Sabtu, 02 Mei 2015

Peperangan Rohani Bag. 2 (Pengaruh Setan)



Seberapa jauh roh-roh itu mempengaruhi perilaku manusia?
Ketahuilah  bahwa pada hari-hari terakhir akan
datang masa yang sukar.Manusia akan mencintai
dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan heroa1ak terhadap orang tua dan tidak tahu  berterima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi  tidak man berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianati, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti  Allah. Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya. Jauhilah mereka itu!
2 Timotius 3:1-5
Ciri yang pertama dari masa sukar adalah orang mencintai dirinya sendiri. Kalau kita mendengar tentang orang yang mencintai dirinya sendiri, kita akan berkata: "Yah, itu memang wataknya begitu, yah, itu memang manusianya begitu, yah itu memang kedagingannva begitu." Betul juga. Tetapi kita akan melihat lebih lanjut, betulkah ini semata-mata karena watak dan kedagingan manusia? Di bagian selanjutnya dari ayat dua dikatakan bahwa manusia akan menjadi hamba uang. Ada orang-orang mata duitan, dan orang-orang berkata: "Yah, dia memang mata duitan, kalau lihat duit suka banget, jadi ijo, melotot matanya, karena  memang mata duitan. Memang itu manusia jenis mata duitanbegitu." Banyak orang beranggapan, itulah sifat, watak, perangai manusia.
Ayat tiga dikatakan, "Mereka akan membual dan menyombongkan diri." "Wah, ini apalagi, Pak. Ini dasar orang sombong, suka membual, suka ngomong begini-begitu." Kelihatannya seperti itu. Sampai ke ayat lima tercantum ciri­-ciri manusia pada masa yang sukar. Alkitab mengatakan bahwa pada akhir zaman, akan datang masa yang sukar. Kata bahasa Yunani yang digunakan di dalam Alkitab dan diterjemahkan sukar ini adalah kata khalepos. Dan kata itu di dalam seluruh Perjanjian Baru hanya dipakai dua kali. Yang pertama dalam 2 Timotius3:1, dan bentuk daripada masa yang sukar itu adalah bagaimana perangai/perilaku manusia, tindakan, cara berpikir, dan hati manusia bisa begitujahat dan begitu buruk. Pertanyaannya adalah: mengapa mereka sampai menjadi begitu buruk? Benarkah murni oleh karena manusianya?
Kita lihat ayat lainnya yang mencantumkan kata itu juga:
Setibanya di seberang, yaitu di daerah orang Gadara, datanglah dari pekuburan dua orang yang kerasukan setan menemui Yesus. Mereka sangatberbahaya,sehingga tidak seorangpun gang berani melalui jalan itu.
Matins 8:28
Kata berbahaya berasal dari kata khaleposyang sama. Kedua orang itu menjadi sang at berbahaya, oleh karena kerasukan setan, oleh karena pekerjaan setae. Derikian juga halnya dengan kondisi yang digelar dalam 2 Timotius 3:1, perilaku manusia bisa seperti itu karena pengaruh setan. Jadi, apapun yang di alam roh, pengaruhnya sampai kepada perilaku manusianya. Dan hal ini sangat umum terjadi. Misalkan, kita baru berjumpa dengan seseorang, begitu orangnya menyebutkan dari suku tertentu, langsung asosiasinya: "tukang nips," "tidak jujur," atau yang lainnva. Mengapa mendapatkan "cap" seperti itu? Karena banvak yang begitu. Apakah karena watak mereka,seperti itu? Tidak juga. Sebetulnya apa? Spirit di atasnya. Demikian juga dengan orang Semarang. "Kamu  orang mana?" "Semarang." "Heheh, reedit (kikir) tmh?" Dulu terkenal sekali, kikirnva luar biasa. "Semarang? Jangan kawin sama orang Semarang..,medit!" Kalau ngajakmakan bareng-bareng, menjelang bayar, mesti ke toilet, ...nggakeluar-keluar ...alasannyaperutnva sakitterus. Setelah dibayar ...loh, sudah selesai ya, sudah selesai?" Sepuluh kali makan begitu terus gayanya. "Jangan kawin sama orang Semarang...medit!" Ini bisa menjadi suatu "cap."
Hal ini terjadi karena spirit di atasnya. Kalau tidak bisa dipecahkan, maka tidak bisa mengubah perilaku dari manusianya.
