Jumat, 16 April 2010
Perintah Kedelapan
Oleh : Roderick C. Meredith, Living Church of God
Setelah Allah, dari puncak gunung Sinai, menggunturkan perintah-perintah yang menyatakan kepada manusia tentang bagaimanakah cara menyembah yang benar atas diriNya dapat dilakukan, beserta hukum-hukum yang melindungi hubungan paling suci antar manusia, yaitu rumah tangga, keluarga dan kehidupan manusia itu sendiri, Allah kemudian memberikan perintah yang kedelapan. Perintah yang kedelapan ini berhubungan dengan perlindungan atas hak milik dan barang pribadi: "Jangan mencuri" (Keluaran 20:15).
Oleh karena manusia tidak berpikir bahwa Allah yang memberikan perintah itu adalah nyata, dan mereka pun juga tidak memiliki rasa takut untuk mematuhi hukumNya, maka kita pada akhirnya mengalami banyak pencurian barang-barang yang lebih tinggi dari waktu-waktu sebelumnya. Ternyata kita juga merusak perintah ke delapan di dalam banyak cara melalui suatu sistem moral yang semakin lama semakin melemah. Setelah mendiskusikan beberapa hal mendasar untuk menipu pesaing bisnis atau pelanggan mereka, para eksekutifmengangkat pundak mereka dan berkata: "Wah, bisnis itu ya begitu itu". Atau setelah suatu pertemuan yang berkenaan dengan penggunaan pengukuran yang tidak semestinya, kualitas yang tidak baik atau iklan yang menipu, seorang pelaku bisnis akan berkata: "apakah bedanya? Jika saya tidak melakukannya maka orang lain pasti akan melakukannya."
Ketika menipu pemerintah atau membutakan pajak pendapatan, sebuah frasa umum Amerika yang digunakan untuk mengurangi rasa bersalah seseorang adalah: "biarlah Uncle Sam berlelah-lelah pada saat ini. Bagaimanapun juga, pemerintah sudah terlalu banyak mengambil uang. Jadi bagaimana? Ya, jadi harus bagaimana? Apakah hal ini "hanya urusan bisnis"? Memang, tetapi ketahuilah bahwa hal ini adalah urusan bisnis Allah, dan Ia telah memberikan suatu hukum yang menyatakan: "Janganlah mencuri". Ketika anda melanggar hukum Allah, maka anda akan hancur! Karena hukum Allah adalah hukum yang nyata, dan aktif sama seperti hukum gravitasi. Ketika anda melanggarnya, anda akan menuai hukuman dan hal tersebut adalah pasti.
Hak Perlindungan Akan Barang Kepemilikan
Berdasarkan firman Allah dan hukumNya, hanya terdapat dua jalan yang benar yang mana anda dapat memiliki sesuatu. Pertama kali adalah oleh pemberian yang cuma-cuma atau oleh warisan dari sesama atau dari Allah sendiri. Yang kedua adalah dengan kerja keras yang jujur di mana anda dapat mendapatkan upah yang sah. Selain dua cara yang ada tersebut, maka segala cara yang digunakan oleh manusia untuk memiliki sesuatu hal adalah mencuri, yaitu mengambil sesuatu yang bukan miliknya.
Perintah kedelapan mengkonfirmasikan kepemilikkan barang secara sah dan melarang pencurian. Hal ini penting untuk diperhatikan bahwa secara prinsip, perintah kedelapan melarang segala bentuk komunisme yang menolak hak manusia untuk memiliki suatu barang. Hal ini juga melarang pencurian internasional atas barang-barang dan harta milik baik warga negara mereka sendiri maupun negara lain oleh pemerintah-pemerintah di dunia. Dan, sebagai suatu hal yang memalukan selama bertahun tahun, sesungguhnya semua bangsa telah bersalah atas pelanggaran hukum Allah ini! Orang muda pada saat ini belajar untuk melakukan pencurian di dalam skala yang besar dan rapi terorganisir. Bukan saja mereka mencuri ribuan barang-barang dari toko, sekolah dan bahkan gereja, tetapi juga secara teratur mereka mengorganisir suatu sistem yang kompleks dan rumit untuk menipu di dalam ujian dan latihan baik sekolah dan kampus. Karena sering kali hal ini dipandang hanya dengan sebelah mata dan dianggap tidak berbahaya, maka hal ini tumbuh dengan sangat pesat seperti yang belum pernah dibayangkan sebelumnya. Tetapi apa yang belum diberitahukan kepada orang muda adalah bahwa mencotek di dalam ujian adalah mendapatkan nilai secara ilegal yang mana hal ini sama dengan mencuri. Dan oleh karenanya maka hal ini secara langsung melanggar perintah Allah yang kedelapan!
Para pelaku industri dan pedagang yang menggunakan takaran timbangan yang tidak akurat atau palsu, atau kualitas bahan produk yang jelek dengan tujuan menyesatkan khalayak umum adalah sama salahnya dengan melanggar perintah kedelapan yaitu melakukan tindakan pencurian! Ia berusaha untuk mendapatkan keuntungan yang lebih dengan cara yang tidak sah dari produknya. Dengan melihat keuntungan yang tidak halal ia berharap mendapatkan sesuatu yang ekstra untuk sesuatu yang tidak ada. Secara prinsip, dengan jelas ia melakukan pencurian! Walaupun begitu, di dalam banyak kasus dari tindakan yang tak mengenal hukum dan penuh dengan penyesatan seperti ini, Allah sesungguhnya mengetahuinya.
Pencurian Melalui Iklan Yang Menyesatkan/Palsu
Salah satu dari dosa terbesar di dalam bidang komersial zaman ini adalah perihal iklan yang menyesatkan. Para konsumen dipimpin untuk memiliki suatu pengharapan bahwa "pil" tertentu, sebagai contohnya, akan dapat menyebabkan penurunan atau peningkatan berat badan, meningkatkan potensi, mengembalikan rambut yang tipis, atau apapun yang dapat disebabkannya. Dan, pada banyak kasus, pernyataan ini sesungguhnya adalah suatu kebohongan yang dilakukan tanpa keraguan. Praktek seperti ini, di dalam dampaknya, sesungguhnya mencuri dari orang yang membayar produk tersebut untuk mendapatkan hasil yang dijanjikan. Pada banyak kasus, korban-korban dari kebohongan besar ini tidak hanya dirampok uangnya tetapi juga kesehatan, kebahagian dan kesejahteraan pikiran mereka. Banyak pelaku bisnis dan pemimpin masyarakat yang terkenal mendapatkan posisi ini melalui berbagai macam penyesatan dan pencurian masal!
Sungguh kita butuh untuk bangkit! Hanya karena suatu dosa dapat dilakukan di luar tubuh dengan kelihatan seperti "terhormat", hendaklah kita mengingat bahwa Allah sesungguhnya adalah sang Hakim. Tentang hal ini Ia berfirman, "Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah" (1 Korintus 6:9-10). Walaupun hanya sedikit yang mengetahuinya, hendaklah kita selalu mengingat bahwa Allah sesungguhnya berkeinginan agar pelayanNya mendapatkan kemakmuran secara jasmani, selama mereka mendapatkannya secara jujur, yaitu selama mereka mendapatkannya secara jujur dan tidak memfokuskan hati mereka kepada hal-hal tersebut. Rasul Yohanes menuliskan: "Saudaraku yang kekasih, aku berdoa, semoga engkau baik-baik dan sehat-sehat saja dalam segala sesuatu, sama seperti jiwamu baik-baik saja" (3 Yohanes 1:2).
Harta Yang Memudar
Lebih jauh lagi, kita harus menyadari bahwa suatu kekayaan dari seorang ahli industri yang pudar oleh karena tingginya angka kematian yang tidak seharusnya terjadi di dalam perusahaannya adalah suatu keuntungan yang didapatkannya dengan tidak benar, yang mana menurut Hukum Allah ia adalah seorang pencuri jika bukan seorang pembantai! Prinsip di belakang perintah kedelapan secara terus menerus dilanggar di dalam hubungan antara pemilik perusahaan dan buruh. Yakobus mendapatkan firman untuk memperingatkan pengusaha yang tidak jujur: "Sesungguhnya telah terdengar teriakan besar, karena upah yang kamu tahan dari buruh yang telah menuai hasil ladangmu, dan telah sampai ke telinga Tuhan semesta alam keluhan mereka yang menyabit panenmu." (Yakobus 5:4). Hal ini juga sama benarnya, khususnya di era yang penuh dengan perkumpulan buruh yang penuh korupsi ini, yaitu bahwa banyak pekerja yang melakukan pencurian terhadap para pemilik perusahaan mereka! Mereka melakukan hal ini dengan cara mau menerima upah mereka tetapi tidak melakukan pekerjaan mereka dengan sepenuh tenaga. Hal ini adalah mencuri! Terlalu sering seorang pekerja berbicara kepada rekannya: "Perlahan saja kerjanya teman, anda bekerja terlalu keras. Jika anda bekerja terlalu keras seperti itu maka kita semuanya harus melakukannya juga!" Para pekerja Inggris dan Amerika banyak sekali menghabiskan waktu kerja mereka secara tidak proporsional di dalam acara "minum teh", "minum kopi" dan "merokok". Yang mana hal ini sedikit banyak menyebabkan dunia industri kita terkalahkan di dalam era perang perdagangan dunia pada saat ini. Kurangnya produktivitas akan berdampak kepada nasib dari orang-orang Amerika Serikat dan Inggris! Perintah Allah yang kedelapan pada kenyataannya memiliki suatu pesan bagi sang pemilik perusahaan dan pekerjanya. Bagi yang memiliki perusahaan: "Upah satu hari yang sesuai bagi pekerjaan satu hari" Bagi buruh: "Pekerjaan satu hari yang sesuai bagi upah satu hari". Tetapi mencuri dari sesama kita bukanlah satu-satunya prinsip yang diikut sertakan di dalam perintah kedelapan. Allah memiliki kekayaan yang jauh lebih banyak dibandingkan manusia manapun (Hagai 2:8).
Mencuri dari Allah
Di dalam Malakhi 3, berbicara kepada keturunan Yakub atau Israel modern, Allah berkata: "Bolehkah manusia menipu Allah? Namun kamu menipu Aku. Tetapi kamu berkata: "Dengan cara bagaimanakah kami menipu Engkau?" Mengenai persembahan persepuluhan dan persembahan khusus!" (ayat 8). Allah disini mendakwa bangsa Israel modern (negara-negara berbahasa Inggris modern) dengan tuduhan merampok sang Pencipta dan PekerjaanNya! Oleh karenanya, tidaklah mengherankan bahwa hanya terdapat sedikit agama yang benar yang tersisa di bumi kita pada saat sekarang ini! Demikian pula tidak mengherankan jika terjadi banyak kebingungan dan penyesatan dengan menggunakan nama Kekristenan! Allah melanjutkan: "Kamu telah kena kutuk, tetapi kamu masih menipu Aku, ya kamu seluruh bangsa! Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan" (ayat 9-10).
Hal ini adalah merupakan suatu tantangan yang besar dari Allah yang maha kuasa! Allah mengatakan bahwa Ia akan memberkati anda jika anda mulai melakukan persepuluhan seperti yang Ia perintahkan, yaitu melalui iman didalam diriNya dan firmanNya. Banyak sekali kasus di dalam sejarah yang dapat diceritakan tentang bagaimanakah Allah benar-benar memberkati orang yang melakukan persepuluhan bahkan di dalam hal jasmani. Ia mungkin tidak selalu melakukannya dengan cepat sejalan dengan anda harus mematuhiNya dan melatih iman anda untuk sementara waktu. Tetapi sejalan dengan anda melayani, mematuhi dan mempercayai diriNya, Allah akan melakukan bagianNya. Berkat anda akan sungguh-sungguh datang! Perhatikanlah surat yang menggembirakan ini yang ditulis oleh seseorang yang benar-benar percaya akan janji Allah: "Beberapa minggu yang lalu saya benar-benar berada di dalam suatu masa kesulitan ekonomi. Saya menerima sepuluh sen. Walaupun saya tergoda untuk tidak melakukan persepuluhan sebesar satu sen, pada akhirnya saya melakukan persepuluhan. Beberapa hari setelahnya saya menerima satu dolar. Sekali lagi saya tergoda untuk tidak melakukan persepuluhan karena kebutuhan yang banyak, namun pada akhirnya saya melakukan persepuluhan juga. Sekarang baru saja saya menerima 40 dollar dan sejalan dengan itu saya cepat-cepat memberikan persepuluhan kepada anda. Saya belajar untuk setia karena demikian adanya Allah setia kepada saya."
Perintah Kedelapan Yang Dijalankan Secara Positif
Penerapan positif yang pasti dari perintah kedelapan di nyatakan di dalam surat Wasiat Baru kepada jemaat di Efesus. "Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan." (Efesus 4:2 8). Pada satu sisi, bacaan ini mengutuk pencurian, di sisi yang lain, bekerja dan memberi adalah suatu garis besar dari jalan hidup dari penerapan positif dari perintah yang di perintahkan oleh Allah. Kekayaan dan harta milik adalah suatu hal yang didapatkan dari kerja yang jujur, yang bukan hanya untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan pribadi tetapi agar kelebihan yang ada dapat diberikan kepada sesama yang membutuhkan. Hukum Allah di dalam artinya yang mendalam dengan jelas menyatakan bahwa seorang manusia tidak hanya dikatakan mencuri dengan mengambil harta milik orang lain, tetapi juga ketika mereka menolak untuk bekerja sehingga mereka dapat berbagi dan memberi kepada orang lain yang membutuhkan! Umat Kristen yang benar harus "Bantulah dalam kekurangan orang-orang kudus dan usahakanlah dirimu untuk selalu memberikan tumpangan!" (Roma 12:13).
Sebagai manusia yang diperanakkan oleh Allah, kita nantinya akan menjadi sama seperti diriNya (Matius 5:48). Yesus mengatakannya: "Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga." (Yohanes 5:17). Pelajaran positif dari perintah kedelapan juga disimpulkan di dalam kata-kata Yesus yang inklusif ini, Kristus: "Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima." (Kisah Para Rasul 20:3 5). Jika, melalui rohNya, kita dapat benar-benar belajar untuk hidup oleh kata-kata tersebut, maka kita akan benar-benar dapat memenuhi arti dan tujuan daripada perintah kedelapan tersebut!
Prepared by:
Bambang Wiyono
081 2327 3886
Website:
http://muridyesuskristus.blogspot.com
Milis :
http://groups.yahoo.com/group/fullgospel_indonesia
Catatan : Sebagai umat Kristen, kita harus hidup seperti Yesus Kristus hidup ( I Yoh 2:6 ), yaitu mentaati dan melaksanakan KESEPULUH PERINTAH ALLAH, jangan sampai ada satu perintahNya yang dilanggar, agar kita hidup berkenan dihadapanNya
Perintah Kesembilan
Oleh : Roderick C. Meredith, Living Church of God
Ini adalah zaman yang penuh dengan kebohongan yang kompleks, standar ganda dari moralitas, atau sindrom "Enron". Ini adalah zaman dari pengacara, pemimpin industri, petugas pemerintah dan profesor kampus yang bertampang terhormat tetapi yang melakukan sumpah palsu di bangku para saksi dan bahkan di hadapan Senat Amerika Serikat. Zaman ini adalah juga zaman yang memiliki fakta yang menarik dari jutaan orang yang percaya kepada teori evolusi yang datang ke gereja-gereja dengan bertingkah laku seolah-olah percaya kepada Allah sang Pencipta yang tertulis di dalam Alkitab. Kristus benar-benar mengutuk para orang munafik di zamanNya. Dan karenanya apakah yang akan Ia katakan tentang generasi kita ini?
Masyarakat Yang Menghidupkan/Memelihara Suatu Kebohongan
Di dalam bukunya, Sex, Vice and Business (Seks, Keburukan, dan Bisnis), seorang pengarang terkenal Monroe Fry menuliskan tentang "keinginan dari masyarakat untuk melakukan tindakan buruk ketika hal itu dipandang mendatangkan suatu keuntungan yang tidak langsung bagi para kolega bisnis mereka." Di dalam bukunya ditunjukkan tentang apa yang telah diketahui oleh ribuan orang dewasa yaitu bahwa gereja dan para pemimpin sipil yang cukup terhormat sesungguhnya juga berkeinginan untuk mendukung kegiatan judi, prostitusi dan narkotika jika hal itu mendatangkan suatu keuntungan. Bagi masyarakat umum, mreka tampil dan tampak sebagai penopang dari kebaikan dan kehormatan. Bagi mereka yang mendapatkan keuntungan dari bisnis prostitusi, narkotik atau gembong judi besar, mereka siap untuk melakukan "transaksi rahasia." Mereka siap untuk menggunakan pengaruh atau posisi sipil mereka untuk membiarkan suatu kejahatan dan tindak kriminal yang terorganisir berkembang di dalam masyarakat, dan mereka akan terus melakukannya selama mereka dapat memperoleh keuntungan finansial. Dengan tegasnya, mereka menjalankan kebohongan! Pengetahuan tentang seberapa jauhnya masyarakat "Kristen" kita didasarkan atas kemunafikan yang seperti ini amatlah mengejutkan! Bagaimanapun juga, kita harus membayar suatu penalti yang besar, karena kita telah melanggar perintah Allah yang kesembilan. Di dalam buklet ini, Kesepuluh Perintah dinyatakan secara rinci, yang mana kita telah melihat bahwa dosa terbesar adalah ketika kita mengesampingkan Allah, dan menaruh sesuatu yang lebih tinggi dariNya di tempat yang sesungguhnya diperuntukkan untukNya. Hal ini pada akhirnya akan memimpin kepada berhala, penghinaan terhadap nama Allah, pelanggaran hukum SabatNya, tindakan yang tidak menghormati orang tua, pembunuhan, percabulan dan pencurian. Prinsip yang sama juga diterapkan terhadap perintah Allah yang kesembilan.
