-betul sudah tidak waras pikiranmu!
Tidak sayangku! Saya telah mendapatkan seluruh jumlah lima juta dolar itu di dalam diriku. Jumlah itu sedang bertumbuh dan berkembang di dalam diriku sekarang. Betul-betul jumlah itu sedang bertumbuh di dalam kandungan diriku! Mendadak sontak saya merasa bahwa jumlah lima juta dolar itu telah menjelma bagaikan sebutir batu kerikil di dalam genggaman tanganku. Saya berdoa dengan satu keyakinan yang teguh. Iman saya terulur dan saya menggapai lima juta dolar itu. Seluruh jumlah itu telah berada di dalam genggaman tanganku.
Saya telah berhasil menggapai wujud yang meyakinkan itu. Dan sekali kita berhasil menggapai wujud yang meyaknkan itu, wujud kepastian, jaminan yang mengukuhkan iman kita itu, maka tidaklah menjadi soal lagi apakah kita melihat atau tidak kenyataan itu. Sebab secara sah dan resmi benda itu telah menjadi milik kita, dan benda itu pasti akan datang dan jatuh ke dalam tangan kita. Oleh sebab itu berdoalah sampai anda sendiri menerima kepastian itu dengan penuh keyakinan yang tak tergoyahkan lagi.
Saya telah berdoa sepanjang awal tahun ini dan Tuhan memberikan keyakinan bagiku untuk memperoleh tambahan jumlah anggota sebanyak 50.000 orang ke dalam gereja kami. Saya menuntut hal itu, dan hatiku dapat melihat 50.000 orang dalam gereja. Jumlah itu sudah berada dan hidup di dalam diri saya. Ia terus berkembang dan memantulkan kenyataannya keluar dari dalam diriku. Inilah rahasia keberhasilanku: Berdoa sampai beroleh kepastianatas keyakinan itu, suatu wujud yang merupakan jaminan yang tak tergoyahkan lagi sebagai jawaban atas permintaan doa kita itu. 


( 4 ) UCAPKAN FIRMAN TUHAN

Hal yang keempat ialah hendaklah anda menunjukkan satu kesaksian yang nyata tentang iman anda itu. Alkitab berkata bahwa Tuhan membangkitkan orang dari kematian. Ini berarti bahwa Tuhan bisa mempertunjukkan suatu perbuatan mujizat. Ia menjadikan hal yang tidak ada menjadi ada.
Abraham sudah mencapai usia seratus tahun, sedangkan isterinya Sarah sudah sembilan puluh tahun. Namun mereka pegang teguh sasaran hidup mereka, bahwa mereka harus memiliki seorang anak laki-laki. Hasrat mereka menyala-nyala untuk mendapatkan seorang putera. Maka mereka terus berdoa untuk tujuan itu selama dua puluh lima tahun lamanya. Akhirnya Tuhan memberikan kepada mereka suatu janji. Dan tatkala mereka memperoleh kepastian tentang janji itu, maka Tuhan pun menambah nama mereka. Mulai dari saat ini namamu bukan lagi Abram tetapi Abraham, yakni bapak moyang dari suatu bangsa yang besar. Dan hendaklah kau tidak menyebut isterimu itu Sara melainkan Sarah, yakni Sang Puteri.
Abraham mengajukan protes kepada Tuhan, Tuhan, orang pasti mentertawakan keadaan kami berdua ini. Seekor anak anjing pun tidak kami miliki di dalam rumah kami, bagaimana bisa Tuhan mau merubah nama kami menjadi Bapak moyang pelbagai bangsa serta sang puteri? Bisa seluruh isi negeri ini menyangka kami tidak waras.
Akan tetapi Tuhan mungkin berkata. Bila kau ingin menjalin keajasama yang baik d engan pihakKu, maka hendaklah kau perbuat apa yang Aku perbuat. Aku menciptakan sesuatu yang tidak ada menjadi ada. Dan bila kau tidak menyatakan dengan berani, seakan-akan kau telah menerima apa yang belum Aku berikan itu, maka kau tidak termasuk dalam kategoriKu.
Maka Abraham pun merubah namanya. Ia datang kepada isterinya dan berkata, Isteriku sayang, kini namaku telah dirubah Tuhan. Saya tidak lagi dipanggil Abram, melainkan Abraham, yang berarti Bapak moyang banyak bangsa. Tuhan sendiri telah merubah namaku itu. Dan engkau pun bukan lagi Sara, melainkan Sarah.
Malam pun tiba memenuhi suasana alam. Abraham berjalan di lembah. Sarah mempersiapkan makanan, kemudian memanggil suaminya itu dengan nama Abraham. Suamiku Abraham, marilah makan, Hidangan telah siap! Maka suara itu menggema secara luas sampai ke segenap pelosok kawasan permukiman mereka.
Orang-orang yang sedang bekerja di ladang tiba-tiba berhenti sejenak. Mereka mungkin saling menegur, Hai, dengarkan! wanita itu memanggil suaminya dengan nama Abraham, bapak moyang banyak bangsa. Oh kasihan si Sarah itu! Ia ingin sekali punya anak dalam usianya yang kesembilan puluh tahun itu, sampai-sampai ia panggil suaminya itu bapak moyang banyak bangsa. Barangkali ia sudah sinting. Oh kasihan benar dia itu.
Lalu tiba-tiba mereka mendengar sebuah suara laki-laki dalam nada bariton. Suara itu menggema di lembah padang itu, Ya Sarah, saya datang!
Astaga! gumam orang-orang yang mendengarkan kedua orang kakek dan nenek itu bersahut-sahutan begitu neh. Masakah si Sarah itu disebut puteri, nenek moyang dari banyak keturunan? Kalau begitu mereka berdua itu sudah sama-sama sinting barangkali.
Namun Abraham dan Sarah tidak menghiraukan kritik yang dilancarkan oleh orang-orang desa itu. Mereka tetap saling menyapa satu dengan yang lainnya dengan panggilan bapak moyang segala bangsa dan sang puteri. Maka tepatlah seperti yang mereka ucapkan itu, tepatlah apa yang mereka kukuhkan itu. Demikianlah yang terjadi. Mereka beroleh seorang putera laki-laki yang mungil, yang mereka beri nama Ishak, berarti senyuman.
Saudara pembaca, inginkah anda melihat sebuah senyuman? Senangkah anda menyaksikan senyuman di tengah lingkungan keluarga anda? Maukah anda nampak senyuman di kantor atau gereja? Terapkan hukum iman itu!