Bisakah hal itu ditanggulangi? Bisa! Itulah sebabnya kita berkumpul melakukan peperangan rohani, khususnya yang di Semarang selama tiga hari berturut-turut dan kemudian selama tiga bulan berdoa membalikkan keadaan sekaligus mengawal mandat dan berkat yang Tuhan berikan dan janjikan supaya tiga bulan ke depan menjadi kenyataan dalam kehidupan kita, karena kita bisa mengadakan perubahan dan perbedaan! Di tengah-tengah keadaan orang Semarang yang terkenal kikir. Ada survey yang meneliti mengapa mall tidak bisa hidup di Semarang, dan menemukan dua kemungkinan:
1. Orang Semarang miskin, tidak mempunyai apa-apa.
2. Kikirnya luar biasa, segala sesuatunya diperhitungkan.
Kesimpulan dari survey ini: Mereka bukan orang miskin, tetapi orang kikir. "Oh, kita nggakoq, Pak, kita irit." Ya, irit yang kebangetan(keterlaluan) itu adalah kikir atau medittadi itu. Orang bisa beli mobil mewah ...simpan di garasi. Lalu beli yang murahan, untuk dipakai setiap hari. Yang mewah hanya untuk seminggu sekali: ke gereja tok. Lalu pulang, masuk garasi, dilap lagi, tutup garasi, kletek, digembok. Pasang police line: tidak boleh mendekat. "Orang itu nggapunya apa-­apa, naiknya mobil begituan!" Coba, buka garasinya! Itusebabnya banyak orang berkata: "Mau beli mobil mewahsecond hand? Cari mobil orang Semarang: jarang dipake!" Mengapa? Medititu tadi sebetulnya. Itulah orang-orang yang hanya memiliki karunia memiliki bukan karunia menikmati.
Apakah menurut Saudara hal itu tidak harus dipecah­kan? Harus! Tidak mungkin kami membangun gedung Holy Stadium kalau alam rohnva tidak dikendalikan dan jemaat menjadi orang yang kikir terus. Itu tidak mungkin! Banyak orang yang datang beribadah di Holy Stadium dan berkata: "Kenapa ya, di JKI nggabisa beri persembahan sedikit?" Oh, tidak boleh, haram hukumnya, karena rohnva sudah ditinggal di luar. Banyak yang berkata: "Dulu saya ke tempat lain, nggabayar persepuluhan, koqkelihatannya masuk Surga juga. Kenapa di sini, kalau ngga ngasih persepuluhan koqkelihatannya seperti man dibuang ke neraka?" iya, saya pastikan itu! Itu karena rob yang membutakan orang-orang ini tinggal di luar, tidak berani masuk. Mengapa demikian? Ada ceritanya yang riil banget.
Menjelang akhir 1990-an,  saya baru selesai mengikuti KKR Benny Hinn di North Carolina, di kota Charlotte. Menjelang pulang, saya mampir di L.A. dua hari. Malam terakhir saya tidur lebih awal, karena besoknya saga harus terbang sendirian kembali ke Indonesia. Yang aneh, selama di North Carolina, Benny Hinn dalam seminarnya berkhotbah tentang Elia dan Elisa. Itu kali ketiga atau keempat saga mendengar Beliau mengkhotbahkan yang sama. Tetapi pada waktu itu Beliau berkata begini: "Pada waktu Anda sampai di Yerikho, Anda akan mengalami perjumpaan face to facewith the devil (berhadapan muka dengan muka,dengan si iblis)." Entah bagaimana, perkataan itu masuk di hati saya, tetapi tidak menjadi hal yang membebani pikiran.
Ketika saya pulang dan tidur di L.A., saya bermimpi. Dalam mimpi itu, di tangan saya ada sebuah gelas berisi air minum, saya sedang minum, tiba-tiba saya merasa ada orang di belakang saya, dan saya menoleh. Orang itu antik sekali, mukanya berbentuk persegi, dingin sekali, tetapi is memakai kebaya dan bersanggul di bagian belakang kepala, matanya hijau tua tidak ada bagian putihnya sama sekali. Mukanya beku seperti mayat, tidak ada senyumnya sama sekali, tidak ada "syalom"-nya, tidak ada apa-apanya, dingin saja, memandangi saya. Terus terang, saya terkejut. Dan saya tidak ingin bertemu lagi makhluk seperti ini. Banyak teman pendoa yang peka melihat setan, saya berkata: "Itu berkat Saudara, saya tidak mau." Tetapi kita perlu mereka, kalau tidak kita dibodohi setan terus. Saya terkejut sekali pada waktu itu, tidak dapat menghardik lagi karena begitu terkejut. Tetapi yang ajaib, ketika saya tunjuk, dia mundur. Ketika melihat dia mundur, saya bertambah berani, saya tunjuk lagi, saya dekati lagi, dia mundur lagi, dan melewati tembok begitu saja. Dan begitu dia sudah melewati tembok, saya hardik. Dan baru saja saya berkata: "Dalam..." dia lari.
Saya terbangun. Hadirat kejahatannyamasih kental sekali. Saya berdoa sebentar, lalu tidur lagi. Besok paginya saya berjumpa Pdt. Adi Sutanto (Ketua Sinode JKI), pemilik rumah tempat saya menginap, dan saya bertanya: "Pak Adi  pernah lihat setan?" Beliau berkata: "Saya sudah puluhantahun melayani Tuhan, belum pernah melihat satu pun." Lalu saya ceritakan apa yang terjadi. Tadinya Beliau berpikir mungkin anaknya membawa barang-barang tertentu yang diberikan temannya, yang mungkin bisa membawa kuasa gelap itu masuk.