Perintah Kesembilan Dinyatakan
"Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu." (Keluaran 20:16). Hanya di dalam mencari dan menjadi saksi akan kebenaran maka manusia terhubung dengan Allah. Karena Allah pada kenyataannya adalah kebenaran! Yesus mengatakan: "Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran." (Yohanes 17:17). Dan "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup." (Yohanes 14:6). Apapun kesalahan dan kelemahan yang dimiliki oleh seorang manusia, namun jika ia berkeinginan untuk berbicara dengan berterus terang tentang keadaannya yang sebenarnya, serta mengenal dan memperhatikan kebenaran ketika ditunjukkan kepadanya, maka orang tersebut akan dihormati dan mendapatkan bantuan untuk memecahkan masalah kelemahan pribadinya.
Aplikasi rohani yang lebih dalam dari perintah kesembilan sesungguhnya adalah besar. Ketahuilah bahwa di alam semesta ini terdapat Allah yang Maha kuasa yang jalan-jalan dan hukum-hukumNya adalah benar. Oleh karenanya, seorang manusia yang jujur yang berkeinginan untuk berbicara dengan terus terang dan benar, dan berkeinginan untuk memahami kebenaran ketika kebenaran itu ditunjukkan kepadanya, ia akan dengan pasti bertobat kepada Allah yang benar dan kepada jalan-jalan hidupNya! Tetapi jika seorang manusia senang mengucapkan kata-kata yang tidak baik, memiliki kebiasaan berbohong kepada orang lain (dan bahkan dirinya sendiri), di mana karakter dan mentalnya sangatlah sesat sehingga menghalangi pemahaman akan kebenaran Allah. Hal ini baru akan berhenti jika pikiran orang tersebut dibersihkan! Itulah mengapa hal ini sangat penting, yaitu bahwa meskipun orang memiliki perbedaaan pada banyak hal, pada kenyataannya kita semuanya harus belajar untuk hidup dan untuk berbicara sesuai dengan fakta yang ada dan tidak bersaksi dusta. Bagaimanapun juga, kita pada saat ini hidup didalam suatu masyarakat yang secara terus menerus di penuhi dengan berbagai macam bentuk ketidakbenaran, kemunafikan, dan penye satan diri. Jika kita memang menginginkan karakter Allah untuk dibangun di dalam diri kita, dan untuk mewarisi hidup yang abadi, maka kita harus memikirkan dan memperhatikan perintah yang kesembilan dengan berhati-hati di dalam segala hal, serta belajar untuk mematuhinya.
Ingatlah bahwa perintah yang kesembilan tersebut melindungi setiap orang benar, bahkan di dalam hal melindungi reputasi seseorang. Mungkin tidak ada dosa yang lebih tercela daripada bersaksi dusta/fitnah, suatu kebohongan yang diciptakan dan disebarkan dengan tujuan untuk menyakiti orang lain. Seorang pencuri hanya mengambil barang jasmani yang biasanya bisa diganti. Tetapi saksi dusta akan merampok reputasi dan kebanggaan seorang manusia dari mata sesamanya dan kesempatan untuk mengembalikan reputasi secara sepenuhnya tersebut amatlah sulit.
Keuntungan Praktis dari Kejujuran
Keuntungan langsung dari dapat bergantung kepada perkataan seorang manusia tidak hanya akan melindungi reputasi baik seseorang dan menghilangkan pembuangan waktu yang sia-sia dari beberapa kali masa investigasi bagi setiap pernyataan dan laporan, namun hal tersebut juga akan menghindarkan orang yang tidak pantas untuk menduduki posisi yang membutuhkan tanggung jawab yang besar. Sungguh hal tersebut akan membersihkan masyarakat kita! Sering, pada saat ini, seluruh bangsa dipimpin oleh para pemimpin yang dapat berkuasa hanya karena kemampuan mereka untuk memperdaya dan menyesatkan orang-orang mereka sendiri! Di seluruh dunia, kita melihat para diktator muncul dan memberikan pengikut-pengikut mereka janji-janji yang kosong. Dengan berbagai macam propaganda yang licik, seorang pemimpin dapat membuat orang percaya akan suatu kebohongan besar yang dirinya sendiri tahu. Dan setelahnya muncullah saat-saat yang tidak menentu, tahun-tahun yang tidak pasti yang dipenuhi dengan amarah dan kefrustrasian sampai akhirnya suatu bencana besar terjadi. Suatu bencana yang akhirnya mengungkapkan kebenaran yang sebenarnya.
Bahkan di dalam negara-negara yang demokratis, manusia sering direkomendasikan untuk menduduki jabatan yang tinggi, bukan karena kemampuan dan keintegritasan orang tersebut, tetapi berdasarkan apa yang kelihatan bijaksana di dalam politik partai. Para pemimpin politik dan pemerintah yang melakukan praktek seperti ini dengan jelas "memiliki kesaksian palsu" terhadap rekan sebangsanya sendiri! Mereka melakukan praktek berbohong dan juga membantu mereka yang melakukan hal yang sama. Di dalam bidang industri dan bisnis, marilah kita berpikir tentang begitu besar sesungguhnya keuntungan yang akan didapat oleh masyarakat jika setiap perusahaan mempromosikan produk mereka secara jujur dan dengan bersungguh-sungguh berkeinginan untuk melayani kebutuhan para konsumen! Dampak dari hal ini akanlah sangat menakjubkan! Pikirkanlah suatu masyarakat dimana setiap merek dari pasta gigi dan sereal untuk sarapan, sebagai contohnya, bukanlah suatu tiruan atau variasi dari produk yang sama, melainkan suatu produk tunggal yang paling baik pada jenisnya yang tertentu, dengan harga yang benar-benar cocok, dan yang secara benar pula diiklankan! Jika saja anda melakukan hal ini pada setiap sisi kehidupan masyarakat, maka anda akan mendapatkan suatu keadaan kehidupan yang penuh dengan kesejahteraan dan kedamaian. Ketahuilah bahwa hal ini bukanlah suatu nasihat isapan jempol belaka. Hal ini memang adalah berkat yang akan datang pada masyarakat yang benar-benar mematuhi perintah Allah yang kesembilan! Jika anda berkeinginan untuk hidup tanpa berkesudahan di dalam masyarakat yang berpedoman kepada Allah, maka Allah yang memberikan anda hidup dan nafas kehidupan memerintahkan: "Karena itu buanglah dusta dan berkatalah benar seorang kepada yang lain, karena kita adalah sesama anggota." (Efesus 4:25).
Melakukan Perintah Kesembilan di dalam Kehidupan Anda
Prinsip mendasar dari segala dosa adalah kesia-siaan/kesombongan: "Kesia-siaan belaka, kata Pengkhotbah, kesia-siaan belaka, segala sesuatu adalah sia-sia." (Pengkhotbah 1:2). Alasan yang nyata dari mengapakah kebanyakan manusia menolak Allah yang benar adalah bahwa karena mereka ingin untuk menjadi "ilah" pada pandangan mereka sendiri dan teman-teman mereka. Inilah yang disebut dengan kesia-siaan. Setiap dosa yang dilakukan oleh manusia sesungguhnya berakar pada prinsip mendasar ini. Demikian juga dengan segala bentuk kebohongan.
Orang berbohong karena mereka lebih mempedulikan harga diri, kebanggaan serta kepentingan diri mereka sendiri dibandingkan dengan kesejahteraan sesama mereka. Mereka berbicara kebohongan dan bertindak tidak benar oleh karena mereka lebih takut terhadap apa kata orang dibandingkan dengan apa yang dikatakan oleh Allah yang maha kuasa! Tindakan dan perkataan keseharian dari hampir semua manusia sungguh menyatakan kebenaran dari pernyataan ini. Seperti yang dikatakan oleh rasul Yohanes tentang bahkan para pemimpin agama di zamanNya, "Sebab mereka lebih suka akan kehormatan manusia dari pada kehormatan Allah." (Yohanes 12:43). Baik kaum pria maupun wanita sering kali merasa malu dengan apa yang mereka sebut "kegagalan" di dalam bidang atau perihal sosial. Mereka akan melakukan tindakan penipuan, pemalsuan, dan kebohongan untuk menghindari atau menutupi "kegagalan" yang seperti ini.
Tetapi dari cara pandang yang secara instrinsik "benar" dan bersifat "abadi", sesungguhnya hal yang harus mereka takutkan adalah dosa. Oleh karena, seperti yang dikatakan oleh rasul Paulus, "Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?" (Roma 8:3 1). Yesus mengatakan: "Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat." (Matius 5:11). Karenanya adalah lebih baik jika kita semuanya keluar dari perasaan khawatir yang berlebihan tentang berbagai macam hal sepele yang dapat dipikirkan oleh manusia dan mulai memiliki pemikiran yang jauh tentang apa yang dipikirkan oleh Allah yang maha kuasa! Dengan melakukan hal ini maka kita akan dapat belajar untuk menghentikan segala kemunafikan baik di dalam hal bisnis, kehidupan sosial, politik, dan tentu saja di dalam bidang agama dan ilmu pengetahuan. Ingatlah bahwa banyak dari mereka yang tidak terpandang dari dunia yang penuh dengan penipuan ini sesungguhnya telah menerima berkat dari Allah dan menjadi ahli waris dari hidup yang kekal. Janganlah pernah lupa bahwa Yesus Kristus dibunuh oleh karena dosa saksi dusta dan kebohongan! "Banyak juga orang yang mengucapkan kesaksian palsu terhadap Dia, tetapi kesaksian-kesaksian itu tidak sesuai yang satu dengan yang lain." (Markus 14:56).
Semenjak melalui kesombongan manusia ingin mempercayai hal apa pun yang terkenal pada saat ini, mereka pada kenyataannya membohongi baik diri mereka maupun teman-teman mereka sendiri untuk percaya kepada teori-teori agama dan ilmu pengetahuan yang sesungguhnya tidak berdasarkan pada suatu fakta yang nyata! Allah memperingatkan kita untuk menghindari segala bentuk kemunafikan yang seperti itu: "Sebab murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia, yang menindas kebenaran dengan kelaliman." (Roma 1:18).
Manusia menindas kebenaran. Allah mengutuki mereka yang dengan nyata menekan kebenaran dari keberadaan dan tujuanNya di bumi ini! Allah berkata bahwa para filosof dan ahli pikir yang sia-sia dari dunia ini sesungguhnya "tidak dapat berdalih" untuk menerima suatu kenyataan bahwa Allahlah yang benar-benar menciptakan alam semesta ini, yang mana pada saat ini Ia sedang memerintah berdasarkan kekuatanNya (ayat 20). Kebanyakan ilmuwan dan ahli agama yang percaya pada teori evolusi yang sesungguhnya berasal dari Setan tersebut sesungguhnya harus mengetahui hal ini dengan lebih baik. Karena pada kenyataannya memang beberapa di antara mereka mengetahui dengan lebih baik! Tetapi mereka memang lebih senang dengan apa yang menggembirakan manusia dan oleh karenanya mereka melakukan kebohongan! Allah berkata bahwa mereka pada kenyataannya "tidak dapat berdalih"!
Dan di lain pihak terdapat para pelayan dan murid-murid Alkitab yang terus menerus mengajarkan dan melaksanakan apa yang mereka ketahui sebagai kepercayaan dan kebiasaan bangsa berhala kuno yang dikutuki oleh firman Allah. Di dalam banyak kasus, sesungguhnya mereka mengetahui lebih baik! Mereka tidak akan "kenal ampun". Pengajaran yang berkelanjutan dari hal kebohongan rohani dan ilmu pengetahuan ini adalah suatu hal yang pada kenyataannya sedang membutakan dunia ini untuk mengetahui keadaan alamiah Allah yang nyata dan tentang rencana dan tujuanNya yang benar di bumi ini. Ini adalah suatu akibat yang sangat mengenaskan dari kesaksian yang palsu, penyesatan diri sendiri dan kebohongan. Selama pemimpin yang dianggap "berpendidikan" dari dunia ini terus menyesatkan diri mereka dan orang lain di sekitar mereka tentang keberadaaan, kekuataan dan rencana Allah yang sesungguhnya, maka peradaban kita akan hancur!
Hidup oleh Kebenaran
Di dalam kehidupan pribadi anda, oleh karenanya, pelajarilah tentang betapa pentingnya mengatakan kebenaran, mempercayai kebenaran, dan hidup di dalam kebenaran. Berhati-hatilah untuk tidak mendasarkan kehidupan anda pada kebohongan, baik itu kebohongan yang bersifat pribadi, politik, ilmu pengetahuan atau penyimpangan nilai-nilai kebenaran agama. Dan ingatlah bahwa kebenaran Alkitab adalah kebenaran yang akan membebaskan anda (Yohanes 8:32). Di dalam pidato pribadi anda, hendaklah anda berhati-hati di dalam berkata-kata. Janganlah lupa bahwa seorang manusia itu di nilai dari kata-kata yang dikeluarkannya. Adalah hampir tidak mungkin untuk membantu seseorang yang telah terbiasa berbohong, karena tanggapan apapun yang sesungguhnya dapat membantu hanya akan mungkin menjadi suatu kecurangan yang lainnya. Salah satu kualitas dasar dari karakter Allah adalah bahwa Ia adalah kebenaran. Jika kita tidak dapat berpegang kepada firman Allah, maka kita tidak akan memiliki jaminan pengampunan dari dosa-dosa kita yang lama, atau bantuan ketika kita sedih pada saat ini, atau bahkan upah masa depan dan hidup yang abadi.
Jika anda tidak dapat bergantung kepada firman atau janji-janji Allah, dimana Ia pada kenyataannya memiliki kasih yang sangat besar beserta seluruh kebijakan dan kekuatan, sesungguhnya dimanakah anda akan berada? Pernahkah anda memikirkan hal tersebut dengan menggunakan sudut pandang ini sebelumnya? Karakter yang sangat berkebalikan dengan karakter Allah adalah karakter yang dimiliki oleh Setan. Dan sama seperti yang dinyatakah oleh Yesus Kristus: "Apabila ia [Setan] berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta. (Yohanes 8:44). Sedangkan mereka yang mengikuti Satan di dalam penolakannya untuk hidup di dalam kebenaran akan memiliki nasib yang sangat menyedihkan menunggu mereka: "Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya,....dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua." (Wahyu 21:8). Ingatlah bahwa di dalam pandangan Allah "bohong putih" itu tidak dibenarkan. Kebenaran yang tidak sejujurnya, tipu muslihat, dan penyesatan adalah hal-hal yang sangat dikutuki oleh firman Allah. Yesus mengatakan: "firmanMu adalah kebenaran" (Yohanes 17:17). Hendaklah kita hidup oleh firman Allah yang menyatakan bahwa kita akan mewarisi hidup yang kekal di dalam kerajaan yang berdasarkan pada nilai-nilai yang benar. Ini adalah pesan dari perintah yang kesembilan.
Prepared by:
Bambang Wiyono
081 2327 3886
Website:
http://muridyesuskristus.blogspot.com
Milis :
http://groups.yahoo.com/group/fullgospel_indonesia
Catatan : Sebagai umat Kristen, kita harus hidup seperti Yesus Kristus hidup ( I Yoh 2:6 ), yaitu mentaati dan melaksanakan KESEPULUH PERINTAH ALLAH, jangan sampai ada satu perintahNya yang dilanggar, agar kita hidup berkenan dihadapanNya
Perintah Kesepuluh
Oleh : Roderick C. Meredith, Living Church of God
Apakah anda mengetahui jika survei yang dilakukan akhir-akhir ini sesungguhnya telah menyatakan bahwa kesulitan-kesulitan finansial yang telah mewabah di banyak keluarga pada saat ini sebenarnya tidak dikarenakan oleh faktor pendapatan yang rendah? Agaknya, mereka disebabkan secara langsung oleh karena faktor pendapatan yang berlebih sehingga dapat menjangkau berbagai macam barang-barang mewah, dan memenuhi keinginan pribadi mereka, serta faktor kebiasaan untuk membeli barang secara angsuran! Dimana iklan-iklan sering menyarankan perihal "beli sekarang dan bayar nanti." Oleh karenanya haruslah kita berpikir bahwa apakah anda memang sangat membutuhkan untuk membeli barang tersebut pada saat ini? dan apakah anda memang sanggup untuk membayarnya "kemudian"?