Hukum iman adalah hukum kenyataan!

Maka sebagaimana suami isteri Abraham dan Sarah itu memiliki senyuman anda pun dapat mengalami kelahiran senyum itu berulang kali dalam kehidupan anda itu.
Mujizat Tuhan tidak akan datang dengan pergumulan yang membabi-buta. Sebab di alam rohani pun ada hukum-hukumnya. Dan anda mempunyai sumber yang tak kunjung kering. Sumber itu ada di dalam hati anda sendiri. Tuhan bersemayam di dalam hati anda. Akan tetapi Tuhan tidak akan turun-tangan melakukan sesuatu tanpa melalui jalur kehidupan anda sendiri. Tuhan senantiasa ingin bekerja sama dengan anda dalam mengerjakan hal-hal yang mengagumkan. Dan Tuhan tidak pernah berubah. Dari dahulu kala sampai sekarang Tuhan itu tetap sama. Tetapi sebelum manusia berubah Tuhan tidak akan menyatakan dirinya pada mereka. Lihatlah, betapa Tuhan telah memakai orang-orang seperti Musa dan Yosua beserta orang-orang beriman lainnya untuk menghasilkan perkara-perkara besar. Hanya oleh karena itu mereka memiliki iman. Akan tetapi setelah orang-orang itu meninggal dunia, dan para pengikutnya itu membelot dan berpaling dari jalan Tuhan, maka Tuhan pun menghentikan pula kuasaNya.
Tuhan pun ingin menyatakan dirinya lewat anda sekarang ini. Tak bedanya seperti ketika Tuhan menyatakan diriNya melalui diri Kristus 2000 tahun yang lampau. Kuasa Tuhan itu sama dahulu dan sekarang. Tetapi Tuhan bergantung dari sikap dan pendirian anda semata-mata. Saya dapat mendirikan gedung gereja yang bisa menampung lebih dari 10.000 anggota banyaknya di Amerika Serikat, Jerman maupun di Tokyo. Sebab visi untuk mendirikan sebuah gereja itu tidaklah didasarkan dalam dunia luar melainkan bersemayam di dalam kalbu dan dada seorang pria atau wanita.

Bilamana hati dan pikiran anda itu telah menjadi hamil oleh suatu cita-cita dan hasrat vang menyala-nyala, maka buah pikiran dan cita-cita anda itu akan lahir dan menjelma menjadi satu kenyataan.

Oleh sebab itu peliharalah hati dan pikiran anda itu. Rawatlah lebih dari bagian tubuh anda yang manapun juga. Janganlah coba-coba mencari jawaban dari Tuhan melalui orang lain. Sebab jawaban Tuhan itu datangnya pasti lewat roh anda sendiri. Dan dari dalam roh anda itu keluarlah jawaban-jawaban bagi situasi anda.

