Dari awal sekali yaitu di kitab Kejadian telah
menunjukkan bagaimana caranya melihat sistem waktu-Nya atau sistem
kalender-Nya. Kita diajarkan agar memperhatikan benda-benda penerang seperti
matahari, bulan dan bintang-bintang sebagai patokan waktu dan kalender-Nya.
“Berfirmanlah
Allah: “Jadilah
benda-benda penerang pada cakrawala untuk memisahkan siang dari malam. Biarlah
benda-benda penerang itu menjadi tanda yang menunjukkan masa-masa yang tetap
dan hari-hari dan tahun-tahun.” ”
(Kejadian 1:14)
Dalam bahasa ilmiah, sistem Kalendar yang Tuhan
tetapkan ini disebut kalender “LuniSolar”, karena menggunakan patokan bulan (Lunar) maupun
matahari (Solar). Ini berbeda dengan kalender yang hanya memperhatikan matahari
saja seperti kalender Gregorian yang ditetapkan oleh gereja Roma dan dipakai
sekarang ini sebagai kalender internasional. Juga berbeda dengan kalender yang
hanya memperhatikan bulan saja, seperti kalender Hijriah yang tidak
memperhatikan musim-musim (pengaruh matahari).
TUHAN juga menetapkan kapan tanggal permulaan bulan
baru, yaitu para imam harus mengamati pada waktu bulan sabit pertama muncul.
Selain itu TUHAN juga menetapkan bulan mana sebagai bulan pertama dari segala
bulan yang lain.
“Bulan inilah
akan menjadi permulaan segala bulan bagimu; itu akan menjadi bulan pertama
bagimu tiap-tiap tahun.” (Kejadian 1:14)
Alkitab melukiskan bahwa TUHAN secara cermat mengajar
tentang garis-garis waktu, menjadwal setiap agenda dan rencana-Nya dengan
teliti agar kita umat-Nya dapat sejalan dengan diri-Nya. Tuhan membuat
jadwal-jadwal pertemuan antara diri-Nya – yang tidak terbatas waktu – dengan kita
yang sangat terikat waktu, agar bisa selaras dipertemukan. Di dalam kitab
Imamat Tuhan menetapkan pertemuan mingguan pada hari Sabat, juga hari-hari
tertentu yang disebut hari-hari raya.
“Berbicaralah
kepada orang Israel dan katakan kepada mereka: … harus kamu maklumkan sebagai waktu pertemuan kudus, … pada hari
yang ketujuh haruslah ada sabat, hari perhentian penuh, yakni hari pertemuan
kudus; … hari-hari
raya yang ditetapkan TUHAN, hari-hari pertemuan kudus, … harus kamu
maklumkan masing-masing pada waktunya yang tetap.” (Imamat
23:2-4)
Jadwal pertemuan antara Yang Kekal dan kita yang
terbatas waktu ini, kita pandang sebagai hari-hari ibadah, namun bagi Tuhan itu
tetap sebagai waktu untuk bertemu dengan kita, umat yang dikasihi-Nya. Tuhan
selalu ingin bersekutu dengan kita umat-Nya, dan Ia ingin kita selalu mengikuti
jadwal pertemuan kudus itu turun-temurun dari generasi ke generasi untuk
selama-lamanya.
“Kamu harus
merayakannya sebagai perayaan bagi TUHAN … itulah suatu ketetapan untuk selama-lamanya bagimu
turun-temurun… supaya diketahui oleh keturunanmu… Akulah
TUHAN, Allahmu.” (Imamat 23:41-43)
Dan Jadwal Pertemuan yang terpenting adalah pada
Kedatangan-Nya Kedua kali di akhir zaman. Hal ini terkandung dalam aturan “Sabath” hari
Ketujuh, yang menyingkapkan Waktu Tuhan yaitu Kedatangan Kerajaaan Tuhan di
Milenium Ketujuh.
“enam hari
lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu. tetapi hari
ketujuh adalah hari Sabat TUHAN…” (Keluaran 20:9-10)
“Enam hari
lamanya boleh dilakukan pekerjaan, tetapi pada hari yang ketujuh haruslah ada
sabat, hari perhentian penuh, yakni hari pertemuan kudus…”
(Imamat 23:3)
Aturan ini mengandung pewahyuan bahwa bahwa masa
manusia hidup dan bekerja “enam hari lamanya”, secara propetik berarti 6000 Tahun (1 hari = 1000
tahun – 2Petrus
3:8). Setelah itu akan ada “Pertemuan Kudus”, artinya setelah 6000 tahun, baru Kristus akan datang
kembali.