Suatu Masyarakat Yang Didasarkan Atas Hawa Nafsu
"Keeping up with the Joneses/Berkutat dengan kecanduan" adalah suatu slogan orang Amerika yang terkenal. Iklan-iklan yang sangat menekan yang ditayangkan secara berulang-ulang dan berkesinambungan sesungguhnya mendorong hal ini untuk terjadi. Hal ini akan membuat orang berpikir bahwa amatlah salah jika mereka tidak berjuang dan berkompetisi untuk mendapatkan barang-barang yang dimiliki oleh tetangga mereka. Pendapat modern dibalik hal ini adalah bahwa "dapatkanlah segala sesuatu sementara mendapatkan itu adalah baik." Tekanan yang tak henti-hentinya, yang biasanya membuat orang berkeinginan untuk mendapatkan lebih banyak uang dan materi, telah menyebarkan lebih banyak penyembahan berhala. Hal ini akan menyilaukan pikiran dan hati jutaaan manusia untuk mengenal kehidupan dari Allah.
Beberapa tahun yang silam, sebuah materi bacaan Kristen, The Canadian Churchman, menulis suatu artikel yang menyahat hati tentang dampak penyembahan berhala dari kecintaan akan benda ini pada anak-anak muda Afrika yang mempelajari ilmu teologia di Amerika Serikat dan Kanada. Seorang anak muda berkata: "Sebelum saya belajar disini, saya adalah seorang Kristen yang baik. Saya bermimpi bahwa suatu hari nanti saya akan dapat menjadi tenaga medis misionaris.
Bagaimanapun juga, sekarang saya adalah seorang atheis. "Mengapa hal ini dapat terjadi?" tanya sang pewawancara dengan terkejut. "Semenjak saya datang ke sini," jawabnya, "saya menjadi tahu bahwa sesungguhnya orang kulit putih memiliki dua allah. Yang pertama adalah apa yang ia ajarkan kepada kita, dan yang kedua adalah kepada siapakah ia berdoa. Sebuah sekolah Presbyterian mengajarkan kepada saya bahwa doktrin-doktrin kesukuan dari nenek moyang saya yang berupa penyembahan patung dan kepercayaan kepada sihir adalah suatu hal yang salah dan sangat menggelikan. Namun pada kenyataannya di sini anda menyembah patung-patung yang lebih besar, yaitu mobil dan perangkat-perangkat elektronik. Secara jujur saya tidak dapat melihat perbedaannya."
Anda terkejut? sudah tidak semestinya kecuali jika kita memang terlalu dekat dengan dosa kita sehingga kita tidak dapat melihatnya. Hendaklah kita sadar bahwa walaupun kita memang hidup di tengah-tengah masyarakat yang menyebut diri mereka sebagai "masyarakat Kristen", pada kenyataannya kita hidup di dalam masyarakat yang berdasarkan hawa nafsu dan kerakusan terhadap kepemilikan akan barang secara lebih dan lebih! Tingkah laku ugal-ugalan untuk berkompetisi dengan orang lain untuk mendapatkan sesuatu pada kenyataannya adalah merupakan sumber penyebab dari tidak hanya masalah finansial, tetapi juga penyebab utama dari banyak sakit jasmani dan mental, kehancuran rumah tangga, dan hidup yang penuh frustasi. Dan yang paling penting, penyembahan berhala seperti ini akan membuat seorang manusia benar-benar tidak memiliki waktu, kekuatan, atau bahkan keinginan untuk mengenal Allah yang mana hukum-hukum dan jalan-jalanNya yang hidup sesungguhnya akan membawa kedamaian dan kebahagiaan batin yang nyata.
Perintah Yang Kesepuluh Dinyatakan
Kebanyakan dari manusia gagal untuk menyadari bahwa Kesepuluh Perintah itu sesungguhnya adalah hukum yang hidup, masih berlaku dan aktif sama halnya dengan hukum gravitasi. Kesepuluh perintah tersebut adalah hukum yang secara langsung berjalan dengan otomatis. Oleh karenanya jika anda melanggarnya, maka hukum itu akan menghancurkan anda! Itulah juga apa yang ada dengan perintah Allah yang kesepuluh. Meskipun pelanggan terhadap hukum tersebut dapat dilakukan secara rahasia, namun upah yang didapatkan akan sangat nyata dan pasti! "Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apa pun yang dipunyai sesamamu." (Keluaran 20:17).
Dari keseluruh perintah yang ada, perintah yang kesepuluh mengacu khusus hampir kepada hubungan antara manusia dengan manusia. Kekuatan dari perintah ini terletak di dalam kata-kata ini: sesamamu, sesamamu, miliknya, miliknya, miliknya, miliknya, sesamamu." Ini adalah perintah yang melindungi hak milik perseorangan bahkan sampai tujuh kali, dimana keinginan seseorang untuk memiliki barang milik sesamanya dibatasi sampai tujuh kali. Tidaklah salah untuk sungguh-sungguh mengingini seorang istri, pelayan, atau sapi atau keledai. Tetapi jika kekaguman atas sebuah benda itu ternyata tidak dapat diraih, maka rasa kekaguman tersebut akan menjadi satu dengan perasaan ingin memiliki sehingga terlanggarlah perintah kesepuluh. Meskipun perintah ini secara jelas berkaitan dengan perihal hubungan manusia dan hubungan di dalam hal fisik, persyaratan rohani yang dibutuhkan dari perintah ini pada kenyataannya lebih berat dibandingkan segala hal yang disebutkan. Perintah ini benar-benar mengendalikan bahkan segala pemikiran di dalam pikiran dan hati manusia. Kebanyakan manusia melihat dosa sebagai suatu hal yang terjadi di luar tubuh atau sering kali hanya bersifat jasmani. Mereka tidak menyadari bahwa karakter yang suci dan benar yang Allah inginkan ada di dalam diri kita pada kenyataannya membutuhkan pikiran-pikiran kita untuk benar-benar murni seperti pikiranNya.
Ingatlah bahwa tindakan tersebut mengikuti pikiran. Apa yang anda pikirkan, itulah juga siapakah anda. Jika anda secara sembunyi-sembunyi menolak standar Allah dan jalanNya, jika di dalam hati anda memiliki suatu keinginan yang sangat besar akan sesuatu hal yang tidak dapat atau tidak pernah akan anda miliki secara sah berdasarkan berkatNya, maka-cepat atau lambat, pemberontakan mental ini akan menghasilkan dosa. Tindakan-tindakan ini pada akhirnya akan menentang Allah, dan melanggar hukumNya. Hal ini dapat terjadi oleh karena pikiran-pikiran yang telah ada selama ini!
Perintah ini menembus seluruh "aspek kehidupan luar Kekristenan", serta menunjukkan tentang apakah seorang manusia telah sungguh-sungguh menyerahkan keinginannya kepada sang PenciptaNya atau tidak! Sungguh bahwa perintah ini adalah merupakan suatu prinsip yang meneliti hati manusia dan menakutkan. Tetapi hal ini adalah suatu perintah dimana anda harus belajar untuk mematuhi, yaitu jikalau anda memang ingin mendapatkan hidup yang kekal serta keagungan di dalam Kerajaan Allah. "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus," (Filipi 2:5). Melalui Roh Allah di dalam diri kita, kita harus melakukan suatu perjuangan iman, yaitu dengan memadamkan seluruh hawa nafsu yang ada di dalam diri kita, dan pada akhirnya mendapatkan kesuksesan di dalam "Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus," (2 Korintus 10:5). Hal ini adalah suatu tujuan yang agung dari seorang Kristen yang benar, yaitu untuk benar-benar mendapatkan kepenuhannya di dalam kebangkitan.
Namun kita perlu tumbuh di dalam karakter Allah selama di dalam kehidupan ini. Kita harus belajar, seperti Henok, Nuh, Abraham dan pelayan Allah lainnya, untuk berjalan bersama dengan Allah. Kita harus berjalan di dalam jalanNya, melakukan apa yang Ia lakukan, serta berpikir sama seperti diriNya, melihat pikiran normal manusia biasanya dipenuhi dengan keegoisan, kesia-siaan, keinginan untuk bersaing, keserakahan, kebencian, dan nafsu. Itulah pikiran yang terputus dari jalan-jalan dan pikiran-pikiran Allah (Yesaya 55:8-9). Itulah mengapa Yesus menekankan tentang betapa pentingnya bagi pikiran kita untuk berubah, insyaf dan bersih ketika Ia berkata: "Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah." (Matius 5:8).
Dimanakah kita berdiri?
Khususnya semenjak Perang Dunia II, kehidupan di dalam masyarakat barat telah semakin cepat. Kita diharapkan untuk menghasilkan lebih banyak uang. Kita di buru untuk memiliki waktu yang nyaman, dan mendapatkan segala sesuatu yang bisa kita dapatkan dari kehidupan. Di dalam setiap sisi kehidupan, kita diajarkan untuk bersaing dengan sesama kita untuk mendapatkan kehormatan sosial dan kemajuan di dalam kecukupan materi. Kita akhirnya benar-benar kecanduan untuk memiliki lebih dan lebih barang/kekayaan jasmani yang mana keadaan ini tidak dikenal pada dua atu tiga generasi sebelumnya. Kita dipaksa untuk menghabiskan lebih daripada apa yang dapat kita hasilkan, dan bahkan untuk bekerja diluar kemampuan kita. Dengan liciknya iklan-iklan senang membujuk kita dengan perkataan, "Anda berhutang terhadap diri anda sendiri.", yaitu jika kita tidak membeli sebuah mobil, atau tidak makan pada restaurant yang mahal, atau tidak melakukan sebuah perjalanan yang mahal. Penekanan yang ada di sini adalah hanya untuk menerima dan pada diri sendiri. Pada skala internasional, bangsa-bangsa di dunia bertempur dan membantai atas dasar sikap hati yang seperti ini. "Dari manakah datangnya sengketa dan pertengkaran di antara kamu? Bukankah datangnya dari hawa nafsumu yang saling berjuang di dalam tubuhmu? Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi. Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa." (Yakobus 4:1-2).
Sering kali, seorang kapitalis berkeinginan untuk mendapatkan lebih banyak uang daripada apa yang dapat ia dapatkan dengan mudah secara adil. Oleh karenanya, ia merampok karyawannya dengan memberi upah yang terlalu sedikit, dan menghabiskan terlalu sedikit dana untuk memperbaiki kondisi dan keamanan bekerja. Demikian pula, buruh-buruh pada zaman ini sering disesatkan oleh perserikatan buruh yang ceroboh sehingga mereka akhirnya berkeinginan untuk mendapatkan uang yang lebih dari pada yang bisa mereka dapatkan secara jujur. Melalui penipuan politik dan tekanan yang terorganisir, mereka berpikir bahwa mereka dapat mendapatkan sesuatu tanpa berusaha.
Mengapakah orang yang disebut "penulis" menulis suatu novel paperback yang murah berdasarkan hal-hal yang sia-sia seperti hal-hal yang cemar/mesum, menjijikkan, dan kebodohan anak-anak muda? Mengapakah para penerbit mau mencetak produk-produk yang tidak baik tersebut yang dapat menurunkan standar manusia akan kasih, kebaikan, dan idealisme ke level yang lebih rendah daripada binatang? Anda akan dapat dengan cepat melihat ratusan contoh-contoh besar dari keserakahan di dalam masyarakat kita jika mata anda benar-benar terbuka. Bagaimanapun juga anda harus berkeinginan untuk melihat keserakahan/keiri hatian anda sendiri! Hendaklah anda bertobat dari dosa anda tersebut dan memohon kepada Allah untuk memberikan anda kasih dan kekuatan sehingga anda dapat melawan dosa-dosa tersebut. Generasi kita membutuhkan firman dari Anak Allah yang berbunyi: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu." (Lukas 12:15). Pahamkah anda akan hal tersebut? Kesuksesan dan kebahagiaan anda yang nyata di dalam kehidupan ini oleh Kristus dikatakan tidak dapat benar-benar diukur dengan seberapa baru dan kuatnya mobil yang anda kendarai, jenis rumah yang anda tinggali, pakaian yang anda pakai, atau bahkan makanan yang anda makan. Pada kenyataannya, kebahagiaan adalah keadaan pikiran manusia. Kebahagiaan akan datang jika anda dapat memiliki Roh dan pikiran dari Kristus di dalam pikiran anda sendiri. Yesus mengatakan: "Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya" (Lukas 9:5 8). Kasih, kebahagiaan dan kedamaian yang Yesus teladankan sesungguhnya berasal dari sikap hidup yang memberi dan melayani, dan bukan berasal dari perihal kekayaan jasmani yang bisa didapatkan oleh Yesus. Yesus, Anak Manusia, dapat mengalahkan kesombongan dan keserakahan/keirihatian manusia karena Ia menempatkan kepelayanan akan Allah lebih utama dari segala sesuatunya. Setelah menceritakan tentang bagaimanakah orang yang belum insaf itu mencari dan khawatir tentang keperluan dan kenyamanan jasmani, Ia memerintahkan: "Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaranNya, maka segala sesuatuNya akan ditambahkan kepadamu" (Matius 6:3 3).
Perintah-Perintah itu Bergabung Bersama
Dalam hal ini perintah yang terakhir berjalan bersama-sama dengan perintah yang pertama. Karena segala sesuatu yang bertentangan dengan kehendak Allah yang anda cari dan inginkan, pada kenyataannya anda menginginkannya dengan iri hati. Jika di dalam pikiran dan hati anda, anda memiliki nafsu, keiri hati/keserakahan untuk memiliki sesuatu hal yang lebih dari pada mematuhi Pencipta dan menerima berkat-berkatNya, maka hal tersebut akanlah menjadi berhala bagi anda. "Keserakahan.....adalah penyembahan berhala" (Kolose 3:5). Jadi apapun yang anda idolakan, anda menempatkannya pada posisi Allah yang benar Dan oleh karenanya maka anda melanggar perintah yang pertama: "Janganlah anda allah lain dihadapanKu. (Keluaran 20:3). Rasul Paulus mengatakan: "Apakah kamu tidak tahu, bahwa apabila kamu menyerahkan dirimu kepada seseorang sebagai hamba untuk mentaatinya, kamu adalah hamba orang itu, yang harus kamu taati, baik dalam dosa yang memimpin kamu kepada kematian, maupun dalam ketaatan yang memimpin kamu kepada kebenaran?" (Roma 16:6).
Ketika anda mulai memiliki keserakahan atas hal-hal jasmani, maka sesungguhnya anda "melayani" hal-hal jasmani tersebut. Anda menghabiskan waktu, tenaga dan bahkan uang anda untuk hal-hal yang semacam ini. Di dalam situasi yang seperti ini anda tidak memiliki baik waktu maupun tenaga untuk benar-benar mempelajari Alkitab, atau menghabiskan satu jam di dalam doa yang khusyuk dihadapan Allah yang telah memberikan kehidupan dan nafas hidup kepada anda. Anda akan mendapati diri anda sebagai pribadi yang kikir dan penuh rasa iri hati akan uang yang sesungguhnya merupakan hutang yang belum anda bayar kepada Pencipta anda untuk membiayai kebenaranNya. Di dalam perihal yang sederhana ini, anda sesungguhnya telah menjadikan hal-hal jasmani yang anda iri hatikan dan ingini tersebut sebagai "ilah" anda. Dan karena anda sungguh-sungguh melayani dan menyembah hal-hal tersebut, maka anda hanya memiliki sedikit waktu, kekuatan dan kekayaan untuk melayani Allah yang benar dengan segala hati, kekuatan dan pikiran anda.
Pahamkah anda sekarang? Keirihatian/keserakahan adalah sesuatu hal yang jelek karena hal itu memutuskan anda dari hubungan anda dengan Allah beserta segala berkat dan kasihNya, yang mana segala kekayaan jasmani sesungguhnya ditujukan untuk digunakan bagi kepelayanan dan keagunganNya. Dan di dalam praktek kesehariannya keirihatian itu melanggar prinsip dasar dari jalan kehidupan yang diatur oleh perintah Allah dan oleh Yesus Kristus sendiri. Yesus menyimpulkan prinsip ini ketika Ia berkata: "Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima." (Kisah Para Rasul 20:35).
Di dalam belajar untuk melayani sesama anda dengan kasih, kesungguhan dan kepandaian, dan juga untuk melayani Allah yang benar, anda akan merasakan suatu kepenuhan dan kebahagiaan yang nyata di dalam kehidupan ini. Dan didalam Dunia Yang Akan Datang, anda akan diberikan kehidupan dan keagungan yang abadi di dalam pemerintahan yang agung berdasarkan Kesepuluh Perintah. Suatu jalan yang sesungguhnya dari kasih, memberi dan melayani sesama dan bahkan menyembah dan meninggikan Allah yang hidup yang telah memberikan perintah-perintah ini bagi kebaikan abadi kita.