Oleh sebab itu tuntut dan ucapkanlah firman Tuhan itu itu dengan penuh keyakinan dan kepastian. Dan ucapan anda yang keluar memiliki daya cipta. Tuhan berfirman dan seluruh isi bumi ini tercipta. Maka ucapan anda pun merupakan bahan landasan yang dipergunakan oleh Roh Kudus untuk menciptakan sesuatu.

Oleh sebab berucaplah, hal ini sangatlah penting. Banyak gereja sekarang ini telah kehilangan seni memberi komando. Kebanyakan orang Kristen nampaknya semakin cenderung menjadi peminta-minta profesional. Kita senang mengemis saja. Pada tepi Laut Teberau Musa meminta kepada Tuhan, Oh Tuhan, tolonglah kami ini! Lihatlah musuh-musuh kami tentara Firaun sedang datang mengejar kami! Tetapi Tuhan mengelak permintaan Musa itu. Tuhan memperingatkan Musa dengan menegur dia, Hai Musa, mengapa engkau berseru kepadaKu? Berikanlah komando. Angkatlah tongkatmu. Bertindaklah. Maka Laut Merah ini akan terbelah menjadi kering!
Ada saatnya bagi anda untuk berdoa, tetapi ada saatnya pula bagi kita untuk mengucapkan komando dan bertindak! Memang kita harus berdoa di tempat doa kita pribadi. Akan tetapi bilamana kita diperhadapkan dengan medan pertempuran langsung, maka yang kita perlu lakukan adalah memberi komando, yang mengandung daya cipta. Apabila kita menelaah dengan seksama kehidupan Kristus, maka kita lihat seluruh kehidupanNya itu diwarnai dengan komando. Memang Ia berdoa sepanjang malam, akan tetapi keesokan harinya Ia harus berhadapan dengan medan perjuangan, maka Ia pun mengucapkan perintahnya yang lantang. Ia perintahkan agar penyakit keluar dari dalam tubuh seorang dan orang itu pun sembuhlah. Ia perintahkan laut yang bergelora itu menjadi tenang dan teduh. Ia perintahkan kuasa iblis itu keluar meninggalkan diri seorang yang dirasuk setan.
Murid-muridNya pun melakukan hal yang sama. Kepada sang pengemis Petrus berucap, Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai kuberikan kepadamu: Demi nama Yesus Kristus, berjalanlah! Kepada tubuh seorang wanita yang telah mati Petrus mengeluarkan perintah : Hai Dorkas, bangkitlah! Kepada orang lumpuh di Listra rasul Paulus memberikan perintah: Berdirilah tegak di atas kakimu! Semua murid-murid Tuhan mengucapkan kata-kata yang mengandung daya cipta.
Alkitab menganjurkan agar kita menyembuhkan orang sakit. Di dalam surat Yakobus dikatakan, Doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit! Jelas sekali Tuhan katakan untuk kita menyembuhkan orang sakit. Itulah sebabnya di lingkungan gereja yang saya pimpin ini saya pun berdoa untuk kesembuhan orang sakit, dengan bantuan bimbingan Roh Suci saya hanya berdiri di hadapan mereka dan berucap, Kamu telah sembuh! Bangkit dan berdirilah! Berkali-kali saya mengucapkan berbagai kesembuhan dan ratusan orang telah menerima kesembuhan.
Beberapa bulan yang lampau saya sedang menyelenggarakan suatu kebaktian kebangunan rohani di sebuah negara di negeri Barat. Pada suatu malam hadir 1.500 orang yang berjejal-jejal dalam ruangan sempit itu. Dan tepat di hadapan saya terdapat seorang wanita dengan kursi rodanya. Tubuhnya itu demikian parah cacatnya sehingga saya merasa sedih. Dalam hatiku saya berseru kepada Tuhan. Ya Tuhan, mengapa Engkau tempatkan orang ini justru tepat di hadapan muka saya? Saya tidak sanggup membangkitkan iman setelah melihat dia. Maka saya berusaha memalingkan muka dari padanya sementara saya menyampaikan khotbah. Saya hanya melihat ke satu arah langsung ke samping. Bila saya memutar kepalaku, maka saya pun langsung memalingkan muka, ke arah lainnya, yang berlawanan. Sebab setiap kali saya menatap keadaan wanita itu, hatiku terasa seperti disiram air es yang dingin sekali.
Akan tetapi pada akhir khotbah saya tiba-tiba Roh Suci berbicara dalam hatiku. Turunlah engkau, dan angkatlah penderita itu!
Saya menjawab, Roh Kudus, benarkah Engkau menyuruh saya turun dan mengangkat pasien wanita itu? Seluruh tubuhnya bengkok begitu parah. Saya rasa Yesus sendiri pun belum tentu dapat mengangkat penderita ini. Apa lagi saya. Betul-betul saya tidak mampu. Saya takut, Tuhan!