Memang Sabat Hari Ketujuh adalah lambang masa
Perhentian dalam Milenium Ketujuh (Ibrani 4:9). Itulah Seribu Tahun Ketujuh
dalam Kerajaan Tuhan, dimana kita Gereja-Nya akan memerintah bersama-sama
dengan Kristus dalam Kerajaan-Nya.
“Lalu aku
melihat takhta-takhta dan orang-orang yang duduk di atasnya; kepada mereka
diserahkan kuasa untuk menghakimi… dan memerintah sebagai raja bersama-sama dengan
Kristus untuk masa seribu tahun.” (Wahyu 20:4)
Dari hal ini kita jadi tahu betapa pentingnya
memelihara Kalender yang Tuhan tetapkan. Kita seharusnya dapat mengetahui kapan
Milenium Ketujuh itu akan tiba. Dengan memelihara kalender TUHAN, seharusnya
kita dapat mengenali sekarang ini kita telah mencapai Tahun berapa dan berapa
lama lagi Tuhan akan datang menjemput kita.
KEKELIRUAN KALENDER YAHUDI MODEREN
Umat Tuhan dari sejak Adam, Nuh, Abraham, hingga Musa
dan Daud terus memelihara sistem Penanggalan Tuhan. Namun dengan berjalannya
waktu berkali-kali bangsa Israel meninggalkan perintah Tuhan dan mengalami
pembuangan, akhirnya membuat mereka kehilangan jejak Kalender Tuhan. Semestinya
sistem Kalender Tuhan dapat menuntun kita memahami garis waktu dari Agenda
Besar-Nya di akhir zaman, namun ternyata umat Tuhan telah kehilangan jejak “Kairos” (Waktu
Tuhan) tersebut.
Kalender Yahudi yang sekarang diikuti oleh bangsa
Israel moderen yang menunjuk angka Tahun 5775, ternyata keliru ratusan tahun
bila diteliti dengan baik dengan catatan sejarah dunia. Para ahli sejarah telah
menyatakan bahwa kalendar Yahudi selisih perhitungan hingga ratusan tahun,
mengenai hal ini dapat kita pelajari lebih lanjut di internet. (Silakan gunakan
program pencari (“google”) dengan memasukkan kode pencarian “rabbinical
calendar missing years”).
Saat ini bangsa Israel telah kehilangan jejak waktu
Tuhan, karena mereka pernah meninggalkan sistem Kalender yang Alkitabiah. Kitab
Daniel jauh-jauh hari telah menubuatkan munculnya seorang penduhaka yang
membuat umat Tuhan kehilangan jejak waktu Tuhan dengan cara mengubah waktu (sistem
kalendar) Tuhan.
“Ia akan
mengucapkan perkataan yang menentang Yang Mahatinggi, dan akan menganiaya
orang-orang kudus milik Yang Mahatinggi; ia berusaha untuk mengubah waktu dan
hukum… ” (Daniel
7:25)
Frase kata “mengubah waktu dan hukum” dalam ayat
tersebut lebih mudah dipahami maksudnya dalam terjemahan versi NIV (New
International Version), yaitu “to change the set times and the laws.” Demikian
juga dalam terjemahan versi GWT (God’s Word Translation) digunakan frase “to change
the appointed times and the laws”. Jadi yang dimaksud “mengubah waktu” disini adalah mengubah penetapan waktu-waktu(“Zimnin” adalah
bentuk jamak dari waktu)“ dan hukum-hukumnya, yaitu sistem kalender. Artinya si
pendurhaka akan mengubah sistem kalender dari yang telah ditetapkan oleh kitab
suci ke sistem kalender yang lain yang bukan berasal dari perintah Tuhan.
Nubuat ini benar-benar terjadi dan digenapi dalam
sejarah bangsa Israel. Sistem Kalender Tuhan yang diikuti bangsa Israel sejak
zaman Adam akhirnya ditinggalkan oleh bangsa Israel. Penyebabnya adalah
pemerintah Romawi yang menguasai Israel pada abad-abad pertama, melarang semua
budaya dan aktivitas keagamaan Yahudi, termasuk melarang penggunaan sistem
penanggalan Yahudi.
Setelah tiga kali peristiwa pemberontakan besar Yahudi
yang terjadi sejak Tahun 63 Masehi, maka pada Tahun 70 Masehi, Jenderal Titus
menghancurkan Bait Suci kedua dan membunuhi imam-imam Yahudi dengan harapan
bangsa Israel akan melupakan agamanya dan melebur menjadi warga Romawi seperti
bangsa-bangsa jajahan lainnya. Namun ternyata paska penghancuran Bait Suci,
pemberontakan masih terus terjadi. Akhirnya Kekaisaran Romawi melarang sama
sekali semua aktivitas keagamaan Yahudi dan berusaha menghapus identitas serta
budaya Taurat termasuk sistem penanggalannya, yang semuanya itu dianggap
sebagai akar dari pemberontakan terus-menerus.