Tetapi saya berkata: "Tidak, ini tidak ada kaitannya dengan Pak Adi, spirit ini kaitannva langsung dengan hidup saya." Sebab dia memakai konde (sanggul), dan di Amerika tidak ada orang memakai konde, kecuali orang-­orang di kedutaan Indonesia di perayaan 17 Agustus, tetapi yang lain di jalan-jalan tidak ada yang memakai konde, karnaval pun tidak memakai konde. Pakai topeng Indian atau topi koboi mungkin, tetapi konde tidak pernah dipakai di sana. Saya berkata: "Definitely (pasti) ini urusan dengan saya secara alam roh. Dan saya tahu saya menang tadi malam. Saya ingin lihat seperti apa jadinya."
Sesungguhnya breakthrough (terobosan) yang besar, yang kami nikmati sampai hari ini, adalah masalah keuangan. Itulah yang membuat semuanya berubah, don yang membuat Tuhan bisa memerintahkan kami melakukan banyak hal tanpa "teriak-teriak" minta orang lain menolong.
Saya baru berjumpa seorang anak Tuhan dari gereja lain, yang bertanya demikian: "Pak, Bapak terima bantuan berapa tiap bulan dari luar negeri, untuk mengerjakan apa yang Bapak punya?" Saya menjawab: "Saya berharap saya punya banyak, tetapi sayang tidak satu dolar pun saya terima dari liar. Sebagian besar adalah korban dari jemaat sendiri." Hal itu membuat dia terkejut sekali: "Koqbisa seperti ini?"Mengapa jemaat bisa begitu ingin memberkati, memberikepada Tuhan, ketika jemaat kebaktian? Sebab roh kikir tidak ikut masuk
ke dalam. Kalau setelah keluar meditlagi, itu urusan jemaat sendiri. Saya harap tidak pernah roh itu dibawa ke mana-mana, karena Alkitab berkata: "Lebih berbahagia memberi daripada menerima" (KPR 20:35). Jika sepulang kebaktian, roh meditminta ikut lagi, jangan lagi kita ajak, tinggalkan saja, biarkan dia pulang ke neraka, kita tidak ada urusan lagi dengan roh itu. Enak sekali hidup kita, apabila secara keuangan kita tidak dikendalikan oleh roh seperti itu. Orang yang medit-nya luar biasa itu gawat, semua dihitung: "Es teh manis piroregone(berapa harganya)?" "500, Pak" "Mbok 400 was (400 sajalah)..." Semua diperhitungkan secara demikian. "Minum di Just Coffee ...?" "Ora usah! Ngudekdewe! (Tidak usah, aduk kopi sendiri!) Lha 'kan larang, aku tuku kopi 'tak deplokidewe 'raopo-opo. ('Kan mahal, saga beli kopi, saya tumbuk sendiri tidak apa-apa.)" Malahan ada yang berkata: "Kalau mau lebih irit, satu biji kopi dikletaki(digigiti) aja, mbebanyu putih, rosonepodho... (dengan air putih, rasanya sama saja.)" Saya hanya bisa mengeluh: "Tuhan Yesus, Tuhan Yesus ..." Ini sudah keterlaluan.
Kalau saja kita dapat merdeka dari roh semacam ini. Tuhan itu memberkati kita, kalau Tuhan mau memberkati, la sungguh memberkati. Saya tidak mengajar kita untuk bermewah-mewah, tetapi kalau kita sampai diikat oleh roh semacam itu, berat bagi kita. Akibatnya segala sesuatu dihitung, jadi selalu berselisih karena perhitungan uang. Gara-gara selisih uang dua ribu rupiah bisa seminggu saling mendiamkan. Tengkingisaja, urapi dengan minyak seliter,dia akan sembuh dari penyakitnya. "Minyak apa, Pak?" "Minyak klentik(minyak goreng buatan sendiri)!"
Semua harus diselesaikan lebih dulu secara alam roh. Maka kemudian di bawah, di alam duniawi, perubahan akan nyata sekali bedanya. Saya berdoa supaya Tuhan ajarkan hal ini. Pada masa-masa terakhir, ketika datang masa yang sukar, perilaku manusia mengerikan. Ternyata bukan murni karena manusia sejahat itu, melainkan ada pengaruh kuasa gelap yang sangat demonic (sangat dipengaruhi setan-setan). Dan pengaruh itu hares ditanggul4ngi dan harus diselesaikan, baru semuanva akan kembali- normal dalam anugerah Tuhan.
Catatan :
Disalin dari buku
MEMBANGUN PASUKAN - KUASA MEMBALIKAN KEADAAN oleh Pdt. Petrus Agung Purnomo,
Untuk materi diskusi di BBM Kristen Yahudi, pin 27FC1D2D sms 08975583598

Tidak ada komentar:

Posting Komentar