Prepared by:
Bambang Wiyono
081 2327 3886
Website:
http://muridyesuskristus.blogspot.com
Milis :
http://groups.yahoo.com/group/fullgospel_indonesia
Catatan : Sebagai umat Kristen, kita harus hidup seperti Yesus Kristus hidup ( I Yoh 2:6 ), yaitu mentaati dan melaksanakan KESEPULUH PERINTAH ALLAH, jangan sampai ada satu perintahNya yang dilanggar, agar kita hidup berkenan dihadapanNya
Perintah-Perintah Yang Baru dari Yesus
Perintah-Perintah Yang Baru dari Yesus
Oleh : Roderick C. Meredith, Living Church of God
Banyak yang mengajarkan bahwa Yesus Kristus menggantikan Hukum BapaNya dengan beberapa perintah-perintah "baru"! Sesungguhnya, bagaimanakah kebenaranNya? apakah Kesepuluh Perintah tersebut masih tetap harus dipatuhi?
Sekarang ini adalah zaman dimana manusia senang melakukan pemberontakan melawan segala hukum dan kekuasaan. Bangsa-bangsa dan pemerintahan-pemerintahan digulingkan, rumah-rumah dan sekolah-sekolah dihancurkan oleh berbagai macam kekacauan yang disebabkan oleh berbagai macam pemberontakan.
Suatu pandangan akan tanggapan manusia pada saat ini terhadap frasa kata di dalam doa Yesus yang berbunyi "Datanglah KerajaanMu, Jadilah KehendakMu", diberikan oleh seorang minister
Apakah Kesepuluh Perintah Dihapuskan?
Didalam bab sebelumnya pada buklet ini, kita telah melihat dan mempelajari penerapan yang positif dari Kesepuluh Perintah di dalam setiap aspek kehidupan pribadi kita sebagai hukum-hukum yang hidup dan aktif. Tetapi pada saat ini banyak pelayan dan pengajar Alkitab yang salah mewartakan dengan mengatakan bahwa Kesepuluh Perintah telah "dihapuskan" karena perintah-perintah tersebut telah digantikan oleh perintah-perintah Yesus yang "baru".
Apakah yang dimaksud dengan perintah-perintah yang "baru"? apakah perintah-perintah tersebut menggantikan atau melawan Kesepuluh Perintah? dan apakah yang dinyatakan oleh Alkitab tentang perihal yang sangat penting ini? Pertama kalinya, marilah kita memperhatikan salah satu tujuan penting bagi kedatangan Yesus Kristus ke bumi ini di dalam manusia daging. Yesaya menubuatkan tentang Yesus: "Ia akan meninggikan hukum dan membuatnya terhormat/agung" (Yesaya 42:2 1). Disini kita menemukan bahwa Kristus datang tidak untuk meniadakan hukum, tetapi untuk "mengagungkan/memperbesar"nya. (KJV).
Meninggikan atau memperbesar sesungguhnya memiliki arti yang sangat berkebalikan dengan mengubah atau meniadakan sesuatu. Meninggikan atau memperbesar memiliki arti untuk menyatakan sesuatu hal secara rinci, atau memperluas artinya. Tentu saja kehidupan Yesus dan ajaranNya menyatakan kepada kita tentang bagaimanakah Ia memang selalu melakukan hukum Bapa.
Yesus mengatakan: "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya." (Matius 5:17).
Yesus melakukan apa yang diucapkanNya tersebut. Baik di dalam kehidupan dan ajaranNya, Yesus menggenapi hukum. Ia mengagungkan dan memperbesarnya dengan teladanNya yang sempurna. Ia melakukannya dengan segala kepenuhannya, jauh diatas hanya sekedar huruf untuk melakukan perintah tersebut.
Mereka yang mengetahuiNya sebagai seorang guru tidak pernah dapat mengatakan bahwa Ia telah menempatkan tradisi manusia untuk menggantikan Perintah Allah. Ia benar-benar mematuhi Kesepuluh Perintah di dalam kata-kata dan di dalam perbuatan. Ia mengajarkan dan menghidupkan perintah-perintah tersebut sebagai jalan hidup yang sempurna.
Ia berkata: "Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga." (Matius 5:19)
Dengan jelas, kita harus memiliki keinginan untuk menjadi "kuat" di dalam Kerajaan Allah. Kita sudah seharusnya memiliki keinginan untuk mengalahkan segala kekurangan kita semaksimal mungkin, dan memiliki kesempatan untuk melayani dengan baik dan sekuat mungkin! Oleh karenanya, kita harus dengan bersungguh-sungguh dan nyata berjuang untuk melakukan dan mengajarkan perintah-perintah Allah bahkan yang "paling kecil" sekalipun. Sekarang apakah anda berpikir bahwa perintah tentang hari Sabat adalah merupakan perintah yang "paling kecil"? Jika ya maka anda harus melakukan dan mengajarkan perintah tentang hari Sabat Allah sama seperti yang Ia perintahkan, yaitu dengan mengikuti teladan Kristus yang sempurna untuk memperingati hari ketujuh yang suci tersebut, dan bukannya "hari matahari"!
Jalan Menuju Hidup Yang Abadi
Ketika seorang muda datang kepadaNya serta bertanya tentang jalan yang dapat memimpin orang kepada hidup yang abadi, Yesus berkata: "Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah Alla" (Matius 19:16-18).
Orang muda tersebut bertanya, "perintah yang manakah?"
Yesus menjawab, "'janganlah membunuh,' 'janganlah berbuat zinah....'" dan kemudian meneruskannya dengan menyebutkan beberapa perintah dari Kesepuluh Perintah. Yesus Kristus sesungguhnya mengetahui jalan yang akan memimpin seorang manusia kepada keselamatan! Ia berkata bahwa jalan yang membawa manusia kepada keselamatan itu adalah kepatuhan akan hukum Allah Bapa dan kepasrahan akan kehendakNya.
Yesus mengatakan: "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga." (Matius 7:2 1).
Jadi jauh dari meniadakan Kesepuluh Perintah, Yesus pada kenyataannya mematuhi perintah-perintah Allah (Yohanes 15:10). Kristus adalah "cahaya" yang Allah kirim kedalam dunia untuk menunjukkan kepada manusia tentang bagaimanakah mereka harus hidup. Setelah kematian dan kebangkitanNya, Kristus mengirim para rasul dengan perintah ini: "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah" (Matius 28:19-20).
Para rasul ada bersama-sama dengan Kristus ketika Ia berkata kepada orang muda tersebut: "Lakukanlah perintah-perintah Allah". Mereka telah mendengar Yesus mengagungkan dan memperbesar perintah-perintah Allah di dalam Khotbah di Bukit (Matius 5-7).
Kepatuhan terhadap Kesepuluh Perintah adalah suatu dasar ajaran dari Kristus dan para RasulNya. Namun sekarang apakah yang dimaksud dengan perintah-perintah "baru" dari Yesus? Apakah perintah-perintah baru tersebut pada akhirnya meniadakan kewajiban kita untuk secara sungguh-sungguh melakukan Kesepuluh Perintah yang dinyatakan di dalam Wasiat Lama?
Sebuah Perintah Yang "Baru"
Walaupun banyak orang berpikir bahwa terdapat banyak ayat di dalam Alkitab yang menyatakan tentang suatu perintah "baru", pada kenyataannya hanya terdapat satu tempat saja di dalam seluruh Alkitab di mana Yesus mengatakan Ia memberikan suatu perintah yang "baru". Ayat referensi yang lain yang ditulis oleh rasul Yohanes sesungguhnya adalah merupakan prinsip-prinsip yang sama seperti yang akan kita lihat.
"Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi." (Yohanes 13:34-35).
Yesus memberikan perintah yang "baru" ini pada saat malam terakhir dari masa hidupNya sebagai manusia daging di bumi ini. Melalui ajaran dan teladanNya, Ia telah menunjukkan kepada murid-muridNya bahwa tindakan melakukan perintah-perintahNya tersebut tidak lain adalah tindakan kasih.
Kita menunjukkan kasih yang nyata terhadap Allah ketika kita bersungguh-sungguh menyembah dan mematuhiNya, yaitu dengan tidak mengijinkan "ilah-ilah" lain, berhala-berhala, gambar-gambar atau hal apapun di hadapanNya dan selalu menghormati namaNya serta merayakan hari Sabat ketujuhNya yang Ia sucikan, yang juga dirayakan oleh Yesus dan para rasul! Dan kita menunjukkan kasih bagi mereka yang ada disekitar kita ketika kita secara bersungguh-sungguh mematuhi keenam perintah terakhir.
Kristus telah menyimpulkan hukum Allah di dalam dua prinsip besar: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.... Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." (Matius 22:37, 39). Sesungguhnya pada bagian terakhir dari penyimpulan hukum Allah ini Yesus mengutip secara langsung dari Wasiat Lama (Imamat 19:18)!
Jadi apakah hal yang "baru" dari perintah Yesus tentang mengasihi kepada sesama?
Jawabannya adalah sangat jelas. Prinsip dari mengasihi sesama sesungguhnya bukanlah hal yang baru, namun Yesus mengagungkan prinsip tersebut di dalam kehidupanNya yang sempurna memberikan suatu cahaya yang baru di dalam keinginan dan kedalaman rohani dari perintah ini.
Ingatlah hal yang ditekankan oleh Yesus, "Sejalan dengan Aku mengasihi dirimu, demikian pulalah engkau harus saling mengasihi."
Teladan pribadi Yesus akan kasih dan pelayanan adalah suatu pengagungan yang paling besar dan penuh arti dari kasih atas sesama seperti yang diperintahkan oleh Allah. Di dalam kehidupanNya, Ia menunjukkan tentang bagaimanakah kasih tersebut benar-benar dilaksanakan di dalam kehidupan sehari-hari.
Cara Bagaimanakah Mengasihi Sesama Anda
Tiga kali suara dari Yang Maha Tinggi mengguntur dan bergema di langit menyatakan tentang bagaimanakah Allah merasa puas dengan kehidupan yang di miliki oleh Yesus. Bahkan seorang pejabat Roma, Pontius Pilatus, berkata: "Lihatlah, aku membawa Dia ke luar kepada kamu, supaya kamu tahu, bahwa aku tidak mendapati kesalahan apa pun pada-Nya." (Yohanes 19:4).
Hal ini terjadi oleh karena Yesus menghidupkan jalan hidup yang memberi. Yesus menjalankan prinsip hidup memberi kepada sesama. Semua itu tercermin ketika ia mengajar khayalak ramai, mujizat penyembuhanNya akan orang sakit, tindakanNya melakukan mukjizat untuk memberi makan khayalak ramai atau tindakan yang penuh dengan kerendahan hati seperti membasuh kaki para rasul. Yesus selalu memiliki tindakan memberi dari diriNya.
Yesus Kristus yang penuh dengan tindakan kasih dan memberi ini juga berkata kepada para pemimpin agama di zamanNya, "Hai kamu ular-ular, hai kamu keturunan ular beludak! Bagaimanakah mungkin kamu dapat meluputkan diri dari hukuman neraka?" (Matius 23:33).
Apakah kata-kata yang aneh ini berasal dari seorang manusia yang penuh dengan kasih? Bukan. Melainkan kata-kata ini sesungguhnya adalah perwujudan dari bagaimanakah kasih yang sempurna itu terkadang dikatakan dan dilakukan bagi kebaikan orang lain yang mana pada saat kata-kata tersebut dikatakan, orang-orang tersebut tidak dapat menghargainya.
Ketahuilah bahwa Yesus mengasihi orang-orang Farisi tersebut! Di dalam kasihlah Yesus mengatakan kata-kata ini untuk membangunkan mereka dari kehidupan beragama yang munafik dan keliru yang dapat mencelakakan jiwa mereka. Ingatlah bahwa bagi orang-orang Farisi yang sama itu pulalah Yesus telah meninggal. Kepada orang-orang Farisi ini dan juga yang lain yang seperti mereka itulah Yesus berdoa. Adalah kepada Farisi ini dan juga yang lain yang seperti mereka Yesus berdoa: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat. Dan mereka membuang undi untuk membagi pakaian-Nya." (Lukas 23:34).
Adalah di dalam kasih yang sempurna dan yang penuh dengan pengertian itulah Yesus sesekali menarik diri untuk beristirahat, merenung atau berdoa. Karena Ia tahu bahwa hanya dengan mempertahankan kedekatan dengan Allah Bapa dan menjadi alat di dalam kehendak dan kuasaNya sejalah maka ajaran dan keberadaan Yesus sebagai manusia akan dapat memperkaya kehidupan orang lain.
Yesus tidak bertindak seolah-olah Ia mengasihi sesama. Ia benar-benar mencintai mereka dengan kasih yang sempurna. Melalui Roh Kudus Allah di dalam diriNya itulah Ia dari dalam hatiNya berkeinginan untuk mengasihi serta melayani sesamaNya. Dan hal itu dilakukanNya bagi kebaikan mereka yang sesungguhnya.
Ia dengan bersungguh-sungguh menghidupkan kata-kata yang pada saat setelahnya ditunjukkan oleh Paulus. Ia mengatakan: "Adalah lebih baik memberi daripada menerima" (Kisah
Apakah Yesus bersungguh-sungguh Mematuhi Kesepuluh Perintah?
Banyak orang beragama berpikir bahwa Yesus memiliki suatu jenis "kasih" yang sentimentil di dalam hatiNya, yang mana bagaimanapun juga Ia tidak sungguh-sungguh mematuhi perintah-perintah Allah secara nyata.Tetapi hendaklah kita mengetahui bahwa kebenarannya adalah bahwa Yesus Kristus melakukan dan mematuhi setiap Sepuluh Perintah baik secara huruf dan Roh, dan hal ini pulalah yang harus dilakukan oleh para pengikutNya. Sama dengan apa yang telah kita lihat, Yesus dengan jelas mengatakan bahwa Ia telah mematuhi perintah-perintah Bapa (Yohanes 15:10).
Untuk membuat perintah-perintah ini menjadi sangat jelas, Yesus Kristus tidak pernah memiliki ilah lain dihadapan Allah yang benar. Ia tidak pernah melakukan penyembahan berhala atau menyia-nyiakan nama Allah. Yesus merayakan hari Sabat yang disucikan oleh Allah dan memiliki kebiasaan pergi ke sinagoga untuk beribadah pada hari itu (Lukas 4:16).
Yesus mengagungkan orang tuaNya, dan Ia tidak pernah membunuh, bercabul, mencuri, berbohong atau mengingini. Ia memberikan suatu teladan di dalam langkah-langkah hidupNya yang kita harus ikuti (1 Petrus 2:2 1). Pada saat ini, seorang umat Kristen yang benar adalah seorang manusia yang menyerahkan dirinya kepada Allah sehingga Kristus dapat benar-benar menghidupkan kehidupanNya di dalam diri orang tersebut melalui berdiamnya kekuatan Roh Kudus di dalam dirinya. Oleh karena rasul Paulus mengatakan: "namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku." (Galatia 2:20).
Seorang Kristen yang benar tidak seharusnya hanya memiliki iman di dalam Kristus, tetapi harus juga hidup oleh iman Krsitus yang ditempatkan di dalam dirinya oleh Roh Kudus. Kristus, melalui Roh Kudus, harus benar-benar hidup didalam umat Kristen yang benar. Ingatlah bahwa Kristus akan menghidupkan kehidupan yang sama di dalam diri anda hari ini sama dengan apa yang Ia lakukan lebih dari 1900 tahun yang lalu, yang mana hal ini tidak lain adalah memberikan suatu teladan kepada kita. "Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya." (Ibrani 13:8).
Yesus, di dalam keadaan diriNya sebagai makhluk daging, "telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa." (Ibrani 4:15). Dicobai ya tetapi di dalam kehidupanNya sebagai makhluk daging Ia mematuhi Kesepuluh Perintah. Dan dengan keberadaan Roh Kudus di dalam diri para murid, Kristus akan melakukan perintah-perintah tersebut di dalam diri mereka, yaitu melalui kepatuhan mereka dan kerelaan mereka untuk membiarkan Kristus menghidupkan kehidupanNya yang patuh di dalam diri mereka.
Adalah kasih Kristus, kekuatanNya di dalam diri kita, yang dapat mematuhi hukum rohani Allah. Hal ini adalah karena Yesus Kristus dari dulu dan juga sekarang memang mematuhi Allah Bapa.
Apakah Yohanes Memberikan Suatu Perintah "Baru"?
Di dalam
"Saudara-saudara yang kekasih, bukan perintah baru yang kutuliskan kepada kamu, melainkan perintah lama yang telah ada padamu dari mulanya. Perintah lama itu ialah firman yang telah kamu dengar. Namun perintah baru juga yang kutuliskan kepada kamu, telah ternyata benar di dalam Dia dan di dalam kamu; sebab kegelapan sedang lenyap dan terang yang benar telah bercahaya. Barangsiapa berkata, bahwa ia berada di dalam terang, tetapi ia membenci saudaranya, ia berada di dalam kegelapan sampai sekarang." (1 Yohanes 2:7-9).
Disini sang rasul mengarahkan jemaat kepada "firman" Allah yang memang sudah ada ditengah-tengah mereka mulai dari mulanya. Tetapi kemudian ia menyebutkan suatu hal yang "baru". Ia melanjutkan dengan menjelaskan bahwa hal yang baru ini sesungguhnya adalah kasih rohani yang dalam yang harus dimiliki oleh jemaat Kristus terhadap sesamanya. Tidak ada ruang sedikit pun bagi kebencian, iri hati atau kedengkian bagi kasih yang semacam ini.