Akan tetapi Roh Tuhan tetap mendesak saya, Pergilah turun kau, dan tolonglah angkat wanita itu!
Tetap saja saya menolak dan menjawab, Tidak, saya takut. Saya tiada berani berbuat demikian, Tuhan!
Maka untuk mengelakkannya saya pun mulai mengucap kan kesembuhan bagi orang-orang sakit yang lain, selain itu dengan petunjuk Roh Kudus. Mula-mula seorang yang buta disembuhkan. Wanita itu demikian kagetnya setelah matanya celik, sehingga ia menjerit ketakutan, lalu jatuh pingsan. Kemudian orang-orang di berbagai tempat disembuhkan. Saya terus saja mengucapkan kesembuhan orang-orang sakit itu, namun Roh Kudus tetap mendesak saya dan berkata, Ayo, dekatilah wanita itu dan angkatlah dia!
Saya tetap saja bersitegang dan menjawab, Ya, Tuhan, keadaan tubuhnya begitu gawat, dan saya takut!
Pada akhir kebaktian itu saya terpaksa menyerah. Tatkala pimpinan sidang setempat mempersilahkan semua hadirin berdiri dan menyanyikan lagu penutup, maka secara diam-diam saya pun meluncur turun dari mimbar dan mendekati wanita itu. Dengan suara setengah berbisik agar orang lain tidak bisa mendengarkan saya berkata kepadanya, Ibu, bila anda ingin sembuh, berdirilah dari kursi roda tempat duduk anda itu! Kemudian dengan diam-diam lagi saya meluncur pergi naik kembali ke mimbar.
Tatkala saya berbalik menghadap lagi ke arah hadirin, maka seluruh hadirin telah mulai bersorak girang sambil bertepuk tangan. Mereka menyaksikan satu keajaiban. Wanita itu telah meninggalkan kursi rodanya dan berjalan segar dengan bugar mengelilingi mimbar. Bukan main! Alangkah tololnya tindakanku tadi. Jika sekiranya saya telah mengangkat dia sejak dari semula, saya dapat menurunkan sorga dan berkat yang besar pada kebaktian itu. Tetapi saya sangat takut.
Banyak orang datang mendekati saya dan bertanya apakah saya ini memiliki karunia iman atau karunia untuk menyembuhkan orang sakit. Saya telah menyelidiki hatiku, akan tetapi sejauhini saya tidak pernah menemukan sesuatu pertanda adanya karunia. Yang saya yakin ialah karena Roh Kudus yang memiliki karunia, semua sembilan karunia. Roh Tuhan itu berdiam dan bersemayam di dalam diriku. Roh Kudus itu menyatakan diriNya melalui diriku. Saya tidak memiliki karunia itu, hanyalah Roh Kudus. Yang saya perbuat hanyalah taat akan apa yang Dia perintahkan kepadaku dan saya hanya percaya kepadaNya.
Lalu kekuatan apakah yang saya miliki, sehingga saya bisa melakukan segala hal yang mengagumkan itu? Marilah saya ceritakan rahasia itu kepada anda. Kekuatan yang saya miliki itu hanyalah keberanian! Dengan keberanian inilah saya meluncurkan tindakan iman. Maka dengan sendirinya Roh Kudus akan menyertai kita. Alkitab tidak menyatakan bahwa segala tanda-tanda akan mendahului kita. Tidak! Jelas sekali Alkitab menyatakan bahwa segala tanda-tanda itu akan mengikuti kita. Oleh sebab itu hendaklah kita berjalan maju, maka segala tanda-tanda itu akan mengiring kita dengan sendirinya. Apabila anda dijiwai oleh hukum iman yang nyata ini, maka anda akan menyaksikan tanda-tanda heran yang satu dan yang lainnya secara beruntun sepanjang perjalanan hidup anda.
Anda memiliki segala sumber kekuatan itu di dalam diri anda sendiri. Dan sekarang anda pun sudah mengetahui unsur-unsur apakah yang patut anda miliki dalam memanfaatkan iman anda itu dan menjelmakannya menjadi satu kenyataan. Tentukanlah sasaran yang jelas dan gamblang. Milikilah hasrat yang menyala-nyala untuk mencapai sasaran itu. Kemudian berdoalah dengan sungguh-sungguh sampai anda beroleh kepastian atau jaminan terlaksananya permintaan doa anda itu, kemudian ucapkanlah dengan tegas apa yang menjadi kepastian itu untuk bisa menjelma menjadi kenyataan. 

Sumber :
Terjemahan dari buku THE FOURTH DIMENSION karya DR.David Yonggi Cho
http://www.geocities.ws/fullgospel_indonesia site menu Mat 7:14


Tidak ada komentar:

Posting Komentar