Dengan tiadanya bait suci dan imam-imam, bangsa Israel
kembali mengalami kekosongan kepemimpinan spiritual. Baru beberapa ratus tahun
kemudian muncullah para rabbi yang berupaya menggantikan fungsi imam-imam di
tengah-tengah bangsa Israel. Sejak itu bangsa Israel memasuki suatu babak
sejarah baru yang disebut periode Para Rabbi (Rabbinical Periode).
Setelah tekanan dari Kekaisaran Romawi mulai melunak,
para rabbi ini kemudian berupaya membawa bangsa Israel kembali kepada agama
Yahudi dan budaya Taurat. Para rabbi juga berupaya menghitung kembali kalender
Yahudi untuk membawa bangsa Israel kembali kepada agama Yahudi secara lengkap.
Rabbi Hillel II (330-365M) sebagai pimpinan majelis agama Yahudi “Beth-Din” pada tahun
358 Masehi, menerbitkan kembali Kalender Yahudi, tetapi kali ini tanggal dan
bulan ditetapkan berdasar pada perhitungan matematika bukan hasil pengamatan.
Hillel II menggunakan “Sod ha-Ibbur” (“The Secret of Intercalation”) dan “Keviuta
de-Yarha” (“The Fixing
of the New Month”) suatu metode untuk menghitung bulan baru dan
pergantian tahun.
Kalender hasil perhitungan para rabbi ini bermasalah
terutama dalam hitungan tahun. Kalender “Rabbinical” yang kemudian baru diketahui selisih ratusan tahun
bila dibanding hitungan sejarah dunia, masih terus dipakai hingga saat ini oleh
bangsa Israel modern. Pasalnya orang Yahudi menganut keyakinan, bahwa setiap
ketetapan “Beth-Din” hanya bisa
diperbaiki oleh majelis “Deth-Din” yang lain, sementara hingga hari ini belum ada
majelis seperti ini yang muncul memperbaiki kekeliruan tersebut.
Jadi bila kita melihat Kalender Yahudi saat ini
menunjuk Tahun 5775, itu tidak sesuai dengan hitungan Kalender Tuhan yang
tercantum dalam Alkitab. Karena Kalender Para Rabbi itu mengandung kesalahan
ratusan Tahun. Lalu bagaimana kita dapat menemukan kembali Kalendar Tuhan yang
benar ?
GERHANA MATAHARI 20 MARET 2015 DAN KALENDER SANG
PENCIPTA
Puji Tuhan ! Seperti ada tertulis: “…tidak
seorang pun dari orang fasik itu akan memahaminya, tetapi orang-orang bijaksana
akan memahaminya.” TUHAN membangkitkan bagi kita: orang-orang bijaksana
pada zaman ini, untuk menemukan cara menghitung kembali Kalender-Nya secara
Alkitabiah.
Beberapa anak Tuhan yang dikaruniai pengetahuan
komputasi dan pengetahuan astronomi dikombinasi pemahaman akan “catatan-catatan” Tuhan dalam
kitab Taurat, berhasil menyusun sebuah Kalender yang Alkitabiah yang disebut “Kalender
Sang Pencipta” (Creator Calendar). Mereka dapat menghitung mundur pergerakan
kompleks planet bumi dan bulan (teknologi yang sama digunakan oleh Badan
Antariksa Amerika/NASA), hingga mereka menemukan berapa tahun sebenarnya sejak
penciptaan Adam hingga sekarang ini menurut prinsip-prinsip Alkitab.
Mereka kemudian membangun situs internet yang
mengagumkan, yang menyajikan kalender yang Alkitabiah itu agar bisa diketahui
semua umat TUHAN. Dan sekarang semua orang, bukan hanya para rabbi dan orang
Yahudi, dapat melihatnya dan menggunakannya. Silakan kunjungi situs internetnya
di alamat http://www.torahcalendar.com
Menurut Kalender Pencipta itu, ternyata jika dihitung
sejak penciptaan (Adam) hingga sekarang ini, kita telah berada di ujung Tahun
6000. Dan sebentar lagi pada Tanggal 21 Maret 2015, kita akan menginjak 1
Nissan Tahun 6001 (Tanggal 1 Bulan 1 Tahun 6001), artinya kita akan segera
memasuki Milenium Ketujuh. Milenium Ketujuh adalah masa Seribu Tahun
Perhentian, Seribu Tahun Kerajaan Tuhan (Wahyu 20:4).