Tetapi sekarang, yang menjadi pertanyaan adalah apakah kasih keKristenan ini "meniadakan" atau mengubah "Kesepuluh Perintah" Allah?
Jawabannya tentu saja tidak!
Malah sebaliknya, kasih keKristenan ini justru mempertegas dan memperbesar kasih umat Kristen pada masing-masing individu bagi sesamanya. Kasih ini mencakup kepatuhan yang lebih besar daripada huruf-huruf di dalam Kesepuluh Perintah namun kasih ini tidak menggantikan Kesepuluh Perintah tersebut!
Seperti yang Yohanes tuliskan di dalam suratnya yang kedua: "Dan sekarang aku minta kepadamu, Ibu -- bukan seolah-olah aku menuliskan perintah baru bagimu, tetapi menurut perintah yang sudah ada pada kita dari mulanya -- supaya kita saling mengasihi. Dan inilah kasih itu, yaitu bahwa kita harus hidup menurut perintah-Nya. Dan inilah perintah itu, yaitu bahwa kamu harus hidup di dalam kasih, sebagaimana telah kamu dengar dari mulanya." (2 Yohanes 5-6).
Disini Yohanes mendefinisikan kasih Kristen sebagai kasih yang diwujudkan di dalam tindakan mematuhi perintah-perintah tersebut!
Kita diajarkan untuk tidak hanya mengasihi orang-orang Allah dan Kristus, namun juga untuk mencintai jalan hidup mereka, yaitu karakter mereka yang diekpresikan di dalam Kesepuluh Perintah. Kristus tidak hanya mengajarkan kepatuhan terhadap perintah-perintah tersebut namun Ia juga hidup dan menghidupkan perintah-perintah tersebut!
Dan seperti yang ditambahkan oleh Yohanes: "Setiap orang yang tidak tinggal di dalam ajaran Kristus, tetapi yang melangkah keluar dari situ, tidak memiliki Allah. Barangsiapa tinggal di dalam ajaran itu, ia memiliki Bapa maupun Anak." (ayat 9).
Hal Yang Sesungguhnya Diajarkan Oleh Perintah-Perintah Yang "Baru"
Ketika kita melihat sisi positif dari perintah-perintah yang "baru", kita menemukan bahwa perintah-perintah tersebut sesungguhnya memperkuat perintah-perintah yang lama! Mereka menggaris besarkan suatu jalan hidup dari pada kasih, memberi, melayani, yang mana hal ini hanya bisa didapatkan melalui Kristus sendiri yang hidup di dalam diri kita.
Dengan menghilangkan segala keegoisan, kita sesungguhnya dapat belajar untuk mengasihi orang lain sama seperti Yesus mengasihi kita. Itulah doktrin Wasiat Baru! Hal ini jauh lebih mengikat dibandingkan huruf– huruf dari perintah-perintah yang dinyatakan di dalam Wasiat Lama.
Bagaimanapun juga, perintah baru tersebut tidak menggantikan perintah-perintah di dalam Wasiat Lama, melainkan mereka justru memberikan nilai yang lebih besar kepada arti rohani dari perintah-perintah tersebut. Dan perintah-perintah "baru" ini sendiri mengarah kepada kesempurnaan yang besar di dalam kehidupan Yesus.
Ketahuilah bahwa Yesus pada kenyataannya mematuhi Kesepuluh Perintah secara sungguh-sungguh dan bahkan di dalam arti rohaninya sekalipun. Ia adalah "cahaya terang" kita, yaitu teladan kita.
Menggambarkan prinsip tentang bagaimanakah kita harus mengasihi sesama rasul Paulus menyatakan: "Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia, karena itu kasih adalah kegenapan hukum Taurat." (Roma 13:10). Hendaklah kita mengingat bahwa kasih rohani Allah tersebut mengalir melalui suatu dasar seperti air sungai mengalir melalui dasar sungai. Dasar tersebut sebenarnya adalah Kesepuluh Perintah.
Di dalam mematuhi Kesepuluh Perintah secara sempurna, yaitu di dalam setiap fasa dan sisinya, kehidupan Yesus sesungguhnya adalah suatu kehidupan yang memancarkan kasih itu sendiri dan kasih itu adalah pemenuhan dari hukum Taurat Allah. Perintah yang "baru" yang Ia berikan mengarahkan kita kepada teladanNya yang sempurna, yaitu teladan dari kepatuhan kepada Bapa, kebaikan dan kepelayananNya kepada semua orang.
Jutaan umat Kristen telah diajarkan bahwa hal yang perlu mereka lakukan hanyalah "mengasihi Yesus" atau memiliki "kasih Allah". Tetapi sekarang apakah yang sesungguhnya dimaksud dengan "kasih" tersebut? Bagaimanakah Allah sendiri menceritakan keapda kita tentang bagaimanakah kasihNya dapat ditunjukkkan? Pada akhir zaman Kerasulan, beberapa dekade setelah kebangkitan Yesus, Allah memberikan wahyu kepada rasul Yohanes (sahabat Yesus yang paling dekat di antara para rasul) untuk menceritakan kepada kita: "Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat," (1 Yohanes 5:3).
Ingatlah bahwa Yesus menghidupkan hukum Allah di dalam segala hal yang Ia pikirkan, Ia katakan dan Ia lakukan. Di dalam kehidupan kita sebagai makhluk daging, tidak ada satu pun dari kita yang dapat menjalankan hukum Allah dengan sempurna. Tetapi hukum Allah harus menjadi "pola" dari kehidupan kita. Kita diperintahkan untuk "Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. Bagi-Nya kemuliaan, sekarang dan sampai selama-lamanya." (2 Petrus 3:18), pola kehidupan kita mengikuti hidup Kristus akan lebih sempurna sejalan dengan bergantinya tahun.
Biarlah Allah membantu anda untuk mengikuti teladan AnakNya di dalam mematuhi hukumNya. Dan biarlah anda, melalui penyerahan dan kepatuhan diri, mengembangkan karakter Allah. Oleh karenanya, dengan belas kasihNya melalui pengorbanan Kristus, dan melalui penyerahan diri yang total biarlah anda membiarkan Kristus menghidupkan kehidupanNya yang patuh di dalam diri anda melalui Roh Kudus, maka anda akan diberikan hidup yang abadi di dalam Kerajaan Allah!
Prepared by:
Bambang Wiyono
081 2327 3886
Website:
http://muridyesuskristus.blogspot.com
Milis :
http://groups.yahoo.com/group/fullgospel_indonesia
Catatan : Sebagai umat Kristen, kita harus hidup seperti Yesus Kristus hidup ( I Yoh 2:6 ), yaitu mentaati dan melaksanakan KESEPULUH PERINTAH ALLAH, jangan sampai ada satu perintahNya yang dilanggar, agar kita hidup berkenan dihadapanNya.
Senin, 15 Februari 2010
Senin, 28 September 2009
DR. DAVID YONGGI CHO

Oleh : DR. David Yoggi Cho
Manusia di seluruh dunia sekarang ini menghadapi banyak masalah yang di sebabkan karena merasa tidak berarti, miskin, dan merana. Teriakan mereka terus terdengar karena mereka takut pada penyakit dan maut. Orang-orang ini membutuhkan berkat dari Kristus. Dalam perjalanan saya ke luar negeri seperti di Amerika, Inggris, Jerman Barat, Perancis dan negara-negara Skandinavia, dengan jelas nampak bahwa orang di mana-mana berada dalam situasi yang memerlukan pengungkapan berkat ini. Waktu berita ini dikhotbahkan, banyak perubahan yang mengagumkan terjadi dan apt kebangunan rohani mulai bernyala.
Jika kita mengerti sepenuhnya tentang berkat ini, kita dapat menafsirkan Alkitab dari kitab kejadian sampai Wahyu berdasarkan ayat-ayat yang berbicara tentang kebenaran ini. Setelah itu kebenaran Alkitab menjadi hidup dan bersinar dalam terang hidup baru, dan kebenaran itu menjadi makin jelas pada kita. Seperti seorang buta meraba seekor gajah untuk mengetahui bentuknya, maka mereka yang membaca Alkitab tanpa landasan ini tidak bisa mengerti atau menafsikan secara lengkap apa yang mereka baca. Tetapi jika kita membaca Alkitab dengan diperlangkapi dasar teologi yang kokoh ini, maka keseluruhan Firman Allah itu tidak terputus-putus dan pekerjaan Allah yang hidup itu dinyatakan dengan jelas.
Saya ingin menunjukkan kepada saudara jalan masuk ke dalam rumah berkat itu. Jalan masuk itu diberi nama “Allah Kita yang Baik”.
Oknum pertama yang harus kita jumpai ialah Allah kita yang baik. Dewasa ini banyak orang tidak yakin bahwa Allah itu baik. Mereka melihat Allah sebagai oknum adikodrati yang memenuhi mereka dengan ketakutan, yang mengancam mereka dan mengambil kebahagian mereka. Atau mereka melihatnya sebagai Allah yang tidak memperdulikan mereka.
Saya sedang memimpin sebuah kebangunan rohani di Hamburg, Jerman Barat, ketika seorang wanita setengah baya datang untuk menjumpai saya dan meminta nasihat. Ia dilahirkan dan dibesarkan sebagai anak yatim dalam lingkungan yang tak berbahagia dan ia selalu tertimpa kesedihan. Ia menikah dengan seorang dokter Jepang berwarga negara Jerman Barat. Suaminya sangat mengasihi dia. Ia mempunyai tiga anak dan tidak kekurangan apa-apa sehingga hidupnya serba ada. Ia kaya dan tinggal di sebuah rumah mewah, dan anak-anaknya sehat. Dengan kata lain keluarganya nampak bahagia. Namun ada ketakutan yang berakar di hatinya. Ia takut bahwa sewaktu-waktu Allah dapat mengambil semua yang membahagiakan dirinya. Ia berpikir bahwa ia hams menderita agar bisa beriman teguh, tetapi karena ia begitu berbahagia, suatu saat Allah mungkin mengambil suami dan anak-anaknya atau menimbulkan suatu kesulitan ekonomi bagi keluarganya untuk menguji imannya.
Ketakutan membuat ia tak tenang. Meskipun suaminya seorang psikiater, toh tak sanggup menolongnya agar bebas dari ketakutan dengan cara menganalisa jiwa. Jadi ia datang minta pertolongan dari saya. Ia berkata,”Pendeta tak lama lagi kemalangan akan menimpa saya bagaikan sebuah awan gelap. Saya lahir sebagai anak yatim dan menderita berbagai bermacam kesukaran. Hidup saya sekarang ini indah, tetapi bagaimana saya bisa menikmati kebahagiaan ini?. Apa yang harus saya lakukan, Bapak Pendeta?”.
Saya menjawab, “Ibu, anda sedang membuat kesalahan besar. Allah itu baik. Iblis datang untuk mencuri, membunuh, dan merusakkan; tetapi Yesus, Anak Allah, datang agar kita mamiliki hidup dengan berkehmpahan.”
Ia berkata,”Bapak Pendeta, saya belum mampu percaya demikian.”
Saya memberitahukan kepada wanita itu mengapa Allah itu Allah yang baik. Saya meminta ia agar membuka Alkitabnya. “Di kitab kejadian, kita melihat bagaimana Allah menciptakan langit dan bumi serta segala isinya. Setiap ciptaan menunjukkan sifat penciptanya. Pada hari pertama ia menjadi tepahg. Apakah Allah melihat terang itu baik?”
“Allah melihat bahwa terang itu baik.”
“Bagaimanakah waktu Allah membuat cakrawala pada hari kedua?”
“Tidak disebutkan bahwa cakrawala itu baik.”
“Karena cakrawala adalah tempat Iblis akan bercokol sebagai penguasa di udara serta memilikinya setelah peristiwa kejatuhan, Allah tidak mengatakan bahwa cakrawala itu baik. Hanya di tempat itu perbuatan baik ditiadakan. Pada hari ketiga, waktu daratan diciptakan apakah tertulis bahwa Allah melihat hal itu baik?”
“Ya, ada tertulis.”
Allah juga melihat bahwa ciptaan-Nya pada hari yang keempat dan kelima itu baik adanya, dan pada hari yang keenam ketika Allah menciptakan binatang dan manusia, Allah melihat semuanya itu sangat baik. Jika Allah bukan Allah yang baik, sudah tentu ia tidak menciptakan sesuatu yang sangat baik. Saya berkata kepada ibu itu, “Sejak semula Allah membuat hanya hal-hal yang baik. Kita mengenal sebatang pohon dari buahnya. Karena yang Allah ciptakan semuanya merupakan ‘buah-buah’ yang baik. Tidakkah kita semuanya berkesimpulan bahwa pohonnya-atau Allah-tentu juga baik?"
Ibu itu menggelengkan kepalanya dan tidak mau percaya. “Ibu, dengarlah!” kata saya lagi. “Apakah pemah seseorang melihat Allah?”
“Tidak.”
“Siapa melihat-Nya?”
“Hanya Yesus saja yang pemah melihat Allah.” (Yoh 1 : 15-18)
“Ya! Yesus telah melihat Allah. Segala sesuatu yang Yesus katakan dan lakukan adalah yang Allah lakukan dan katakan melalui diri-Nya. Nah, baiklah kita melihat kehidupan Yesus. Apakah Yesus melakukan kebajikan ataukah kejahatan? Ia melakukan pekerjaan-pekerjaan baik; Ia mengusir roh-roh jahat; Ia memberikan kedamaian bagi mereka yang gelisah dan takut; Ia membangkitkan orang mati. Dapatkah Ibu menemukan sesuatu yang salah pada pekerjaan yang Yesus lakukan? Bahkan musuh-musuh-nya pun mengakui bahwa Yesus menyelamatkan Orang lain waktu mereka memaku-nya di kayu salib.
“Karena Yesus mengerjakan begitu banyak kebaikan, bagaimana mungkin Allah yang bekerja melalui Yesus itu adalah Allah yang tidak baik? Yesus berkata, “Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anak-mu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya?” (Mat, 7.9-11).
“Ibu, dengarkanlah! Bukankah Yesus dengan jelas mengatakan di sini, Bapamu yang di sorga akan memberikan yang baik?”. Lihatlah alam semesta ini. Bagaimana Ibu melihatnya? Apakah teratur baik dan indah? Apakah Langit yang baru dan bumi yang baru akan Allah buat itu baik atau tidak? Alkitab berkata, “Lihatlah, kemah Allah ada ditengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka. Dan Ia menghapus segala air mata dari mata mereka, dan maut tidak akan ada lagi; tidak ada lagi perkabungan, atau ratap tangis, atau dukacita, sebab segala sesuatu yang lama itu telah berlalu” (Wah, 21:3-4).
“Ada tertulis Allah bukan saja akan membaharui keadaan sekeliling kita, tetapi tubuh kita yang lemah akan diganti dengan tubuh yang kuat, yang fana menjadi baka. Bagaimana Ibu bisa percaya bahwa Allah yang semata-mata memberikan buah-buah yang baik itu adalah Allah yang baik?”.
Setelah itu barulah Ibu tersebut mengangguk-anggukkan kepalanya sambil berkata “Mendengar apa yang Pendeta katakan maka sekarang saya mengerti bahwa Allah itu Allah yang baik”.
“Iblislah yang selalu membisikkan kepada Ibu bahwa Allah akan mengambil kebahagiaan Ibu,” kata saya kepadanya.
Di Perjanjian Lama, Ayub juga pernah mengalami ketakutan seperti yang telah ia katakan, “Karena yang kutakutkan, itulah yang menimpa aku” (Ayub 3:25). Ayub kehilangan semua miliknya-sepuluh orang anaknya, 700 ekor domba, 3.000 ekor unta, 500 pasang lembu, 500 ekor keledai betina serta hamba-hambanya pria dan wanita.
Alkitab dengan jelas menulis, “Di dalam kasih tidak ada ketakutan, kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih” (1 Yoh, 4:18).
Waktu Ayub pulih imannya, dengan mengaku bahwa ia akan memelihara imannya meskipun Allah menghancurkan dia. Allah memberkati dia dua kali lipat daripada yang ia miliki sebelumnya.
Iman bagaikan persneling di mobil. Jika memasukkan persneling maju, maka mobil itu bergerak maju, tetapi jika memasukkan persneling mundur maka mobil mundur dengan kekuatan yang sama. Demikian juga jika saudara percaya Allah itu baik, maka sukses akan saudara peroleh; jika saudara tidak percaya bahwa Allah itu baik maka saudara akan mengalami ketakutan, putus asa serta kegelisahan. Iman saudara bisa positifatau negatif. Terserah saudara. Iman positif menghasilkan iman positif, iman negatif menghasilkan iman negatif.
Saudara harus menanggalkan semua iman negatif dan dengan teguh percalah bahwa Allah, yang mengutus Tuhan Yesus untuk disalibkan ganti saudara adalah baik. Sebagaimana tertulis, "Ia yang tidak menyayangkan anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?” (Roma 8:32).
Allah, yang mengasihi kita dengan kasih-Nya yang tak terduga luas dan dalam-Nya itu, adalah benar-benar Allah yang baik.
Ketika kita mengatakan Allah itu baik, Iblis merasa sakit. Di banyak mimbar dewasa ini, Allah digambarkan secara keliru. Ada pengkhotbah yang hanya memberitakan-Nya sebagai Allah yang seolah-olah sedang menunggu orang berdosa membuat kesalahan agar ia bisa menghakimi mereka dengan hukuman yang mengerikan. Orang Kristen yang paling tragis adalah orang Kristen yang tidak mempunyai harapan. Orang Kristen yang memilild kepercayaan demikian adalah seperti putra sulung di dalam perumpamaan anak yang terhilang, yang kesannya mengenai Bapa adalah bahwa Bapa tidak pernah memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatnya (Luk, 15:29).
Ada tertulis di dalam Alkitab. “Jadilah kepadamu menurut imanmu” (Mat.9:29).
Allah yang baik dan kaya tidak akan mendatangi orang yang tidak percaya kepada kebaikan-Nya. Meskipun anak bungsu itu pergi jauh dari rumah bapanya dan menghabiskan segala harta dengan berfoya-foya, ia kembali kepada bapanya dengan keyakinan bahwa bapanya akan menyambut kedatangannya. Bapanya mengenakan jubah yang terbaik padanya, memakaikan cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya lalu menyuruh menyembelihkan lembu tambun untuk berpesta menghormati dia.
Dua anak itu mempunyai bapa yang sama, namun yang seorang tidak menerima seekor anak kambing pun, sedangkan anak yang lainnya memiliki seluruh kekayaan bapanya. Apa yang menyebabkan kedua anak itu berbeda? Pandangan serta pengharapan masing-masing anak itu terhadap bapanya berbeda!
Orang-orang yang percaya bahwa Allah itu Allah yang baik dan memiliki akal budi yang positif. Seperti tertulis, “Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah” (Roma 8:28).
Karena mereka percaya kepada Allah yang baik maka hal-hal yang baik akan terjadi. Meskipun kadang-kadang mereka menjumpai hal-hal yang tidak menyenangkan, toh mereka bisa menerimanya karena mereka tahu bahwa Allah juga akan mendatangkan kebaikan dari hal itu.
Prepared By :
FULL GOSPEL INDONESIA
Bendelan No. 4
Memahami Iman pada Tuhan Yang Baik ( 4 )
- Allah Itu Baik Disusun dari rekaman kotbah Ev.Drg Yusak Tjipto Purnomo
- Alamat Tuhan oleh DR. David Yonggi Cho
- Allah Bapa –Allah Putra Yesus Kristus-Allah Roh Kudus
Catatan :
Dapatkan Bendelan2 foto copy tsb. diatas, minimum order 1 bendel, rata2 tiap bendel 200 lembar ukuran A -4 @ Rp. 150,/lb- plus ongkos kir im transfer ke Yayasan Full Gospel Indonesia BCA Rek. No. 565.007.1389, bukti transfer Fax ke 031-3732850, tulis nama calon murid atau calon Cell Leader dan alamat pos yang jelas.
Surabaya, 9 September 2009
FULL GOSPEL INDONESIA
http://groups.yahoo.com/group/fullgospel_indonesia
http://muridyesuskristus.blogspot.com
Bambang Wiyono
081 2327 3886
E-mail : fullgospel_indonesia@yahoo.com
Senin, 14 September 2009
HUKUM TAURAT DAN INJIL MENURUT MARTIN LUTHER
oleh: Pdt. Jonathan Lowijaya, D.Min.
Saudara Saudara yang terkasih,
Saya mulai ngisi sesi pertama : 10 Perintah Allah di blog htt://muridyesuskristus.blogspot.com, tentunya tidak saya sendiri yang ngisi, Admin Milis sudah pasang iklan, diharapkan murid muritNya yang senior, yang secara sukarela nengisi pelajaran pelajaran untuk tingtkat lanjutan, khusus untuk Cell Leaders.
Seperti apa kotbah saya dihadapan tani dan buruh waktu itu ?
“ Tuhan itu murah hati, Tuhan itu kasihan kalau umatnya semua binasa karena tidak bisa menjalani Hukum Taurat ( 10 Perintah Allah ), sehingga Dia membuat
Acara Akbar 2000 tahun yang lalu di kayu salib
Yesus Kristus manusia “ciptaan khusus “ Allah sendiri,
harus menumpahkan darahNya buat persembahan penebusan dosa dosa manusia di kayu salib ( Yoh 3:16 )
Dengan demikian, manusia yang tidak bisa menjalani 10 Perintah Allah ( Hukum Taurat ) bisa katut kesurga bila jadi murid muridNya Yesus Kristus yang mati di kayu salib itu dan percaya, bahwa Dia adalah Allah, bukan sedekar nabi !
Yang tidak setia dan tidak percaya akan mendapat ganjaran masuk neraka ( wah 21:8 )
Yesus Kristus bukan saja sudah menjalani dengan sempurna Hukum Taurat, malah Dia telah
menyempurnakan 10 Perintah Allah, dicatat oleh para rasul pilihanNya, ….”
Saudara Saudar yang terkasih,
Betapa sederhananya penjelasan saya, tapi sebagai Cell Leaders kalian tidak boleh kotbah seperti saya!
Sebab Cell Group kalian dihadiri banyak kalangan, dan mereka mengeri banyak hal, maka bahasa kalian harus pakai bahasa theologia yang benar, berikut ini saya ambilkan artikel guru saya di internet, yang bisa nulis dengan baik ajaran Martin Luther ( 1483 )pada jaman Reformasi dan Kontra Reformasi gereja gereja didunia waktu itu ( miliki Peta Alkitab, disitu banyak informasi tentang sejarah gereja gereja )
Pendahuluan
Menurut Martin Luther, seorang theolog sejati harus mampu membedakan fungsi Hukum Taurat dengan Injil. Dalam tafsirannya terhadap Surat Galatia (tahun 1531), Luther mengatakan, “Barangsiapa yang dapat dengan jelas membedakan antara Injil dan Hukum Taurat harus bersyukur kepada Tuhan dan dia adalah seorang theolog yang sejati.”
1 Seperti yang kita ketahui, Luther menempatkan doktrin pembenaran hanya oleh iman sebagai prinsip dasar dari sistem theologinya. Ia memandang bahwa perbedaan fungsi Hukum Taurat dengan Injil adalah keharmonisan yang paling dekat dengan doktrin pembenaran oleh iman. Meskipun Luther telah membahas doktrin pembenaran hanya oleh iman, namun doktrin ini akan berkembang dengan benar dan baik jika didasarkan pada pemahaman perbedaan fungsi antara Hukum Taurat dan Injil. Berdasarkan alasan inilah maka pandangan Luther mengenai Hukum Taurat dan Injil telah menjadi masalah yang utama dalam sistem theologi Luther, meskipun Luther bukan seorang theolog sistematika seperti John Calvin dalam tulisannya.
Mengapa memahami perbedaan fungsi Hukum Taurat dengan Injil begitu penting bagi Martin Luther? Apakah hubungan Hukum Taurat dan Injil? Apakah Hukum Taurat berkontradiksi dengan Injil? Bagaimana Martin Luther menyelesaikan permasalahan antara Hukum Taurat dengan Injil?
Pembahasan tulisan ini hanya berfokus kepada relasi fungsi Hukum Taurat dengan Injil, walaupun diskusi mengenai natur dan fungsi Hukum Taurat sangat dekat sekali hubungannya dengan doktrin pembenaran oleh iman. Manusia berdosa gagal memelihara dan menaati isi Hukum Taurat sehingga mereka berada dalam murka Tuhan.
Beriman kepada Kristus, berdasarkan jasa dan kebenaran Kristus, adalah inti pembenaran hanya oleh iman. Sebab itu kedua doktrin ini sangat erat hubungannya, tetapi di sini tidak didiskusikan doktrin pembenaran hanya oleh iman. Masalah ini adalah topik diskusi yang lain dalam theologinya.
Kebenaran mengenai fungsi Hukum Taurat dengan Injil adalah kebenaran yang melampaui ruang dan waktu.
A. Perbedaan Antara Hukum Taurat dan Injil
Pemahaman yang benar pada doktrin ini akan membawa seseorang pada suatu kekaguman yang mendalam terhadap kasih karunia Tuhan yang dinyatakan dalam Injil. Kebenaran ini berdampak tidak hanya pada kehidupan orang percaya sekarang, tetapi juga secara eskatologis.
Kata ‘perbedaan’ yang dimaksud di sini bukan dimaksudkan sebagai suatu pemisahan atau pertentangan. Bagi Luther, Hukum Taurat tidak dapat dipertentangkan dengan Injil. Luther dalam tulisannya juga tidak bermaksud menawarkan suatu pilihan atau alternatif antara Hukum Taurat atau Injil. Ia tidak sependapat dengan kaum Antinomianisme
2 yang salah mengerti bahwa orang percaya hanya membutuhkan Injil dan tidak membutuhkan hukum Taurat, sebab hukum Taurat dan Injil tidak ada hubungannya. Di samping itu, Luther juga menentang pendapat kaum Legalisme
3. yang menekankan sisi hukum sebagai dasar pembenaran di hadapan Tuhan atau menambahkan hukum ke dalam Injil. Luther berpendapat bahwa demi kemurnian Injil, Hukum Taurat harus dipertahankan.
4 Baik Hukum Taurat maupun Injil keduanya tidak boleh ditiadakan. Di antara keduanya tidak ada yang lebih utama dari yang lain, sebab kedua hal itu saling melengkapi dan harus dibicarakan sebagai satu kesatuan pada waktu yang bersamaan.
Menurut Luther, tidak seperti Agustinus,
5 memahami perbedaan antara Hukum Taurat dengan Injil tidak hanya sekadar bahwa Hukum Taurat mendahului Injil, melainkan lebih dalam suatu pola dialektik.
6 Pola ini secara dinamis bergerak dari pemahaman yang baru melalui perbedaan Hukum Taurat dan Injil kepada suatu hal yang darinya dapat ditarik pemahaman lain yang baru lagi. Pemahaman ini dinamis bukan statis, yang berarti bahwa perbedaan antara Hukum Taurat dan Injil dapat dipisahkan satu dengan yang lain kemudian dapat dipersatukan kembali.
Perbedaan antara Hukum Taurat dan Injil bukan hanya membedakannya dari segi Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru atau satu bagian hanya ditujukan kepada Hukum Taurat (Perjanjian Lama) dan bagian lain hanya ditujukan kepada Injil (Perjanjian Baru). Sering kali Injil juga memiliki bagian hukum di dalamnya dan sebaliknya bagian teks Alkitab yang disebut sebagai hukum juga memiliki Injil di dalamnya, seperti sepuluh perintah Allah juga terdapat Injil.
7 Sepuluh perintah Allah dimulai dengan kalimat, “Akulah Tuhan Allahmu yang membawa kamu keluar dari tanah perbudakan” (Kel. 20:1-3). Ini adalah berita anugerah keselamatan dari Tuhan yang mendasari seluruh perintah dan memberi semangat kepada orang Israel untuk hidup selaras dengan Hukum Tuhan.
Di samping itu Luther juga membedakan antara Hukum Taurat dan Injil melalui konteks proklamasi. Tetapi jangan disalah mengerti bahwa tujuan dari proklamasi adalah untuk membedakan antara Hukum Taurat dan Injil, ini bukanlah sesuatu yang utama, walaupun ada kemungkinan hal ini terjadi. Apakah dasar pemahaman Luther dalam meninjau perbedaan antara Hukum Taurat dan Injil dari sudut proklamasi?
Injil adalah berita baik yang menawarkan kasih karunia Tuhan melalui pengampunan dosa di dalam Yesus Kristus. Tetapi realitasnya adalah manusia hidup di bawah Hukum Taurat dan diperbudak olehnya. Karena itu, tanpa pengertian yang mendalam tentang kondisi manusia yang hidup di bawah Hukum Taurat, maka sulit sekali bagi manusia untuk mengerti intisari karya keselamatan Kristus.
Selain anugerah Tuhan yang dinyatakan dalam kematian dan kebangkitan Kristus, terdapat juga kenyataan bahwa di luar Hukum Taurat, manusia akan sulit mengerti kebesaran dari karya Kristus bagi orang berdosa.
8 Sebab itu proklamasi tentang Hukum Taurat yang memaparkan kondisi keberdosaan, ketidakberdayaan, dan keterkutukan manusia tidak dapat menyelamatkan manusia berdosa tanpa sekaligus mengaitkannya atau bersamaan dengan proklamasi Injil dan anugerah Tuhan di dalam Yesus Kristus.
Hukum Taurat telah menempatkan manusia di bawah kutuk dan penghakiman Tuhan, namun pengenalan pada kondisi tersebut akan memberikan pengharapan untuk datang kepada Injil.
Perbedaan antara Hukum Taurat dan Injil dapat diidentikkan dengan perbedaan yang harus ditarik dari apa yang membuat manusia menjadi benar dan sungguh diselamatkan.
9 Jika diperhatikan sungguh-sungguh, memang pada kenyataannya ada perbuatan manusia secara umum yang bisa disebut kebenaran, tapi semua perbuatan itu bukanlah kebenaran yang mendatangkan damai sejahtera dalam hati nurani dan kepastian keselamatan.
Kebenaran yang diajarkan oleh Alkitab, baik ditinjau secara mendasar atau hanya penampakan, sangat berbeda dengan kebenaran secara umum. Kebenaran dalam ajaran Alkitab adalah kebenaran pasif, melalui pembenaran hanya oleh iman, bukan kebenaran yang aktif, melalui segala usaha manusia untuk menjadi benar. Kebenaran yang pasif artinya kebenaran yang dikaruniakan oleh Tuhan atau kebenaran yang berada di luar diri manusia sendiri, yaitu kebenaran Kristus yang dikaruniakan kepada manusia berdosa hanya melalui iman kepada Dia. Kebenaran ini didasarkan pada apa yang Allah kerjakan melalui Yesus Kristus bukan apa yang manusia usahakan.
Dari sudut pandang ini, manusia harus mengabaikan sisi kebenaran aktif dan memusatkan diri kepada Injil.
B. Hukum Alamiah dan Hukum Taurat
Hukum alamiah yang dimaksudkan di sini bukanlah hukum alam yang mengatur keteraturan universal, melainkan Hukum Allah yang secara alamiah berada dalam diri manusia sejak penciptaan. Manusia mengenal Hukum Allah sejak penciptaan atau sebelum Hukum Taurat dikaruniakan oleh Tuhan kepada Musa, sebab Allah telah menempatkan Hukum-Nya di dalam hati manusia, dan hukum ini disebut hukum alamiah. Luther mengajarkan doktrin ini menurut Roma 2:14-16, di mana Paulus mengatakan bahwa orang bukan Yahudi yang tidak mempunyai Hukum Allah secara tertulis dapat mengenal Hukum itu di dalam hatinya. Sebab itu semua manusia tidak dapat menolak keberadaan Hukum Allah.
Hukum alamiah dasar kewajibannya ditinjau dari dua hal, yang pertama kewajiban kepada Tuhan. Karena hukum alamiah ini, maka semua manusia baik sadar atau tidak sadar memiliki rasa keagungan kepada Pribadi yang dianggap lebih tinggi daripadanya sehingga rasa hormat itu menuntunnya untuk beribadah kepada illah atau Allah. Kedua kewajiban kepada sesama.
10 Dari sudut keberadaan Hukum Allah secara alamiah ini, maka ada dua kewajiban manusia sebagai ciptaan-Nya untuk mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama seperti diri sendiri. Sebab itu, di sini terdapat keserasian esensi antara hukum alamiah dengan Hukum Taurat Musa yang diberikan Allah di Gunung Sinai (bdk. Kel. 6:1-5).
Kalau memang Tuhan telah menaruh Hukum-Nya ke dalam hati manusia sejak penciptaan, mengapa Ia perlu mewahyukan Hukum Taurat? Apakah fungsi dari Hukum Taurat yang tertulis itu? Apakah relasi Hukum Taurat yang tertulis dengan yang tidak tertulis?
B. A. Gerrish mengatakan dengan tepat bahwa Hukum Allah diberikan melalui tiga tahap, yaitu tahap pertama, Hukum Allah secara alamiah. Hukum ini dimiliki oleh semua manusia baik Yahudi maupun bukan Yahudi. Tahap kedua, Tuhan memberikan Hukum Taurat kepada Musa atau kepada bangsa Yahudi sebagai suatu tindakan wahyu khusus. Dan tahap terakhir, Kristus sendiri mewahyukan Hukum-Nya.
11.Hukum Taurat yang diberikan kepada Musa mengungkapkan kehendak Tuhan. Karena itu, pada dasarnya Hukum Taurat dikaruniakan bukan untuk menghancurkan manusia, tetapi agar melaluinya manusia dimungkinkan untuk mengenal diri sendiri dan mengenal kehendak Tuhan, sebab pencemaran dosa mengakibatkan kekaburan Hukum Allah yang tidak tertulis secara objektif tetapi ada di dalam hati manusia. Luther percaya bahwa Hukum Tuhan itu bersifat kudus, baik dan rohani.
Paul Althaus mengatakan bahwa seluruh isi Hukum Taurat adalah kehendak Tuhan yang kekal dan keselamatan manusia terletak pada pengenapan Hukum itu.
12 .Berdasarkan Roma 7:10, Luther berkomentar bahwa Hukum Allah diberikan untuk ‘kebaikan’ dan ‘kehidupan’. Setiap Hukum Allah terdiri dari dua hal yang berguna, yaitu janji dan penuntun perilaku.
13. Tuntutan Hukum Taurat adalah kesucian hidup, sebab itu Hukum mengajarkan apa yang harus diperbuat oleh manusia dan bukan melakukan Hukum itu supaya selamat. Hukum Allah mengungkapkan apa yang harus diberikan dan dilakukan untuk memuliakan Dia.
14. Melalui tuntutan Hukum Taurat ini, sebenarnya tidak ada seorang pun yang telah memenuhi dan menaati Hukum itu dengan sempurna menurut pandangan Tuhan. Rasul Paulus mengatakan tentang kondisi manusia sebagai berikut, “Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. Tidak ada yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Tuhan. Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada orang telah berbuat baik, seorangpun tidak” (Rm. 3:11-12).
Menurut Luther, Hukum Taurat itu dikaruniakan kepada umat Allah yang telah berada dalam perjanjian anugerah dengan Tuhan. Esensi dan fungsi Hukum Taurat harus ditinjau atau dimengerti dalam konteks perjanjian anugerah antara Allah dengan umat-Nya, bukan antara Allah dengan manusia yang berada di luar perjanjian Tuhan. Sebab itu tujuan utama dari Hukum itu adalah untuk menjaga kesucian umat Tuhan yang telah diteguhkan kehendaknya dengan anugerah Tuhan untuk menaati Hukum tersebut. Peraturan Hukum Taurat adalah suatu tuntutan kesucian bagi umat Tuhan, sedangkan bagi mereka yang hidup di luar perjanjian Tuhan, Hukum-Nya mendatangkan penghakiman.
C. Dwifungsi Hukum Taurat
Sebelum menjelaskan lebih jauh tentang fungsi Hukum Taurat, kita perlu mempresentasikan pemahaman Luther tentang kondisi manusia setelah kejatuhan. Sebab bagi Luther tanpa pemahaman yang benar tentang kondisi kejatuhan manusia, kita mungkin bisa mengarah kepada pemahaman yang keliru tentang fungsi utama Hukum Taurat dan sifat dasar Injil.
Luther berkeyakinan penuh bahwa pencemaran dosa mencakup berbagai aspek, seperti rasio, kehendak, emosi, dan perbuatan. Semua manusia telah berdosa di hadapan Tuhan. Fakta kejatuhan Adam dan akibat kejatuhan itu bagi keturunannya telah menimbulkan kerusakan total yaitu pencemaran baik internal maupun eksternal. Persoalannya adalah bagaimana manusia bisa mengenal diri sendiri sesuai dengan kondisinya, atau sebagai ciptaan Tuhan yang telah terasing dengan Tuhan dan sesamanya.
15.Perbedaan antara Hukum Taurat dan Injil terletak pada Hukum itu sendiri, bukan terletak pada Injil, sebab Injil hanya mempunyai fungsi tunggal, sedangkan Hukum Taurat itu mempunyai lebih dari satu fungsi.
16. Injil diwahyukan oleh Tuhan untuk menggenapi Hukum Taurat, bukan Hukum itu ditambahkan kepada Injil. Karena itu, tanpa Hukum Taurat, maka Injil akan mengalami kehilangan makna. Meskipun demikian, baik Injil maupun Hukum Taurat adalah firman Tuhan.
Luther berargumentasi bahwa Hukum Taurat mempunyai dwifungsi, yaitu politis/sipil dan theologis/rohani.
17. Fungsi hukum politis atau sipil adalah untuk mencegah penyebaran dosa dan kejahatan yang dikontrol oleh Iblis di dalam masyarakat. Fungsi Hukum Taurat mengatur kesejahteraan sosial, pendidikan, dan bahkan keteraturan pemberitaan Injil. Hukum ini terwujud dalam bentuk institusi Tuhan seperti pejabat pemerintah, guru, orangtua dan juga hukum sipil. Manusia pada dasarnya bisa mengenapi fungsi Hukum Taurat ini, dan sebab itu Hukum Tuhan dalam pengertian politis bisa menghasilkan kebenaran sipil.
18.Tetapi penggenapan kebenaran ini tidak dapat membuat seseorang diperhitungkan sebagai orang yang benar di hadapan Allah, karena manusia dalam segala kapasitasnya tidak mampu mengenal Tuhan yang benar.
Fungsi kedua Hukum Taurat adalah rohani. Fungsi ini sangat berbeda secara mendasar dengan fungsi Hukum Taurat dari segi politis. Fungsi Taurat secara rohani adalah fungsi yang sejati, paling tinggi, dan mendasar dalam relasi dengan pemahaman Injil. Hukum Taurat menuntut kemurnian hati, ketaatan yang sempurna, ketakutan dan kasih kepada Tuhan. Penggenapan Hukum Taurat ini bersifat internal. Hal ini harus digenapi sebelum kejatuhan, namun manusia telah gagal, sebab itu Hukum Taurat tidak mampu menolong manusia untuk menjadi benar melalui ketaatan. Hukum Taurat merefleksikan kenyataan keberdosaan. Sebab itu tujuan Hukum Taurat adalah untuk memampukan manusia memandang dirinya sendiri, kondisi kejatuhannya, dan ketidakmampuan naturnya. Luther dalam khotbahnya secara jelas mengatakan bahwa keberadaan Hukum Taurat secara terus menerus mengungkapkan diri kita sebagai manusia berdosa yang telah melanggar Hukum-Nya dan harus menghadapi kematian dan neraka.
19.Tatkala manusia menyadari ketidakmampuannya dalam menggenapi atau menjaga Hukum Allah, maka mereka senantiasa dituntut oleh Hukum itu untuk menebus kesalahan, di samping itu mereka berhadapan dengan suatu kenyataan, yaitu kemarahan dan penghukuman Tuhan. Sebab itu manusia menjadi tidak berdaya dengan dosanya.
Luther menggunakan tiga alegori untuk menjelaskan tiga sikap manusia terhadap Hukum Allah yang melampaui kapasitasnya untuk taat, dan tiga sikap tersebut tertuang dalam gambaran dari tindakan Musa:
a) Musa menghancurkan 10 perintah Tuhan tatkala bangsa Israel menyembah lembu emas (Kel. 32:19).
Hal ini menggambarkan sikap manusia yang tidak mau menerima Hukum Tuhan sama sekali dan berusaha menghancurkannya.
b) Musa membawa 10 perintah Tuhan yang baru dan diterima oleh orang Yahudi, namun kulit muka Musa bersinar, sehingga Harun dan seluruh bangsa Israel tidak berani mendekat dan memandang wajah Musa.
Hal ini menggambarkan sikap kedua dari manusia yang menerima Hukum Tuhan namun hanya mengamati segi luar Hukum-Nya. Hal ini disebabkan kemunafikan telah menutupi kemuliaan Hukum Allah.
c.Yosua menjadi penerus Musa untuk menjadi peminpin bangsa Israel . Ia meminpin bangsa Israel melewati sungai Yordan menuju tanah Perjanjian yaitu tanah Kanaan. Karena itu Yosua adalah tipe Kristus yang akan datang untuk memimpin bangsa Israel melalui iman menggenapi seluruh Taurat Tuhan.
20.Karena tuntutan Hukum Taurat maka seluruh umat manusia berada dalam kutukan dan penghakiman Tuhan.
Sebab itu Luther mengatakan bahwa segala sesuatu tanpa iman adalah berada di bawah kutukan.
21 Hukum Allah tidak mampu menyelamatkan manusia dari kutukan karena Hukum Allah tidak memberikan kuasa kepada manusia.
Hukum Taurat hanya akan efektif bila digenapi oleh manusia sebelum kejatuhan, bukan setelah kejatuhan. Setelah kejatuhan, Hukum Taurat tidak digenapi oleh manusia dan melaluinya mereka dibenarkan oleh Allah. Kebenaran ini adalah fungsi Hukum Taurat, melalui Hukum Taurat, dosa dan penghakiman Tuhan semakin jelas dinyatakan.
Mengapa Tuhan mewahyukan Hukum Taurat? Mengapa Allah membebankan Hukum Taurat ke atas bahu manusia jikalau Hukum Allah tidak mengaruniakan hidup?
Sebagaimana telah dibahas di atas bahwa pembenaran di hadapan Tuhan atas orang berdosa tidak dapat dicapai melalui ketaatan kepada Hukum Taurat, lalu apakah kegunaan Hukum Taurat?
Luther menekankan bahwa esensi Hukum Taurat itu benar, baik, dan rohani. Dilihat dari sudut sifat dasar Hukum Taurat, maka persoalan utama bukanlah terletak pada Hukum Allah itu sendiri, melainkan pada ketidakmampuan manusia dalam memenuhi tuntutan Hukum Allah.
Sebab itu jika ditinjau dari sudut negatif, maka fungsi Hukum Taurat adalah memaparkan kondisi keberdosaan dan murka Allah. Tetapi ditinjau dari sudut positif, Hukum Taurat mengarahkan atau meminpin kepada pengharapan keselamatan melalui pembenaran hanya oleh iman dalam Kristus. Hukum Taurat diberikan supaya manusia memiliki kesungguhan hati menantikan benih janji Tuhan.
22Kristus adalah Allah dan manusia sejati. Sebagai manusia yang sempurna, Ia telah menggenapi seluruh Hukum Taurat melalui ketaatan-Nya yang sempurna di atas kayu salib.
Berita sentral dari Injil adalah pribadi dan karya Kristus. Di dalam Kristus, Allah mengampuni dosa dan mengaruniakan hidup yang kekal baik saat ini maupun di masa yang akan datang.
Sebab itu Kristus telah menyelamatkan manusia dari kutukan Hukum Taurat. Ia sendiri telah menjadi kutuk bagi mereka yang hidup di bawah Taurat, dosa, dan kejahatan.
Pada kenyataannya dalam Alkitab, Hukum Taurat mendahului Injil. Sebab itu Hukum Taurat memimpin manusia untuk percaya kepada Injil.
Di satu pihak Hukum Taurat telah membawa seluruh umat berada dalam kutukan dan penghakiman Tuhan, namun di lain pihak,
Taurat Tuhan itu juga telah memimpin manusia untuk menerima anugerah Tuhan melalui iman saja. Sebab itu barangsiapa yang percaya pada Kristus, mereka tidak berada di bawah Hukum Taurat lagi, tetapi berada di dalam anugerah Tuhan.
Anugerah Tuhan telah membuat manusia hidup harmonis dengan Hukum-Nya, karena Kristus telah menggenapi seluruh Hukum Taurat, sehingga Hukum Taurat tidak bertentangan lagi dengan manusia, karena dalam Kristus Hukum Allah berada di sisi manusia.
23.Gerhard Ebeling mengatakan bahwa di dalam dwifungsi Hukum Taurat sering terjadi 3 salah pengertian, yaitu pertama, memahami dwifungsi Hukum Taurat dalam dua kelompok manusia yang berbeda, yaitu fungsi Hukum Allah atas kelompok kafir dan atas kelompok umat yang telah diselamatkan.
Perlu diketahui bahwa manusia yang berada dalam Kristus adalah sekaligus orang berdosa dan orang benar pada saat yang bersamaan. Sebab itu dwifungsi Hukum Taurat tidak boleh dimengerti sebagai suatu aplikasi kepada dua kelompok manusia yang berbeda, tetapi seharusnya kepada manusia secara umum karena sama fungsinya.
Kedua, memisahkan Hukum Taurat menjadi dua bagian, yaitu hukum sipil dan rohani. Bagian yang rohani dianggap lebih tinggi daripada hukum sipil.
Ketiga, dwifungsi Hukum Taurat itu berjalan paralel satu dengan yang lain dan tidak saling berhubungan.
D. Kesatuan Hukum Taurat dan Injil
Luther telah membuat suatu perbedaan yang tajam namun tetap menekankan kesatuan dwifungsi Hukum Taurat, yaitu fungsi Hukum Taurat dari segi sipil yang menuntut kebenaran dalam masyarakat dan memberi kesadaran pada
dosa dan tujuan Injil, serta fungsi Hukum Taurat dari segi rohani yang menggenapi tuntutan Hukum Taurat. Tapi Luther tetap melihat ada suatu perbedaan yang jelas antara kedudukan Hukum Taurat dengan Injil seperti yang ia katakan, “Hukum Taurat harus lebih rendah kedudukannya”
25 dibandingkan dengan Injil. Argumentasi Luther adalah karena Hukum Taurat diwahyukan melalui malaikat dan nabi, namun Injil diwahyukan melalui Tuhan sendiri.
Injil mengajarkan mengenai sumber kuasa manusia untuk menaati Hukum Taurat, tetapi Hukum Taurat mengajarkan apa yang harus dilakukan untuk diperkenan Tuhan.
Injil menjanjikan keselamatan dalam Yesus Kristus, tetapi Hukum Taurat menuntut ketaatan sempurna untuk memperoleh keselamatan.
Injil berisi Kristus yang telah mati bagi dosa, Hukum Taurat berisi kehendak Tuhan yang sempurna dan penghukuman bagi mereka yang melawan Hukum itu. Hukum menuntut kesucian hati namun Injil memproklamasikan penerimaan Allah atas manusia berdosa berdasarkan jasa Kristus.
Hukum Taurat tidak pernah memberikan Roh Kudus, tapi Injil menjanjikan Roh Kudus bagi mereka yang percaya.
26 Sebab itu Hukum Taurat tidak memberikan kuasa untuk taat seperti yang dinyatakan dalam Injil.
Hukum Taurat memperhitungkan kebenaran bagi mereka yang taat, tetapi Injil bergantung pada jasa Kristus sebagai Sumber kebenaran dan Orang benar di hadapan Allah.
Melalui Hukum Taurat, manusia mengenal dosanya sendiri dengan sempurna sedangkan melalui Injil manusia mengenal pengampunan dosa melalui kuasa darah Kristus.
Sebab itu tanpa Kristus dan Roh Kudus, manusia tidak mungkin menaati Hukum Taurat.
Kebenaran Allah yang diungkapkan dalam Injil tidak sama seperti kebenaran yang diungkapkan dalam Hukum Taurat.
Hukum Taurat tidak hanya ditinjau dari sudut perbedaannya dengan Injil namun juga hubungannya dengan Injil sebagai satu kesatuan. Tidak dapat dielakkan bahwa Hukum Taurat mempunyai perbedaan yang sangat tajam dengan Injil, namun keduanya tidak dapat dipisahkan.
27 Perbedaan dan kesatuan ini merupakan suatu rahasia seperti apa yang dikatakan Luther, “Di dalam dunia ini tidak ada seorang pun yang mengetahui perbedaan Hukum Taurat dan Injil.”
28 Namun kita akan mengerti perbedaan itu tatkala firman Tuhan diproklamasikan melalui khotbah, karena melalui khotbah terjadi pemberitaan Hukum Tuhan dan sekaligus Injil Kristus, dan di dalam khotbah, Roh Kudus akan bekerja membedakan dan menyatukan keduanya.
Perbedaan antara Hukum dan Injil itu harus tetap dipegang, tetapi sulit sekali memisahkan atau mengantitesis keduanya karena ada keharmonisan di antara keduanya. Pertanyaannya adalah, “Apakah kesatuan antara Hukum Taurat dan Injil itu?” Sekarang akan didiskusikan kesatuan antara Hukum Taurat dan Injil dalam dua area, yaitu relasi Hukum Taurat dan janji Allah, dan Hukum Taurat dan Injil sebagai firman Allah.
Luther mengatakan bahwa seluruh Alkitab dibagi menjadi dua bagian, yaitu perintah dan janji Tuhan.
29 Perintah Tuhan menyatakan apa yang harus dilakukan namun tidak memberikan kuasa untuk melakukannya. Perintah itu hanya menunjukkan ketidakmampuan dan keberdosaan manusia.
Tetapi di bagian kedua, Hukum Allah menekankan janji Allah. Janji Allah memberikan apa yang dituntut dalam perintah-Nya dan menggenapi apa yang ditulis di dalamnya.
Dari pemahaman ini dapat disimpulkan bahwa hanya Allah yang dapat melakukan baik tuntutan perintah-Nya maupun penggenapan perintah-Nya.
30 Hukum tidak melawan janji Allah, sebab janji itu tidak bergantung pada Hukum Taurat. Perintah Tuhan dan janji mengarah kepada penggenapan dalam diri Sang Mediator, yaitu Kristus.
31 Sebab itu Luther mengatakan bahwa seluruh bapabapa dan para nabi dalam Perjanjian Lama memiliki isi dan objek iman yang sama, yaitu Kristus, dan demikian juga dengan Injil seperti yang dinyatakan oleh Paulus.
32Janji Allah kepada Abraham adalah janji berkat surgawi.
Seluruh bangsa Israel akan diberkati melalui Abraham jika mereka mempunyai iman dan memegang janji Allah. Janji ini mendahului Hukum Taurat yang muncul setelah 400 tahun lamanya. Allah tidak memberikan Hukum yang berkontradiksi dengan janji terdahulu melalui kesetiaan yang telah mengikat diri-Nya dengan Abraham.
33 Jika janji adalah untuk umat Allah yang hidup oleh iman kepada Allah, maka Hukum Taurat adalah untuk mengontrol tingkah laku umat percaya untuk berkomitmen hidup bersama Tuhan saja.
Baik Hukum Taurat maupun Injil adalah firman Tuhan. Firman Tuhan datang kepada manusia dalam dua bentuk, yaitu Hukum dan Injil, dan kedua bentuk itu tidak terpisahkan.
Keduanya harus dikhotbahkan secara bersamaan dan tidak dapat dicampuradukkan. Seorang theolog yang mampu membedakan keduanya dengan benar adalah theolog yang sejati. Hukum Taurat adalah milik Injil, sehingga Hukum Taurat melayani tujuan Injil, yaitu menjanjikan dan membawa keselamatan Allah kepada manusia berdosa melalui pembenaran oleh iman saja di dalam Kristus.
Hukum itu sendiri mengekspresikan kehendak Tuhan. Sifat Hukum itu baik, benar dan rohani, namun Hukum itu tidak mampu membenarkan orang berdosa. Berdasarkan pemahaman ini, secara esensi Hukum Taurat sama dengan Injil. Inti Hukum Taurat mengajarkan untuk mengasihi Tuhan dan sesama, Injil pun menekankan hal yang sama, yaitu mengasihi Tuhan dan musuh seperti diri sendiri. Dengan kata lain, baik Hukum Taurat maupun Injil adalah satu kesatuan sebagai firman Tuhan yang mengekpresikan kasih yang sempurna dari Tuhan.
Injil adalah penggenapan Hukum Taurat. Proklamasi Injil juga adalah proklamasi Hukum Tuhan. Berdasarkan sudut proklamasi Injil dan Hukum sebagai satu kesatuan, Luther memberikan argumentasi dari dua segi:
1) Proklamasi Kristus adalah teladan bagi orang percaya, dan hal ini telah mewarnai karakteristik khusus proklamasi Hukum yang menyatakan kehendak Tuhan yang harus digenapi. Segala sesuatu yang menunjukkan dosa-dosa kita adalah Hukum.
Kalimat tersebut yang menjadikan nyata bahwa Kristus adalah Juruselamat sekaligus membawa pemahaman dosa. Sebab itu proklamasi Injil juga menjadi proklamasi Hukum.
2) Injil menyaksikan anugerah Allah dan jasa-jasa Kristus. Hal ini secara mendasar telah mengarahkan manusia untuk mengenal dosa-dosanya yang telah melawan kasih karunia Tuhan. Dalam pengertian ini, Injil adalah Hukum Tuhan. Sebab itu, Hukum Tuhan termasuk Injil, dan Injil menghasilkan Hukum Tuhan. Ketegangan Hukum dan Injil adalah pada pandangan terhadap orang berdosa. Sebab itu pengajaran Hukum Taurat dan Injil harus berjalan secara bersamaan.
Luther selalu menekankan jalan tengah antara kedua ekstrim legalisme dan antinomianisme, sebab pemberita Injil harus menekankan baik Hukum Tuhan dan Injil sebagai satu kesatuan seperti pertobatan dan kepercayaan kepada Tuhan yang hidup. Luther dalam Table Talk menekankan keseimbangan Injil dan Hukum, tetapi ia juga mengatakan bagaimana patokan keseimbangan tersebut bukanlah suatu hal yang pasti. Kristus sendiri mengkhotbahkan Hukum Tuhan dan Injil menurut konteksnya, sebab itulah kita harus menggunakan Hukum Tuhan dan Injil karena kita mempunyai keduanya. Tidak benar jika segala sesuatu ditarik hanya ke dalam Injil atau ke dalam Hukum saja.
34.E. Hukum Taurat dan Kehidupan Orang Kristen
Tentu kita tidak boleh berpikir bahwa Luther mempercayai ketidakbergunaan Hukum Tuhan bagi mereka yang telah dibenarkan dalam Kristus. Apakah alasan Luther yang mendukung bahwa Hukum Taurat masih berfungsi dalam kehidupan orang Kristen? Luther memberikan dua alasan, pertama, Luther percaya bahwa Hukum Taurat selalu terus-menerus mengingatkan manusia pada ketidakmampuannya untuk menyenangkan hati Allah melalui ketaatannya kecuali bagi mereka yang beriman kepada Kristus. Kedua, dari segi edukasi
Hukum Taurat adalah kehendak Tuhan yang perlu diajarkan kepada gereja.
35.Melanchthon, pada sekitar tahun 1530, mengembangkan trifungsi Hukum Taurat, walaupun Martin Luther pada tahun 1522 sudah pernah mengemukakannya. Apa yang dimaksud dengan trifungsi Hukum Taurat? Hukum Taurat diberikan bukan untuk tujuan pembenaran. Allah membenarkan barangsiapa yang percaya dalam Injil Yesus Kristus. Iman berperan sebagai saluran untuk menerima anugerah Tuhan. Beriman kepada Yesus Kristus berarti menerima janji Tuhan. Melalui iman, manusia percaya bahwa semua tuntutan Hukum Taurat telah digenapi oleh Yesus Kristus, karena itu mereka yang beriman telah bebas dari Hukum Tuhan. Suatu hubungan yang baru antara manusia berdosa sekaligus orang benar dengan Tuhan, mereka telah dibebaskan dari perbudakan Hukum Taurat yang memimpin kepada penghukuman Allah. Kristus sebagai Allah dan Manusia yang sejati telah menggantikan posisi penghukuman Allah atas dosa manusia, dan ini berefek pada pendamaian dengan Allah dan Allah mengaruniakan kebenaran-Nya.
36Pembenaran hanya melalui iman telah mendatangkan kehadiran Roh Kudus dalam kehidupan orang percaya.
Secara eksternal melalui pemberitaan firman dan kesaksian Roh Kudus, Allah menaruh iman ke dalam hati umat-Nya untuk percaya kepada janji Allah. Luther mengatakan, “Kristus masuk ke dalam hati melalui Injil dari telinga manusia dan Ia berdiam di sana ; kehadiran-Nya bukan dengan tangan kosong, melainkan Ia membawa diri-Nya, Roh Kudus dan segala kepenuhan-Nya.”
37Hidup yang baru ini disertai dengan Kuasa Allah dalam hati orang percaya menjadikannya suatu potensi untuk menaati Hukum-Nya. Roh Kudus adalah terang Allah yang mengiluminasi hati yang gelap dan meneguhkan hati orang percaya untuk menjaga Hukum Tuhan.
Ini sesuai dengan apa yang dikatakan Luther bahwa orang percaya memiliki Roh Kudus, sehingga beban berat dari Hukum Taurat dan kuk Kristus menjadi ringan.38 Melalui kuasa Roh Kudus, orang percaya mempunyai kemungkinan untuk menggenapi Hukum Taurat.
Penerimaan Injil mendahului ketaatan Hukum Allah. Injil yang telah hidup dalam hati melahirkan ketaatan yang mutlak kepada Hukum Tuhan yang memimpin kepada pengudusan. Fungsi Hukum Taurat khususnya bagi mereka yang telah dibenarkan adalah untuk menguduskan mereka supaya mereka menjadi lebih serupa dengan Kristus. Mereka akan memiliki hati untuk mengasihi Tuhan dan Hukum-Nya. Di sini terjadi suatu kesinambungan antara realitas pembenaran orang berdosa melalui jasa Kristus dan pengudusan melalui kesetiaan terhadap Hukum Tuhan.
Penutup
Sifat dasar Hukum Taurat adalah rohani, baik, dan benar. Sedangkan kondisi manusia setelah kejatuhan adalah rusak, lemah dan diperbudak oleh dosa dan Iblis. Ketidak-mampuan manusia untuk menaati Hukum Taurat bukan terletak kepada Hukum itu sendiri, tetapi terletak kepada kondisi setelah kejatuhan. Intensi Allah yang sebenarnya ketika memberikan Hukum Taurat adalah untuk mengatur kehidupan moral dan rohani supaya diperkenan oleh Tuhan, hal ini dimungkinkan jika manusia belum jatuh ke dalam dosa. Memang Hukum Taurat yang tertulis diberikan setelah kejatuhan, tetapi Hukum yang tidak tertulis telah berada di dalam diri manusia sejak penciptaan.
Hukum Taurat memiliki dua fungsi, ditinjau dari segi sipil dan rohani. Fungsi Hukum Taurat dari segi sipil adalah pemeliharaan tata tertib hidup, pengaturan keadilan sosial dan keteraturan masyarakat. Fungsi Hukum dari segi sipil ini memungkinkan adanya lembaga pemerintahan seperti pejabat dan pendidik masyarakat untuk menaati panggilan dari perintah Hukum Taurat dalam hati nurani. Fungsi Hukum Taurat dari segi rohani adalah untuk mengungkapkan kondisi keberdosaan dan kemurkaan Allah.
Di lain pihak, Hukum Taurat juga memimpin manusia berdosa kepada Injil Yesus Kristus, karena hanya di dalam Dia terdapat pembenaran karena iman.
Memang keberadaan Hukum Taurat dan Injil berbeda satu dengan yang lain jika ditinjau dari fungsi Hukum Taurat dan sifat dasar Injil, tetapi kedua hal ini adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Di antara keduanya terdapat perbedaan dan persamaan. Kesatuan Hukum Taurat dengan Injil dapat dilihat dari dua segi yaitu relasi Hukum Taurat dengan janji Injil dan sifat dasar Hukum Taurat dan Injil sebagai firman Allah.
Selain itu, Taurat masih berfungsi dalam kehidupan orang beriman untuk membawanya pada ketaatan kepada Kristus. Dan ini adalah trifungsi Hukum Taurat yang telah dijelaskan di atas. Ini terjadi dengan kehadiran Roh Kudus dalam hati orang percaya dan kekuatan baru dalam kuasa kebangkitan Kristus yang telah memungkinkan orang percaya untuk menaati Hukum Taurat. Ketaatan itu menghasilkan pengudusan dalam diri orang yang telah dilahirkembalikan. Jadi, Luther menarik suatu kesinambungan antara pembenaran hanya oleh iman dengan doktrin pengudusan yaitu diperhitungkan menjadi orang benar berdasarkan jasa Kristus melalui iman, disertai dengan karunia pembenaran Allah (making righteous) untuk mampu memenuhi tuntutan Hukum Taurat.
Dilayani oleh :
Bambang Wiyono
081 2327 3886
Catatan kaki:
1. Bernhard Lohse, Martin Luther’s Theology (Minneapolis: Fortress, 1999), 267.
2. Antinomia berasal dari kata anti yang artinya lawan, dan nomia (dari bahasa Gerika = nomos) yang artinya hukum. Jadi antinomianisme adalah pandangan atau falsafah yang menekankan ketidakbutuhan hukum dalam kehidupan orang Kristen (bdk. Roma 3:8; 6:15). Istilah ini diperkenalkan oleh Martin Luther dalam suatu pertentangan yang tajam dengan Johanes Agricola (1494-1566). Agricola adalah salah seorang pengikut Luther, yang menolak hukum moral dan sepuluh perintah Allah secara khusus sebagai prinsip tingkah laku orang percaya, sedangkan Luther berusaha mempertahankan sepuluh perintah Allah dan menghubungkan kesinambungan Hukum Taurat dengan pembenaran hanya oleh iman dalam Kristus. Menurut Agricola, dasar theologi tentang kenihilan Hukum Allah dalam kehidupan orang percaya adalah seperti pemahaman doktrin pembenaran oleh iman yang berarti manusia tidak membutuhkan Hukum Allah atau pimpinan Roh Kudus yang langsung dalam keputusan moral. Keyakinan doktrin pilihan adalah bahwa orang percaya dipilih oleh Tuhan bukan berdasarkan kepatuhannya kepada Hukum Allah melainkan berdasarkan kasih karunia Tuhan, dan hidup yang bebas dari kutukan hukum. Lih. Alan Richardson dan John Bowden, ed., The Westminster Dictionary of Christian Theology (Philadelphia: The Westminster Press, 1983), 27. Bdk. Sinclair B. Ferguson, dkk., ed., New Dictionary of Theology (Downer Grove: IVP, 1988), 379-389.
3.Legalisme dan Moralisme menekankan tanggung jawab orang Kristen untuk memelihara hukum sebagai jalan untuk diperkenan oleh Tuhan, bukan memahami bahwa ketaatan pada Hukum Tuhan adalah buah iman. Sebab itu seorang legalist lebih menfokuskan ketaatan pada Hukum sebagai hasil usaha atau kekuatan sendiri, daripada anugerah Allah yang menghasilkan kepatuhan pada Hukum Allah. Lih. Ferguson , dkk., ed., The Westminster Dictionary of Christian Theology, 379.
4. Gerhard Ebeling, Luther: An Introduction to His Thought (Philadelphia: Fortress, 1970), 114.
5. Agustinus berargumentasi bahwa Hukum Taurat diberikan supaya anugerah dapat diharapkan, sedangkan anugerah diberikan supaya Hukum digenapi. Perbedaan antara Hukum Taurat dan Injil didasarkan pada orientasi sejarah keselamatan, bahwa Hukum Taurat mendahului anugerah atau Injil.
6.Lohse, Martin Luther’s Theology, 270.
7.Lohse, Martin Luther’s Theology, 269.
8.Paul Althaus, The Theology of Martin Luther (Philadelphia: Fortress, 1966), 259.
9. Ebeling, Luther: An Introduction to His Thought, 122.
10.Diskusi yang lebih jauh mengenai hukum alamiah ini di dalam hidup manusia lih. Heinrich Bornkamm, Luther And the Old Testament (Philadelphia: Fortress, 1948), 124-125.
11. B. A. Gerrish, Grace and Reason (Oxford: Clarendon, 1962), 107. Lih. Philip Watson, Let God Be God (London: The Epworth Press, 1960), 105-107.
12. Althaus, The Theology of Martin Luther, 252.
13. Martin Luther, The Table Talk of Martin Luther (Michigan: Baker, 1995), 173.
14. Martin Luther, Luther’s Works, vol. 26 (Saint Luise: Concordia, 1969), 271.
15. John Dellenberger dan Clause Welch, Protestant Christianity: Interpreted Through Its Development (New York: Charles Sribner’s Son, 1954), 28.
16.Ebeling, Luther: An Introduction to His Thought, 127.
17. Althaus, The Theology of Martin Luther, 253.
18. Ibid., 254.
19. Martin Luther, Sermons of Martin Luther, vol. 5 (Grand Rapids: Baker, 1965), 281.
20. Luther, Sermons of Martin LutherVol. 6, 273-274.
21. Martin Luther, “Galatians” dalam Martin Luther: Selections From His Writings, ed. John Dillenberger (Garden City: Doubleday, 1961), 251.
22. Hugh T. Kerr, ed., A Compound of Luther’s Theology (Philadelphia: Westminster, 1964), 6.
23. Martin Luther, “Preface to Romans” dalam Martin Luther: Selections From His Writings, ed., John Dillenberger (Garden City: Doubleday, 1961), 29.
24. Ebeling, Luther: An Introduction to His Thought, 139-140.
25. Luther, “Galatians,” 318-319.
26. Luther, Luther’s Works Vol. 1, 208.
27. Althaus, The Theology of Martin Luther, 257.
28. Luther, Table Talk of Martin Luther, 127.
29. Martin Luther, “Freedom of Christian” dalam Martin Luther: Selections From His Writings, ed., John Dillenberger (Garden City: Doubleday, 1961), 57.
30. Luther, “Freedom of Christian”, 58.
31. Luther, Sermon of Martin Luther Vol 1, 329.
32. Ibid., 14.
33. Kerr, A Compound of Luther’s Theology, 6.
34. Luther, Table Talk of Martin Luther, 404.
35. Lih. diskusi topik trifungsi Hukum dalam tulisan dari Lohse, Martin Luther’s Theology, 275-276.
36. Luther, Sermons of Martin Luther Vol 8., 233.
37. Watson, Let God Be God, 167.
38. Althaus, Theology of Martin Luther, 269.
Sumber:
Jurnal Amanat Agung (STT Amanat Agung)
(www.sttaa.org)
Profil Pdt. Dr. Jonathan Lowijaya:
Pdt. Dr.Jonathan Lowijaya, M.Th., D.Min. adalah Puket III Bidang Kemahasiswaan dan Pelayanan dan Dosen Theologi Sistematik & Praktika di Sekolah Tinggi Theologi Amanat Agung, Jakarta . Beliau menyelesaikan studi Sarjana Theologi (S.Th.) di Seminari Alkitab Asia Tenggara (SAAT) Malang ; Master of Theology (M.Th.) di International Theological Seminary, Los Angeles , California , U.S.A. ; dan Doctor of Ministry (D.Min.) di Reformed Theological Seminary, Jackson , Mississipi , U.S.A.
Editor dan Pengoreksi: Denny Teguh Sutandio
"Sebab seorang hamba yang dipanggil oleh Tuhan dalam pelayanan-Nya, adalah orang bebas, milik Tuhan. Demikian pula orang bebas yang dipanggil Kristus, adalah hamba-Nya."