Tanggal 21 Maret 2015 itu memang luar dari biasa, alam
turut mengkonfirmasi – menjadi saksi – dengan terjadinya Gerhana Matahari Total pada sehari
sebelumnya yaitu Tanggal 20 Maret 2015. Gerhana Matahari Total itu adalah tanda
genapnya Milenium Keenam (Prinsip Kej 1:14). Namun demikian ini bukan berarti
Tuhan akan datang pada tanggal tersebut, sebab harus digenapi dahulu setiap
tanda yang pernah disebutkan oleh Firman tuhan. Pada tanggal 20 Maret memang
telah digenapi tanda “matahari menjadi gelap” yang disebutkan oleh nabi Yoel, tetapi bulan darah
akan terjadi dua kali lagi di tahun ini, yaitu pada 4 April dan 28 September
2015. Pada peristiwa bulan darah terakhir – yang tepat jatuh di Hari Raya Pondok Daun – itulah,
seluruh tanda Kedatangan-Nya lengkap digenapi.
Jadi sisa waktu penantian kita tidak banyak lagi,
pergunakan waktu yang ada untuk mempersiapkan diri dan keluarga serta jemaat
yang Saudara pimpin. Tidak ada waktu untuk ragu-ragu dan bingung, sebentar lagi
semuanya akan terbukti apakah semua ini benar atau keliru.
Tidak ada ruginya kita diperingatkan untuk sungguh-sungguh
mempersiapkan diri dan jemaat, untuk hidup kudus dan siap menyambut Kedatangan
Tuhan. Kita tidak diminta melakukan tindakan-tindakan ekstrim yang menyesatkan,
hanya diberitahu untuk berjaga-jaga dan melepaskan diri dari cinta akan dunia
dan segala kemegahannya.
Betapa ruginya kalau kita mengabaikan “revelation” ini ketika
semua kebenaran ini digenapi. Orang-orang yang mengabaikan peringatan ini dan
tetap “mabuk dengan
anggur duniawi” seperti Nuh dalam masa kebodohannya (Kej 9:21), akan
menjadi orang-orang yang paling malang di hadapan Tuhan.
“Lihatlah,
Aku datang seperti pencuri. Berbahagialah dia, yang berjaga-jaga dan yang
memperhatikan pakaiannya, supaya ia jangan berjalan dengan telanjang dan jangan
kelihatan kemaluannya.” (Wahyu 16:15)
PERINGATAN UNTUK ORANG YANG TIDAK PERCAYA
Selama berkeliling ke gereja-gereja menyampaikan
penyingkapan ini, penulis menemukan penghalang terbesar bagi seseorang untuk
menerima penyingkapan Wahyu Tuhan adalah “harta” mereka.
Harta yang dimaksud disini bukan saja berarti kekayaan
materi, ini memang penghalang utama, tetapi juga pengetahuan yang banyak,
status keimaman seseorang serta prestasi apapun yang berharga di dunia ini,
sering membuat orang tidak dapat menerima kenyataan. Di bawah alam sadar,
mereka tidak rela kalau semua “harta” mereka sebentar lagi akan segera tidak ada artinya.
Rasa tidak rela terhadap seluruh investasi yang telah ditanamkan di dunia ini,
membuat orang menolak percaya. Sangat sulit mempercayai bahwa dunia (tempat
mereka berinvestasi) dengan segala kemegahannya sedang lenyap (1Yoh 2:17).
Hati-hati bagi mereka yang merasa dirinya imam atau
nabi, jangan sampai “anggur” yang dimaksud oleh Roh Tuhan dalam kitab Yesaya
menghalangi kita menangkap Wahyu Tuhan.
“Tetapi
orang-orang di sini pun pening karena anggur dan pusing karena arak. Baik imam
maupun nabi pening karena arak, kacau oleh anggur… Dan orang
berkata: “Kepada
siapakah Dia ini mau mengajarkan pengetahuan-Nya dan kepada siapakah Ia mau
menjelaskan nubuat-nubuat-Nya? ” ” (Yesaya 28:7-9)
Orang yang terikat oleh berbagai doktrin dan
pengajaran yang banyak akan pening dan sulit memahami penyingkapan baru yang
sederhana ini. Mereka akan susah menangkap penyingkapan yang baru dari
nubuat-nubuat-Nya. Kecuali mereka rela meninggalkan “anggur lama” yang
memabukkan, dan bersedia menerima anggur baru yang segar (1Kor 13:9-10).
Namun lepas dari mereka mau menerima atau tidak,
Agenda Tuhan tetap dan Rencana Kedatangan-Nya tidak akan pernah ditunda-tunda.
Siap atau tidak siap, Tuhan sudah akan datang tanpa menagguhkan Kedatangan-Nya
(Ibrani 10:37). Dan hamba-hamba yang setia dan bijaksana akan bergembira ketika
Tuannya datang (Mat 24:45-46).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar