Jumat, 16 April 2010

KESEPULUH PERINTAH ALLAH – Prawacana,

KESEPULUH PERINTAH ALLAH – Prawacana,
Oleh : Roderick C. Meredith, Living Church of God
konflik terhadap Kesepuluh Perintah Allah
Masyarakat modern pada saat ini memiliki konflik terhadap Kesepuluh Perintah. Apakah kesepuluh perintah tersebut "telah ditiadakan" oleh perintah yang maha tinggi atau oleh usaha manusia terhadap ilmu pengetahuan? Haruskah kesepuluh perintah tersebut dipasang di tempat-tempat umum, atau disimpan dipajang hanya di dalam gereja? Apakah mereka merupakan suatu beban bagi orang mendapatkan "pencerahan" atau justru menjadi suatu berkat bagi mereka yang mematuhinya?
Raja Daud berkata, "Oh, berapa aku mencintai TauratMu!" dan menyebutnya sempurna; rasul Paulus menyebutnya suci, adil dan baik; Yesus menghormati, membesarkan, mematuhi dan memerintahkan kita untuk mematuhi Kesepuluh Perintah. Tetapi bagi hampir kebanyakan orang, Kesepuluh Perintah tetap menjadi suatu teka-teki yang tidak pernah dipahami. Pada buklet inilah akan dijelaskan secara gamblang tentang hukum yang hidup yang tidak dapat dihentikan ini. Dengan segera hukum ini akan menjadi hukum yang mendasar dan utama dari dunia masa depan yang damai, makmur dan berbahagia!
Pembukaan
Lebih dari 40 tahun yang lalu, saya mendapatkan kesempatan untuk menuliskan edisi yang pertama dari buklet ini, Kesepuluh Perintah. Topik tentang Kesepuluh Perintah ini akhirnya diadaptasikan ke dalam bentuk buklet dari artikel berseri majalah yang dikirimkan kepada ratusan ribu orang yang memintanya selama beberapa dekade. Majalah tersebut sudah tidak dicetak kembali selama lebih dari satu dekade, tetapi pada saat ini saya telah meng"update"nya bagi para pemirsa dan pelanggan Tomorrow's World. Buklet ini masihlah tetap sama seperti yang ditawarkan 40 tahun yang lalu. Hal ini memang tidak mengherankan karena buklet ini menggambarkan hukum Allah yang tidak pernah berubah, sama seperti yang Ia katakan, "Bahwasanya Aku, TUHAN, tidak berubah," (Malakhi 3:6).
Bahkan kaum sekolahan sekular mengetahui bahwa umat Kristen di zaman awal mendasarkan kehidupan mereka dengan mengikuti hukum rohani Allah yang agung, yaitu Kesepuluh Perintah. Ketika mereka mengatakan, "Tuhan Yesus Kristus", mereka mengenali bahwa kata "Tuhan/tuan" memiliki arti "atasan"-Pribadi yang anda harus patuhi! Yesus mengingatkan mereka lagi dan lagi tentang hubungan yang penting ini, seperti yang ada di dalam Lukas 6:46: "Mengapa kamu berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan?"
Adalah harapan dan doa saya agar anda mempelajari buklet ini dengan bersungguh-sungguh, dan menghargai hukum Allah sebagai hukum yang akan dijalankan di dalam Pemerintahan Seribu Tahun yang sebentar lagi akan datang. Adalah suatu berkat bagi keluarga dan bangsa-bangsa yang mematuhinya, yang mengikuti teladan yang sempurna dari Juru Selamat kita, Yesus Kristus.
Kunci-Kunci bagi Pemahaman
Zaman ini adalah zaman yang tidak berdasarkan hukum. Kejaharan dan kekerasan meningkat dalam tingkat yang sangat menakutkan karena diantara jutaan orang disana secara praktek tidak menghormati bagi hukum dan suatu kekuasaan, baik Allah maupun manusia! Pada tingkat internasional, bangsa-bngsa hidup di dalam ketakutan karena mereka sangat mengetahui bahwa apa yang sering disebut "jaminan" dan perjanjain kedamaian tidaklah seberharga kertas dimana perjanjian tersebut dituliskan. Tidak ada hukum, tidak ada rasa hormat bagi kekuasaan diantara bangsa-bangsa di dunia. Ini adlah dunia dimana kita hidup!
Sumber Hukum Yang Sesungguhnya
Manusia sudah tidak memiliki rasa hormat yang dalam terhadap hukum karena mereka telah melupakan sumber dari segala hukum dan kekuasaan! Alkitab anda mengatakan, "Hanya ada satu Pembuat hukum dan Hakim, yaitu Dia yang berkuasa menyelamatkan dan membinasakan." (Yakobus 4:12). Sang pemberi hukum tersebut adalah Allah yang maha kuasa. Di dalam usaha pencarian manusia pada saat ini untuk mendatangkan "pikiran yang damai" atau suatu "agama yang mententramkan" dengan cara mereka, manusia telah benar-benar melupakan Allah yang memerintah alam semesta ini! Sebagai hasilnya, maka tidaklah mengherankan jika beberapa dari anak-anak muda kita, yaitu para calon pemimpin masa depan memiliki suatu sikap yang tidak berhukum/menentang hukum. Salah satu dari pakar pendidikan dunia telah memperingatkan sekelompok pemimpin militer tentang masalah ini. Ia adalah mendiang Dr. Rufus von Klein Smid, mantan rektor Universitas Southern California. Ia mengatakan: "Saya tidak memiliki permasalahan dengan penekanan yang kita berikan pada saat ini di bidang ilmu pengetahuan, melainkan dengan dukungan yang kita berikan kepada sekolah-sekolah mulai dari 1 September sampai 30 Juni tentang perihal bahwa Allah itu seolah-olah tidak ada." Dr. von Klein Smid menuliskan bahwa "hilangnya nilai-nilai moral" pada kehidupan pemuda kita sesungguhnya bersumber dari sikap/pandangan tersebut. Jika anda meninggalkan Allah di dalam kehidupan anda, maka tidak akan ada lagi suatu standar bagi tingkah laku yang nyata. Hal ini akan menghasilkan kebingungan rohani, kemurtadan dan kepedihan di dalam hati manusia. Di hampir seluruh aliran/denominasi agama pada saat sekarang ini, terdapat suatu kecenderungan untuk memodernkan dan mendemokrasikan Allah, serta untuk menyingkirkan kekuasaanNya untuk memerintah ciptaanNya, termasuk kita sebagai makhluk ciptaanNya. Terdapat hanya sedikit manusia yang benar-benar takut akan Allah di bumi kita pada saat ini! Menciptakan "allah" dari hasil imajinasi mereka sendiri, manusia dengan jelas tidak memiliki penghormatan yang tinggi dan dalam atas allah yang semacam itu. Mereka tidak memiliki rasa takut kepada "allah" mereka. Mereka pasti tidak akan mematuhi makhluk hasil imajinasi mereka tersebut! Tetapi lain halnya dengan Yesus Kristus, Ia sesungguhnya membawa pesan tentang Allah yang menciptakan bumi ini! Ia adalah Allah yang memberkati manusia yang patuh kepada hukum-hukumNya, tetapi menghukum mereka yang tidak patuh. Yesus Kristus yang dari Alkitab selalu memberitakan injil dari Kerajaan Allah (Markus 1:14; Lukas 4:43). Di dalam istilah modern, Ia memberitakan berita "bahagia" dari pemerintahan Allah, yang tidak lain adalah kepemerintahan Allah. Ia berkata, "Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil" (Markus 1:15). Sebelum anda dapat benar-benar percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai Juru Selamat anda, serta membiarkan darahNya tercurah untuk menutupi dosa-dosa anda, maka anda harus bertobat. Tetapi sekarang muncul suatu pertanyaan yaitu harus bertobat dari apakah anda? Jawabannya dengan jelas adalah bahwa anda harus bertobat dari dosa! Sekarang apakah yang dimaksud dengan dosa?
Meskipun terdapat banyak ide yang berbeda maupun kesamaan-kesamaan dari denominasi-denominasi agama yang ada, Alkitab anda sesungguhnya dengan jelas menyatakan: "Setiap orang yang berbuat dosa, melanggar juga hukum Allah, sebab dosa ialah pelanggaran hukum Allah." (1 Yohanes 3:4). Dosa adalah pelanggaran hukum rohani Allah, yaitu Kesepuluh Perintah. Itulah sesungguhnya definisi daripada dosa! Sebelum Allah mengampuni dosa-dosa masa lalu anda, anda harus terlebih dahulu bertobat dari pelanggaran hukumNya! Anda harus belajar untuk takut dan menghormati Allah sebagai Pemimpin yang Agung dari alam semesta ini, dan sebagai Raja dan Pemimpin anda. Salomo, manusia yang paling bijaksana yang penah hidup di bumi, mendapatkan wahyu untuk menuliskan: "Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan" (Amsal 1:7). Rasa takut akan Allah yang seperti ini bukanlah suatu rasa ketakutan yang ngeri, melainkan suatu rasa hormat dan pengagungan yang dalam bagi kekuasaan dan kepemerintahan Allah atas kekuatanNya, kebijaksanaanNya, dan kasihNya. Tanpa iman kepada Allah yang nyata dan agung, umat manusia tidaklah akan menjadi sempurna. Jika kehidupan mereka terputus dari Allah yang menciptakan hukum dan aturan, maka umat manusia akan menjadi makhluk yang tidak memiliki tujuan hidup, kosong, frustrasi, dan bingung. Sedangkan jalan untuk keluar dari kekosongan dan kebingungan hidup manusia modern sering dipandang sederhana, dan bahkan usang oleh beberapa orang. Padahal pada kenyataannya, jalan tersebut adalah nyata dan akan pasti berhasil jika dilakukan! Hal tersebut tidak lain adalah bahwa umat manusia harus keluar dari menyembah allah yang palsu dan salah. Umat manusia harus kembali kepada Allah yang berasal dari Alkitab, yaitu Allah yang mencipta dan yang memerintah alam semesta ini. Di dalam menyimpulkan jalanNya yang bertujuan untuk memenuhi keinginan manusia untuk memiliki hidup yang berbahagia, dan penuh tujuan, Allah memberikan firman yang penting ini di akhir kitab Pengkhotbah: "Akhir kata dari segala yang didengar ialah: takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang." (Pengkhotbah 12:13). Tanpa adanya hubungan yang hidup dan vital dengan Allah, yaitu berjalan dengan jalanNya serta mematuhi perintah-perintahNya, maka umat manusia akan menjadi frustasi dan tidak lengkap hidup dan keberadaannya. Kepatuhan terhadap perintah-perintah Allah akan membawa kedamaian dan kepenuhan serta kebahagiaan bagi semua bangsa dan orang di dunia. Inilah sesungguhnya jawaban dari seluruh permasalahan kita, baik secara pribadi dan bersama. Ini adalah jalan hidup yang akan diajarkan oleh Yesus Kristus ketika Ia kembali untuk memerintah dunia ini (Mikha 4:2).
Apakah anda benar-benar memahami perintah-perintah Allah?
Nabi Daud adalah seorang manusia yang berkenan di hati Allah (Kisah Para Rasul 13:22). Ia digunakan sebagai suatu tipe dari Kristus, dan yang akan memerintah secara langsung di bawah Kristus atas seluruh bangsa Israel pada masa seribu tahun yang tidak lama lagi akan datang (Yehezkiel 37:24). Pada saat itulah Kristus akan membawa kedamaian di bumi. Daud menuliskan: "Betapa kucintai Taurat-Mu! Aku merenungkannya sepanjang hari." (Mazmur 119:97). Daud mempelajari dan mempertimbangkan dengan benar hukum-hukum Allah di sepanjang harinya! Ia mempelajari bagaimanakah melakukan hukum tersebut pada setiap keadaan di dalam kehidupan. Hal ini memberikan Daud kebijaksanaan. "Perintah-Mu membuat aku lebih bijaksana dari pada musuh-musuhku, sebab selama-lamanya itu ada padaku." (ayat 98). Hukum Allah menyatakan kepada Daud tentang jalan yang harus dijalaninya karena hukum Allah adalah suatu jalan kehidupan. "Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku." (ayat 105). Diseluruh Mazmur 119, Daud mengumumkan tentang bagaimanakah ia mengasihi hukum Allah, dan menggunakannya sebagai pembimbing di dalam kehidupannya.
Bagaimanakah dengan anda? Apakah anda seperti Daud? Mungkin saja tidak. Kebanyakan dari anda telah diajarkan bahwa pada saat ini hukum Allah sudah tidak berlaku lagi yaitu sudah ditiadakan. Atau anda tidak benar-benar memahami bahwa hukum Allah adalah satu-satunya jalan kehidupan yang dapat membawa umat manusia kepada kebahagiaan dan sukacita yang sesungguhnya. Anda tidak menyadari bahwa hukum Allah pada kenyataannya menyatakan karakter dan keadaan alami daripada Allah sendiri. Allah memerintahkan kita: "Kuduslah kamu, sebab Aku kudus." (1 Petrus 1:16). Ingatlah bahwa orang Kristen yang benar, yaitu "kumpulan kecil" Yesus, digambarkan sebagai mereka yang "Maka marahlah naga itu kepada perempuan itu, lalu pergi memerangi keturunannya yang lain, yang menuruti hukum-hukum Allah dan memiliki kesaksian Yesus." (Wahyu 12:17). Dan Allah menggambarkan karakter dari para orang kudusNya sebagai berikut: "Yang penting di sini ialah ketekunan orang-orang kudus, yang menuruti perintah Allah dan iman kepada Yesus." (Wahyu 14:12). Jika anda terhitung sebagai orang kudus yang akan terluput dari tujuh malapetaka terakhir, maka anda harus memiliki iman yang hidup ini, yaitu iman yang patuh di dalam Allah yang maha besar melalui Yesus Kristus yang menghidupkan kehidupanNya di dalam anda! Anda perlu untuk memahami dan melakukan hukum rohani Allah seperti yang dinyatakan di dalam Kesepuluh Perintah! Anda kami mohon untuk benar-benar mempelajari buklet ini dengan melihat setiap ayat-ayat Alkitab yang dikutip. Kami berharap anda untuk hidup oleh hukum rohaniNya yang suci.
Allah Israel Yang Agung
Untuk memahami dengan baik serta merasakan dampak yang nyata dari Kesepuluh Perintah, hendaklah kita memperhatikan tentang bagaimanakah Allah memberikan hukum tersebut pada mulanya. Ingatlah bahwa Musa dan bangsa Israel sungguh-sungguh mempertahankan dan memelihara suatu pengetahuan yang menyatakan bahwa Allah mereka adalah Allah Pencipta langit dan bumi. Ia adalah pemimpin besar bumi yang telah menyebabkan tragedi Air Bah pada zaman Nuh, bapa leluhur mereka. Dan sekarang Allah yang benar, Allah Israel, telah membebaskan mereka dari kekangan Mesir dengan keajaiban/mukjizat yang hebat; Ia telah membawa mereka keluar dari Mesir dan melintasi Laut Merah dengan air laut yang mendinding (Keluar 14).
Semenjak saat mereka melintasi Laut Merah, Allah telah mulai berhubungan dengan mereka dan mengingatkan mereka akan hukum-hukumNya yang pada saat sebelumnya mungkin hanya sebagian saja yang mereka ingat atau miliki. Sebelum mereka mencapai gunung Sinai, Allah menghilangkan segala keraguan mereka tentang hari SabatNya dengan melakukan serangkaian mukjizat untuk mengingatkan mereka (Keluaran 16). Allah benar-benar memastikan dan mengingatkan mereka tentang hari apakah hari Sabat mereka. Di dalam Keluaran 18, Musa telah menghakimi bangsa tersebut sesuai dengan hukum Allah dan perintahNya (ayat 16). Sekarang pada saat mereka akan tiba ke bukit Sinai, Allah menyatakan-tidak untuk memberikan kepada mereka hukum yang baru-tetapi untuk memasuki suatu perjanjian atau persetujuan dengan mereka. Yang mana perjanjian atau persetujuan ini akan membuat mereka menjadi umat khususNya, dan Ia akan menjadi Allah mereka yang hukum, peratuan dan putusanNya akan mereka patuhi. Semenjak baik dahulu maupun sekarang Kesepuluh Perintah selalu menjadi hukum rohani Allah (Roma 7:14), maka hukum tersebut menjadi bagian dari persetujuan antara Allah dan Israel.
Jauh sebelum peristiwa di Sinai, Allah secara khusus memberkati Abraham yang dikenal sebagai, "bapa semua orang percaya" (Roma 4:11), karena "Abraham telah mendengarkan firman-Ku dan memelihara kewajibannya kepada-Ku, yaitu segala perintah, ketetapan dan hukum-Ku." (Kejadian 26:5). Jadi Abraham dengan jelas memahami dan mematuhi ke Sepuluh Perintah.
Semenjak Kesepuluh Perintah adalah hukum Allah yang suci dan rohani, maka Allah mengumumkan/menyatakan hukum tersebut dengan kekuatan yang besar dan ditulisNya dengan tanganNya sendiri. Hal ini tidak terjadi pada hukum-hukum lainnya di dalam perjanjian. Perhatikanlah situasi di dalam Keluaran 19, Allah memerintahkan orang untuk membersihkan diri mereka dan bersiap untuk menyongsong hari ketiga ketika Ia akan turun keatas mereka, (ayat 10-11). "Dan terjadilah pada hari ketiga, pada waktu terbit fajar, ada guruh dan kilat dan awan padat di atas gunung dan bunyi sangkakala yang sangat keras, sehingga gemetarlah seluruh bangsa yang ada di perkemahan." (ayat 16). Disini Allah menunjukkan kekuatanNya sebagai sang Pencipta dari bumi ini, yaitu sejalan dengan Ia mulai berbicara dengan suaraNya sendiri ketika Ia menyatakan Kesepuluh Perintah! Sejalan dengan sang Pencipta turun diatas gunung Sinai di dalam keagungannya, "Gunung Sinai ditutupi seluruhnya dengan asap, karena TUHAN turun ke atasnya dalam api; asapnya membubung seperti asap dari dapur, dan seluruh gunung itu gemetar sangat." (ayat 18).
Di dalam keadaan dari keagungan, keindahan dan kekuatan seperti ini, Allah berbicara tentang Kesepuluh Perintah kepada orang-orang di bawah gunung yang gemetar di dalam kekaguman mereka atas diriNya. Di dalam kekuatanNya yang besar yang menggelegar di seluruh wilayah seperti bunyi guntur, suaraNya telah benar-benar menggetarkan orang-orang ini. (Mazmur 104:7).
Prepared by:
Bambang Wiyono
081 2327 3886
Website:
http://muridyesuskristus.blogspot.com
Milis :
http://groups.yahoo.com/group/fullgospel_indonesia
Catatan : Sebagai umat Kristen, kita harus hidup seperti Yesus Kristus hidup ( I Yoh 2:6 ), yaitu mentaati dan melaksanakan KESEPULUH PERINTAH ALLAH, jangan sampai ada satu perintahNya yang dilanggar, agar kita hidup berkenan dihadapanNya
==============================================================

Perintah yang Pertama
Oleh : Roderick C. Meredith, Living Church of God
Jadi Allah mulai berbicara tentang Kesepuluh Perintah-menyatakan kepada bangsaNya hukum-hukum kehidupan yang akan membawa kesuksesan, kebahagiaan dan kedamaian atas Allah dan manusia. Di zaman di mana penuh dengan berbagai macam alasan yang dikemukakan oleh manusia, beserta pikiran-pikiran agnostik (suatu paham yang percaya bahwa adalah tidak mungkin untuk mengetahui apakah Allah itu ada atau tidak) dan serba materi, adalah penting untuk memahami bahwa pertama kalinya Allah tidak berbicara tentang "hubungan antar umat manusia". Melainkan Allah berbicara tentang kepatuhan dan penyembahan terhadap diriNya sebagai Pencipta dan Pengatur sorga dan bumi, dan juga diriNya sebagai Allah dari mereka yang melayani dan mematuhi diriNya! "Lalu Allah mengucapkan segala firman ini: "Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan. Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku." (Keluaran 20:1-3). Itulah perintah yang pertama, dan yang merupakan perintah terbesar. Pelajarilah susunan penulisan perintah ini dengan hati-hati, dan renungilah seperti Daud! Frasa "Aku adalah Tuhan Allahmu" adalah suatu frasa kata yang memiliki pengertian dan pengungkapan yang sangat dalam jika dibandingkan saat pertama kali anda membacanya. (Semakin anda membaca, memperhatikan dan merenungi, semakin dalam arti dari frasa kata tersebut). Kata "Aku" yang ada di dalam perintah yang pertama ini adalah bukti yang nyata dari "Dia" yang sedang berbicara dengan kekuatan yang sangat besar. Allah yang mengatakan "Aku" dengan tegas dan kuat membuktikan tentang keberadaanNya sebagai sang Pencipta yang agung dari langit dan bumi. Di dalam kemuncullanNya, Ia telah menunjukkan kekuatanNya sebagai Pencipta dengan mengirimkan guruh dan guntur yang menggoncangkan Gunung Sinai seolah-olah seperti sebuah rak piring yang basah!
Perintah yang Pertama dari Diri Anda
Sekarang kita telah melihat kekuatan dan keagungan yang digunakan oleh Allah untuk menyatakan diriNya ketika Ia mengumandangkan Kesepuluh Perintah di Gunung Sinai. Marilah sekarang kita melihat setiap perintah, yaitu di mulai dari perintah yang pertama, dan aplikasinya di dalam kehidupan pribadi anda. Karena jika anda mengaku sebagai umat Kristen, ingatlah bahwa Yesus Kristus, Pendiri dari Kekristenan, mengatakan bahwa kita harus hidup dari setiap firman Allah (Matius 4:4). Dan tentu saja, melalui bantuan Allah, anda harus berjalan berdasarkan perintah Allah yang agung jika memang anda ingin memasuki hidup yang abadi (Matius 19:17). Bagaimanakah sesungguhnya perintah yang pertama ini dijalankan di dalam kehidupan anda? Sang Pencipta mengatakan, "Aku adalah Tuhan Allahmu". Apakah Allah pencipta, Allah Israel dan Alkitab adalah benar-benar Allah yang anda layani dan patuhi? Atau apakah anda terperdaya untuk membuat dan menciptakan "ilah-ilah" palsu anda sendiri? Atau apakah anda pada saat ini sedang melakukan penyembahan yang salah berdasarkan "tradisi manusia"? yang mana dalam hal ini Yesus mengatakan bahwa penyembahan kita terhadap Allah menjadi penyembahan yang sia-sia? (Markus 7:7). Inilah hal-hal yang harus anda pikiran!
Bagi umat Kristen, Allah mengatakan bahwa Ia adalah satu-satuNya Pribadi yang membawa mereka keluar dari tanah Mesir, yaitu keluar dari perbudakan. Di seluruh Alkitab, Mesir digunakan untuk melambangkan dosa. Sesungguhnya, seluruh orang yang tidak bertobat diperbudak di dalam sistem berhala yang terorganisir di dunia ini, dan juga kepada nafsu pribadi mereka. Dan ketika seseorang benar-benar bertobat dan insaf, maka Allah akan membawa dirinya keluar dari segala kekangan tersebut dan ia dengan senang hati melakukannya. (Dengan sangat di ingini ia keluar dan meninggalkan segala jalan dosa!). Oleh karenanya, anda sekarang butuh untuk menilik apakah anda benar-benar telah keluar dan meninggalkan tradisi-tradisi dan jalan-jalan hidup dunia yang salah ini dan apakah anda telah bertobat dari nafsu dan dosa-dosa pribadi anda.
Allah memerintahkan: "Janganlah terdapat allah lain di hadapanKu." Sekarang bagaimanakah dengan anda? apakah anda menyenangi/mencintai akan sesuatu hal melebihi Allah? Apakah waktu anda, kesenangan anda, pelayanan anda lebih dihabiskan untuk sesuatu yang lain daripada Allah? Berhala apakah yang telah anda tempatkan antara anda dan Allah? Berhala apakah yang lebih anda pilih daripada menghabiskan waktu berharga anda untuk mempelajari firman Allah dan untuk hidup menurut firmanNya tersebut? Allah berfirman: "Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya" (Mazmur 19:1). Diseluruh halaman-halamannya, Alkitab mengumumkan bahwa Allah adalah Pencipta yang nyata dari bumi dan alam semesta ini. Ia adalah satu-satunya yang memberikan kehidupan dan nafas bagi seluruh ciptaan (Kejadian 1). Apakah anda secara jujur berpikir dan menyembah Allah sebagai Pencipta anda dan Satu-Satunya Pribadi yang memberi anda nafas kehidupan yang anda hirup? Sudah seharusnya anda melakukannya semenjak hal ini adalah bagian dari penyembahan Allah yang benar. Anda tidak dapat memiliki berhala dihadapanNya!
Penyesatan terbesar yang ada pada saat ini bukanlah tentang paham komunis atau atheis (tidak berTuhan), melainkan tentang doktrin yang salah dan sesat dari teori dan ajaran evolusi yang diberitakan oleh ilah sesat yaitu ilmu pengetahuan. Evolusi adalah suatu usaha untuk menjelaskan dan mengajarkan tentang adanya ciptaan tanpa adanya Pencipta. Ajaran ini benar-benar menolak Allah yang benar beserta keadaan alami dan kedudukanNya! Dan pada kenyataannya, hal ini adalah dasar dari hampir seluruh "dunia pendidikan" di bumi ini!
Tetapi ketahuilah bahwa hikmat dari dunia ini adalah kebodohan bagi Allah (1 Korintus 1:20). Di dalam Alkitab, Allah tidak hanya dikatakan sebagai Pencipta, tetapi juga sebagai satu-satunya Pribadi yang memelihara dan yang memerintah ciptaanNya. Ia dikatakan sebagai Pribadi yang ikut campur di dalam urusan para pelayanNya, yaitu dengan membimbing, memberkati, serta membebaskan mereka. Daud mengatakan: ""Aku mengasihi Engkau, ya TUHAN, kekuatanku" (Mazmur 18:2). Dengan jelas ratusan kali Daud meminta kepada Allah untuk ikut campur dan membebaskan dirinya dari kesulitan dan kehancuran. Bagaimanakah dengan anda? Apakah anda juga memohon kepada Allah tentang keikutsertaannya di dalam kesulitan dan kehidupan anda? atau apakah anda percaya di dalam kekuatan anda sendiri dan manusia?
Memahami Tujuan Allah
Di dalam Matius 6:9, Yesus menceritakan kepada kita untuk menyebut Allah sebagai "Bapa" kita ketika kita berdoa. Di seluruh Wasiat Baru, Ia dinyatakan sebagai Pribadi yang harus kita temui di dalam menghadapi segala cobaan dan masalah kehidupan. Seperti bapa jasmani kita, Allah Bapa memperhatikan anak-anakNya dan memberkati serta melindungi mereka. Ia juga menyesah setiap anak yang Ia cintai (Ibrani 12:6). Dari permulaannya Allah telah menjadi Bapa yang agung dari umat manusia. Di dalam menciptakan manusia, Allah mengatakan, "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi." (Kejadian 1:26). Jadi pahamilah bahwa umat manusia tersebut di buat di dalam gambaran jasmani Allah, yaitu bentuk luar Allah. Pada kenyataannya, Allah memberikan kepada umat manusia suatu tanggung jawab dan kekuasaan seperti diriNya, yaitu untuk berkuasa dan memerintah segala ciptaan di bumi ini. Walaupun begitu, kita manusia pada saat ini masih diberikan kemampuan yang terbatas untuk membuat atau "mencipta" sesuatu yang baru (sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya di dalam bentuk yang kita ciptakan tersebut). Di dalam keadaan yang terbatas ini, umat manusia sesungguhnya telah menunjukkan beberapa kemampuan Allah sendiri! Hal ini terjadi oleh karena Allah merencanakan dan memiliki tujuan agar kita semuanya menjadi seperti Dia, agung sama seperti Ia agung adanya (1 Yohanes 3:2)! Pahamilah bahwa umat manusia nantinya akan benar-benar dilahirkan dari roh, disusun atas roh dan terdiri dari roh (Yohanes 3:6). Kita nantinya akan menjadi bagian dari keluarga Allah yang dilahirkan dari roh dan berperan di dalam memerintah seluruh alam semesta. Allah telah mengatakan dan berencana yaitu bahwa manusia yang dapat mengalahkan hawa nafsu di dalam kehidupan ini dan belajar untuk mematuhi dan melakukan hukum-hukumNya melalui bantuan Roh KudusNya di dalam diri mereka, akan di buat menjadi seperti diriNya, yaitu dilahirkan ke dalam keluarga dan kerajaanNya! Dan setelah melalui kehidupan yang penuh dengan tantangan dan ujian di dalam mengalahkan hawa nafsu dan usaha untuk selalu bertumbuh secara rohani, maka setelah kita dilahirkan dari roh, kita akan dapat melakukan hak istimewa dari Allah sendiri! Kita akan memiliki kualitas untuk ditambahkan menjadi anggota Kerajaan Allah yang memerintah! (Jika anda ingin mengetahui secara detail tentang kelahiran rohani ini, pesanlah buklet kami yang berjudul "Your Ultimate Destiny").
Sayangnya, di dalam kehidupan ini ilmu pengetahuan dan peradaban manusia bersaing dengan Allah dan akhirnya menjadi ilah yang palsu!
Ilmu pengetahuan modern berusaha dengan kuat untuk memberikan umat manusia kekuatan jauh diatas kemampuan mental dan rohaninya untuk menangani hal-hal seperti ini! Seperti yang dikatakan oleh presiden Eisenhower di dalam acara inauguralnya (pidato awal pada masa permulaan jabatan): "Ilmu pengetahuan kelihatannya siap untuk memberikan kepada kita sebagai pemberiannya yang paling akhir, yaitu kemampuan untuk melenyapkan kehidupan manusia dari planet ini." Dan sekarang setelah mereka sadar bahwa apa yang telah mereka lakukan benar-benar akan dapat menghancurkan bumi, para ahli pada saat ini sedang "asyiknya" berusaha untuk menguasai dan menjajah ruang-ruang angkasa! Sementara itu peradaban kita yang ada di bumi ini melanjutkan ajaran berhala mereka dengan berpendapat bahwa umat manusia adalah pemegang tampuk tertinggi di dalam menentukan apakah yang salah dan benar. Dengan kata lain umat manusia meletakkan diri mereka sendiri di posisi Allah dan hukum-hukumNya! Sadar atau tidak, sikap keduniawian yang tidak baik ini, suatu sikap yang menolak Allah ini, pada kenyataannya telah masuk ke dalam setiap fasa dan sisi dari peradaban kita pada saat ini!
Apa Yang Engkau Layani Itulah Yang Menjadi "Allahmu"
Hampir dari kebanyakan orang yang hanya pergi ke gereja satu kali seminggu, dan yang tidak serius memperhatikan agama mereka, sesungguhnya tidak benar-benar memahami apa yang dimaksud dengan penyembahan yang benar. Mereka berpikir bahwa "penyembahan" adalah suatu hal yang anda lakukan seminggu sekali di gereja, dengan tidak menyadari bahwa hal tersebut akan berdampak kepada setiap pikiran, kata-kata, dan tindakan di dalam kehidupan kita setiap hari! Di dalam setiap hal yang anda lakukan, baik itu di dalam anda berpikir, berkata-kata atau bertindak, anda sesungguhnya melayani Allah, atau jikalau tidak maka anda melayani hawa nafsu anda sendiri! Satu kunci penting bagi situasi ini adalah tentang bagaimanakah anda menggunakan waktu anda.
Ketahuilah bahwa waktu anda adalah kehidupan anda!
Alkitab memerintahkan kita untuk "dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat." (Efesus 5:16). Berapa lamakah waktu yang anda habiskan setiap minggunya untuk belajar dan merenungkan firman Allah beserta hukumNya seperti yang dilakukan oleh Daud? Berapa lamakah waktu yang anda habiskan untuk berdoa dengan bersungguh-sungguh dan berserah kepada Allah yang maha kuasa? Seberapakah banyaknya waktu yang anda habiskan di dalam mendiskusikan Alkitab bersama sesama anda, mengajari keluarga anda tentang firman Allah, serta bertulis kepada sesama anda untuk membangun keadaan rohaninya sebanyak yang anda dapat habiskan untuk aktivitas sosial lainnya?
Hampir kebanyakan umat Kristen tidak menganggap perihal ibadah/agama mereka sebagai sesuatu hal yang tidak begitu penting di dalam kehidupan mereka. Tetapi di dalam keadilan dan kasih, kita mengatakan bahwa harinya akan tiba ketika mereka akan sadar akan hal itu bahwa ibadah/agama adalah agama dan penyembahan yang palsu! Sesungguhnya, apakah yang diperintahkan oleh Allah bagi anda untuk dilakukan? Ketika Yesus Kristus Juru Selamat anda mendapatkan pertanyaan ini, Ia menjawab: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi." (Matius 22:37-40).
Pahamilah bahwa nasib dari segala bangsa dan individu di dunia ini memang bergantung pada dua perintah ini! Jika manusia mematuhi dua perintah ini sesuai dengan bagaimanakah Alkitab menyatakannya maka sungguh mereka akan diberkati! Dan sebaliknya jika mereka tidak mematuhi kedua perintah ini maka mereka akan dikutuk dan akan menjadi hancur di dalam kebingungan dan kefrustrasian mereka sendiri! Seperti yang Yesus katakan bahwa tulisan para nabi sesungguhnya berisi perihal tentang kepatuhan bangsa-bangsa akan hukum Allah, yaitu apakah mereka berkeinginan untuk mematuhi hukum tersebut atau tidak. Setiap nubuatan yang dituliskan menentang suatu bangsa menunjukkan bahwa Allah pada kenyataannya telah melihat bangsa tersebut sebagai suatu bangsa yang tidak mematuhi hukumNya. Allah telah melihat mereka sebagai suatu bangsa yang menjauhkan diri dari kepatuhan akan perintahNya! Tetapi ketahuilah bahwa hukum-hukum Allah sesungguhnya adalah benar-benar hukum yang berlaku dan berjalan di dunia di mana kita hidup ini, sama seperti hukum gravitasi!
Belajar untuk Mengasihi dan Menyembah Allah diatas segala sesuatunya
Yesus mengatakan bahwa perintah yang terbesar adalah perintah yang menyatakan kepada manusia untuk mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa dan pikiran mereka. Dengan kata lain, anda harus menyembah dan melayani Allah dengan segenap diri anda! Kapan saja anda berpikir, berbicara, atau mendengar segala sesuatu yang baik, indah atau menakjubkan, anda harus berpikir tentang Allah! Ingatlah bahwa Yakobus telah menyatakan: "Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran." (Yakobus 1:17). Karena anda mengasihi diriNya, karena anda mengetahui jalanNya adalah benar, karena anda benar-benar menyembahNya, anda sudah selayaknya harus merenungkan jalan Allah dan firmanNya setiap hari sama seperti Daud. Anda harus mempelajari Alkitab anda dengan tetap untuk hidup atas setiap firman Allah. Anda harus berdoa kepada Allah dengan tetap, dengan kesungguhan dan dengan segala hari, sama seperti Yesus melakukannya, memberikan kita suatu teladan. Kapanpun anda menemukan bahwa Allah memerintah anda did alam drimanNya untuk melakukan sesuatunya, anda harus dengan cepat mengatakan: "Ya Tuhan," dan tidak berargumentasi, "alasan" atau dengan cerdik menghindar masalah ini, sama seperti umat Kristen yang sesat pada hari ini.
Mengetahui bahwa Ia menciptakan anda dan bahwa kehidupan anda memang benar-benar diperuntukkan bagiNya, maka anda sudah seharusnya mempersembahkan tubuh anda sebagai persembahan yang hidup seperti apa yang dikatakan oleh Allah (Roma 12:1). Anda sudah seharusnya melayani dan mematuhi Allah di dalam segenap jiwa anda dengan hati yang ingin dan setia. Serta untuk mempersiapkan diri anda secara sungguh-sungguh untuk dengan lebih jauh melakukan pekerjaan mewartakan kepada orang lain tentang pesan dari pemerintahan Allah yang akan datang yang akan membawa kedamaian yang nyata di bumi ini. Anda sudah seharusnya selalu mendasarkan dan memusatkan sikap dan tingkah laku anda kepada Yesus Kristus teladan anda dengan memperhatikan bagaimanakah sikapNya ketika Ia dipanggil untuk memberikan hidupNya sendiri: "bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi." (Lukas 22:42). Inilah yang sesungguhnya di maksud dengan penyembahan yang benar! Inilah yang sesungguhnya cara untuk mematuhi perintah yang pertama, yakni perintah yang besar!
Prepared by:
Bambang Wiyono
081 2327 3886
Website:
http://muridyesuskristus.blogspot.com
Milis :
http://groups.yahoo.com/group/fullgospel_indonesia
Catatan : Sebagai umat Kristen, kita harus hidup seperti Yesus Kristus hidup ( I Yoh 2:6 ), yaitu mentaati dan melaksanakan KESEPULUH PERINTAH ALLAH, jangan sampai ada satu perintahNya yang dilanggar, agar kita hidup berkenan dihadapanNya

Perintah yang Kedua

Perintah yang Kedua
Oleh : Roderick C. Meredith, Living Church of God
Di dalam khotbah di Bukit, Yesus mengajarkan: "Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga" (Matius 5:19). Di dalam seluruh pesanNya, Yesus menjelaskan, memaparkan dan memperbesar Kesepuluh Perintah. Ia menunjukkan bahwa hukum rohani ini adalah suatu hukum yang hidup, sama seperti hukum gravitasi atau inersia/kelembaban. Yang mana jika anda melanggarnya, maka kecelakaanlah yang akan menimpa anda! Oleh karenanya, kita telah melihat bahwa ketika manusia atau bangsa-bangsa melanggar perintah yang pertama "Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku." (Keluaran 20:3), maka mereka pada kenyataannya mengundang penderitaan dan keburukan kepada diri dan kemakmuran mereka sendiri. Manusia memisahkan diri dari sumber kehidupan mereka, dari tujuan hidup mereka, dan dari hukum-hukum yang dapat memberikan mereka kebahagiaan, kedamaian dan sukacita. Manusia yang hubungan dan hidupnya terputus dari Allah adalah pribadi yang hampa, frustrasi dan sengsara. Baik karena keganasan perang, kesulitan pribadi, sakit atau tingkah laku yang tidak baik, nasib dari terputusnya umat manusia dari Allah adalah kematian yang sangat menyedihkan, dengan tidak adanya harapan atau janji akan kehidupan kekal setelahnya (Roma 6:23; Wahyu 21:8).
Perintah Yang Kedua Dinyatakan
Manusia akan menjadi tidak lengkap dengan terputusnya hubungannya dengan penyembahan Allah yang benar, padahal dia harus menyembah Allah yang benar saja: "Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku." (Keluaran 20:3). Perintah yang kedua menceritakan kepada kita tentang bagaimanakah cara menyembah Allah yang benar, juga tentang kesalahan apakah yang harus kita hindari di dalam penyembahan kita, dan upah berkat yang akan dialami oleh keturunan-keturunan kita sebagai hasil penyembahan kita terhadap Allah yang maha agung. "Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku, tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku." (Keluaran 20:4-6).
Pikiran jasmani menginginkan sesuatu untuk membantunya di dalam menyembah Allah. Manusia di dalam keadaan dagingnya menginginkan objek jasmani yang dapat "membantu" mereka untuk menyembah, dan "untuk mengingatkan" mereka akan Allah yang tidak dapat mereka lihat. Tetapi ingatlah bahwa ternyata inilah suatu hal yang tidak boleh kita lakukan berdasarkan perintah ini, Yesus mengatakan: "Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian." (Yohanes 4:2 3). Perhatikan bahwa hanyalah penyembah "yang benar" yang akan dapat menyembah Bapa di dalam roh dan kebenaran. Banyak lainnya yang berusaha untuk memiliki beberapa bentuk penyembahan tetapi oleh karena mereka membatasi penyembahan mereka dengan suatu konsep yang salah tentang Allah, maka penyembahan mereka menjadi sia-sia. "Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran." (ayat 24). Manusia ingin membuat berbagai macam bentuk objek untuk mewakili Allah, dan hal ini benar-benar menolak apa paling yang penting di dalam diri Allah. Allah adalah pokok dari segala kekuatan, kebijaksanaan, dan kasih. Allah tidaklah terbatas. Ketika seorang manusia membuat suatu gambaran/kesan mental dan fisik dari Allah menurut pikirannya sendiri, maka dengan demikian ia membatasi, di dalam pikiran dan penyembahannya, pribadi Allah yang tidak terbatas dan tidak dapat dibatasi!
Dasar dari Penyembahan Berhala
Banyak kali di dalam mengulang Kesepuluh Perintah, Allah selalu memperingatkan bangsa Israel untuk melawan segala bentuk penyembahan berhala. "Janganlah kamu membuat berhala bagimu, dan patung atau tugu berhala janganlah kamu dirikan bagimu; juga batu berukir janganlah kamu tempatkan di negerimu untuk sujud menyembah kepadanya, sebab Akulah TUHAN, Allahmu." (Imamat 26:1). Allah secara terus menerus melawan setiap bentuk penyembahan berhala atau image yang digunakan di dalam penyembahan. Perhatikanlah bahwa di dalam hal ini Allah tidak mengutuk karya seni atau patung, tetapi Ia mengutuk jika patung tersebut menjadi suatu objek penyembahan yang "dihormati" dan "diagungkan". Di dalam perintah aslinya dari Keluaran 20:4-6, Allah tidak mengutuk setiap gambar dan patung, tetapi, "jangan engkau sujud menyembah kepadanya atau beribadah atau melayaninya". Jadi adalah penggunaan karya seni atau patung sebagai suatu bentuk dari penyembahan atau "alat bantu" di dalam penyembahanlah yang di kutuk oleh Allah! Dasar utama dari segala penyembahan berhala adalah pribadi yang ingin memenuhi keinginan pribadinya sendiri dan yang ingin memberontak untuk menyerahkan dirinya kepada Allah di dalam penyembahan yang benar sesuai dengan jalan yang telah Ia perintahkan! Dengan tidak sungguh-sungguh mengetahui Allah yang benar, atau memiliki Roh KudusNya, maka umat manusia sering kali berpikir bahwa mereka membutuhkan alat "bantu" atau "media" yang dapat membantu mereka menyembah Allah berdasarkan konsep yang dipengaruhi oleh pikiran mereka sendiri sebagai manusia. Perintah yang kedua ini melarang manusia untuk menggunakan alat "bantu" atau "media" jasmani di dalam menyembah Allah yang tidak nampak.
Seorang Yang Benar-Benar Bertobat dan Insyaf Mengetahui Allah
Tidak ada seorang pun yang benar-benar mengetahui Allah sebagai Bapa atau yang hidup di dalam hubungan sangat dekat dengan diriNya di dalam kehidupan sehari-hari mereka yang membutuhkan gambar atau image untuk membantu mereka berdoa. Jika seseorang berpikir bahwa ia membutuhkan alat bantu seperti ini, hal ini dengan jelas dan sederhana menyatakan bahwa ia belum mengetahui Allah dan belum menerima Roh Kudus Allah. Ingatlah bahwa untuk menyembah Allah di dalam roh, anda harus memiliki Roh Kudus. "Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus." (Roma 8:9). Allah hanya akan memberikan Roh KudusNya setelah pertobatan dan baptisan yang benar dari seorang manusia, kepada mereka yang "mematuhiNya" (Kisah Para Rasul 2:38; 5:32). Hanya sedikit saja orang di saat sekarang ini yang benar-benar menyerahkan diri mereka untuk patuh kepada Allah, berjalan bersama dengan diriNya, serta membiarkanNya untuk memimpin setiap pikiran, perkataaan serta tindakan mereka. Oleh karenanya, kebanyakan dari manusia tidak benar-benar mengetahui Allah. Bagi mereka Allah kelihatan seperti jauh, tidak nyata, dan kabur. Sebaliknya, mereka lebih senang/condong melihat "alat bantu" di depan mata mereka yang mereka kira dapat membantu mereka untuk menyadari bahwa Allah itu memang ada dan mendengarkan doa-doa mereka!
Gambar-Gambar Yesus
Ribuan umat Kristen menggunakan gambar-gambar dari apa yang mereka kira sebagai Yesus Kristus di dalam penyembahan mereka, dan bahkan mereka memasang gambar-gambar tersebut di dalam rumah mereka. Sesungguhnya, apakah yang dikatakan oleh Alkitab tentang gambar-gambar seperti itu? Pertama-tama, perintah yang kedua sendiri dengan jelas melarang umat manusia untuk menggunakan segala sesuatu untuk menggambarkan/mewakili Allah atau yang dapat dengan mudah dijadikan obyek penyembahan. Tentu saja, karena Yesus Kristus adalah Allah (Ibrani 1:8), maka dengan secara langsung umat manusia juga dilarang untuk menggunakan segala alat bantu/bahkan gambar untuk menggambarkan diriNya! Dan lagi, bagi mereka yang masih tetap berkeinginan untuk bersih keras berargumentasi tentang hal gambar Kristus ini, ketahuilah bahwa gambar-gambar tersebut tidak memiliki persamaan apa pun dengan tampang Yesus Kristus yang adalah seorang Yahudi ketika Ia menjadi manusia (Ibrani 7:14)! Segala ciri-ciri jasmani yang ada di hampir setiap gambar yang katanya gambar Kristus dengan jelas tidak memiliki ciri-ciri jasmani seorang Yahudi! Sebagai Sang Firman Allah, Kristus memberikan wahyu kepada rasul Paulus untuk menuliskan, "Bukankah alam sendiri menyatakan kepadamu, bahwa adalah kehinaan bagi laki-laki, jika ia berambut panjang," (1 Korintus 11:14). Sayangnya, gambar-gambar yang katanya gambar Kristus tersebut ini menunjukkan gambar seorang pria dengan rambut panjang dengan ciri-ciri feminin yang lembut dan tampang sentimentil, pandangan mata yang sok suci. Karena itu ketahuilah bahwa gambar Kristus tersebut bukanlah gambaran Kristus yang sebenarnya dari Alkitab anda!
Pada kenyataannya, tampang Yesus sangatlah maskulin, sebagai seorang muda, Ia adalah seorang tukang kayu yang bekerja di luar rumah. Dan Ia terus menghabiskan waktunya di luar rumah bahkan sepanjang masa kepelayananNya. Oleh karenanya maka segala apa yang digunakan untuk menggambarkan Yesus Kristus dari mulai salib, dan gambar-gambarnya sungguh bertentangan dengan pernyataan firman Allah yang suci tentang diriNya! Mereka memberikan suatu gambaran yang salah tentang Yesus Kristus di dalam segala hal tentangnya. Sesungguhnya wajah Yesus harus memiliki tampang yang tegas dan legam akibat panas matahari. Ia tidak bertampang feminin/kewanitaan, melainkan ia memiliki rambut yang pendek seperti seorang pria. Ia tidak memiliki ciri-ciri aristokrat yang feminin, Yesaya mendapatkan wahyu dariNya untuk menggambarkan tampang manusiaNya: "Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknya pun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupa pun tidak, sehingga kita menginginkannya." (Yesaya 53:2). Sebagai seorang manusia, Yesus adalah seorang tukang kayu muda Yahudi yang normal dan sehat dan bahkan mungkin memiliki tampang yang sangat maskulin dan prima di masa awal usia tiga puluhanNya. Dengan kesungguhan dan kepercayaan yang dipegang, Ia mulai memberitakan pesan dari Kerajaan Allah yang akan segera datang untuk memerintah seluruh dunia ini. Bagaimana pun juga, jika kita memikirkan tentang tampang Yesus, setidaknya kita harus berpikir tentang keadaanNya pada saat ini. Wahyu 1:14-16 memberikan gambaran tentang diriNya: "Kepala dan rambut-Nya putih bagaikan bulu yang putih metah, dan mata-Nya bagaikan nyala api. Dan kaki-Nya mengkilap bagaikan tembaga membara di dalam perapian; suara-Nya bagaikan desau air bah. Dan di tangan kanan-Nya Ia memegang tujuh bintang dan dari mulut-Nya keluar sebilah pedang tajam bermata dua, dan wajah-Nya bersinar-sinar bagaikan matahari yang terik." Sebagai Allah, wajah Yesus pada saat ini benar-benar bersinar dengan radiasi dan kekuatan, dan oleh karenanya anda tidak akan dapat memandang wajahNya secara langsung sebagai manusia daging! Banyak orang yang mengatakan bahwa mereka tidak menyembah gambar-gambar atau patung-patung Yesus tersebut dan mungkin saja memang begitu kelihatannya. Tetapi ketahuilah bahwa gambar dan konsep yang salah tentang Kristus tersebut tanpa diragukan akan benar-benar masuk di dalam pikiran mereka ketika berpikir tentang Kristus atau ketika mereka sedang berdoa. Sehingga hadirlah gambar-gambar dan patung-patung ini di tengah-tengah hubungan mereka dengan Kristus. Sungguh gambar-gambar dan patung-patung tersebut telah memisahkan para penyembah dari Kristus! Dan oleh karenanya jika anda menggunakan gambar-gambar yang seperti itu, maka anda telah melanggar perintah yang kedua! Karena dengan jelas anda telah membatasi konsep pemikiran anda tentang Kristus yang hidup, yang mana pada saat ini Kristus diagungkan dengan duduk di sebelah kanan Allah di sorga, dan di dalam kekuatan yang agung wajahNya bersinar seperti matahari!
Menyembah Sistem dan Institusi
Salah satu dari bentuk penyembahan berhala modern yang umum terjadi adalah dengan memberhalakan gereja atau masyarakat. Bagi banyak orang, yaitu masyarakat dari dunia ini, peraturan, kebiasaan dan tradisi mereka sesungguhnya benar-benar dijadikan allah oleh mereka. Pada kenyataannya, banyak orang yang takut untuk melakukan sesuatu hal yang dianggap berbeda atau "aneh". Mereka merasa lebih ingin untuk menjadi serupa dengan dunia dan mengikuti jalan-jalannya. Tetapi Allah memerintahkan kita: "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." (Roma 12:2). Perintah ini kelihatannya sulit untuk di patuhi, khususnya bagi orang yang berpikir bahwa orang lain pasti benar di dalam pikiran mereka, dan apa yang mereka katakan dan lakukan. Alkitab menceritakan bahwa banyak orang di zaman Yesus yang melakukan cara penyembahan yang salah, "Sebab mereka lebih suka akan kehormatan manusia dari pada kehormatan Allah." (Yohanes 12:43).
Jika anda dengan secara buta mematuhi kebiasaan dan tradisi keluarga, gereja atau masyarakat anda, dan bukannya perintah dari firman Allah, maka anda sudah berdosa dengan melakukan penyembahan berhala. Anda telah meletakkan segala hal tersebut pada tempat Allah yang benar! Bahkan ritual suatu kebaktian gereja dapat menjadi berbahaya, karena sebagaimana diperbaikinya ritual pada institusi-institusi yang ada, kebanyakan hal ini bermula dan berakhir pada pemikiran jasmani manusia dan hal ini bukanlah pengganti yang baik bagi penyembahan yang benar bagi Allah "di dalam roh". Alkitab secara langsung menyatakan orang-orang di zaman kita sebagai mereka yang "secara lahiriah menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya." (2 Timotius 3:5).
Allah yang benar adalah Dia sang Pencipta dan Pemimpin yang abadi dari alam semesta ini. Bagaimanakah seharusnya anda menyembah diriNya? Ia menjawab: "Bukankah tangan-Ku yang membuat semuanya ini, sehingga semuanya ini terjadi? demikianlah firman TUHAN. Tetapi kepada orang inilah Aku memandang: kepada orang yang tertindas dan patah semangatnya dan yang gentar kepada firman-Ku." (Yesaya 66:2). Anda harus menyembah Allah secara langsung dan dengan kerendahan dan keinginan dari hati. Anda harus mempelajari firman Allah, serta berkeinginan untuk diperbaiki olehnya, demikian juga anda harus gentar akan kekuasaan firman Allah disepanjang hidup anda! Dengan hati yang terbukti berserah kepadaNya melalui pertobatan dan kepatuhan, maka sudah seharusnya anda banyak berdoa kepada Allah di dalam satu minggunya. Berdoa dengan tenang sejalan anda akan memulai aktivitas keseharian anda. Anda harus mengenalNya dan mencintaiNya sebagai Bapa anda. Sejalan dengan penjelasan yang diungkapkan di dalam buklet ini yaitu bahwa, "Sebab inilah kasih kepada Allah, yaitu, bahwa kita menuruti perintah-perintah-Nya. Perintah-perintah-Nya itu tidak berat," (1 Yohanes 5:3). Oleh karenanya, anda akan secara sungguh-sungguh mengasihi dan menghormati Pencipta anda dengan menjalankan kehidupan yang patuh berdasarkan jalan-jalan Kesepuluh Perintah, sama seperti apa yang dilakukan oleh Yesus.
Sejalan dengan Henok, Nuh dan Abraham "berjalan bersama Allah", maka anda pun harus belajar untuk melakukan hal yang sama, yaitu "berjalan bersama Allah", dan dengan baik meningkatkan hubungan dengan diriNya. Dan juga menghasilkan buah bagiNya di seluruh kehidupan keseharian anda. Dan di dalam pimpinan Roh Kudus, maka anda tidak akan pernah lagi, bahkan untuk berpikir untuk menggunakan patung atau berhala atau gambar sebagai alat "bantu" doa dan penyembahan terhadap Allah Pemimpin Agung alam semesta yang tidak lain adalah Bapa anda sendiri di sorga!
Suatu Peringatan dan Janji yang Sejati
Kita telah melihat bahwa Allah melarang umat manusia membuat suatu bentuk apapun yang dipergunakan untuk mewakili diriNya: "Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku, tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku." (Keluaran 20:5-6). Tidak seperti kebanyakan terjemahan modern, naskah Masora sesungguhnya memelihara poin penting yang menyatakan bahwa belas kasihan Allah diluaskan menyebar sampai ke ribuan generasi (Mazmur 105:11).
Karena Allah adalah Bapa kita, maka Ia benar-benar mengusahakan kesejahteraan abadi kita. Ia memiliki rasa cemburu untuk mempertahankan kita dan oleh karenanya Ia tidak akan membiarkan anak-anakNya untuk menyembah berhala/ilah-ilah yang sesat. Dan hal ini tentu saja adalah untuk kebaikan kita! Jika kita tetap melakukan penyembahan yang berhala dan sia-sia, maka Allah mengatakan bahwa Ia akan membalaskan ketidak baikan kita atas anak-anak dan cucu-cucu dan cicit kita. Terdapat banyak sekali hal yang terkait di dalam pernyataan dan prinsip ini tetapi hanya terdapat satu arti yang langsung dan jelas di dalam konsteks ini. Jika di dalam penyembahannya manusia menggunakan suatu berhala atau gambar untuk mewakili Allah sehingga menjurumuskannya di dalam penyembahan yang salah, maka sesungguhnya mereka tidak hanya menyakiti diri mereka sendiri tetapi juga anak-anak dan cucu-cucu mereka. Prinsip yang harus diingat disini adalah bahwa ide penyembahan mereka yang salah dan sesat akan diteruskan kepada anak-anak mereka. Hal ini akan sungguh-sungguh merusak dan menghancurkan kehidupan dan kebahagiaan anak-anak mereka tersebut! Adalah hal yang buruk dan serius perihal meneruskan konsep yang sesat tentang Allah kepada anak-anak anda. Hal ini adalah salah satu hal buruk yang dapat dilakukan oleh seorang orang tua kepada anaknya! Sudahlah jelas bagi orang yang mempercayai Alkitab bahwa penyembahan berhala dan "ilah-ilah" yang sesat telah benar-benar menghancurkan kehidupan jutaan umat manusia. Dengan terputusnya dari pengetahuan sang Pencipta, jutaan umat manusia tidak mengetahui bahwa mereka telah disesatkan oleh Setan (Wahyu 12:9), dan yang terhasilkan adalah bahwa mereka mengalami banyak peperangan, rumah tangga yang retak, kelaparan yang sangat, perbudakan, dan segala kesusahan dan kehancuran umat manusia yang jauh dari apa yang pernah bisa di bayangkan!
Tetapi bersama dengan peringatan ini, Allah juga memberikan suatu janji belas kasihan bagi mereka yang berkeinginan untuk menyembah Allah seperti apa yang telah Ia perintahkan. Di dalam kasus ini, Ia adalah Allah yang pengasih dan penuh belas kasihan, serta yang menunjukkan belas kasihan kepada ribuan orang yang mencintai diriNya dan yang melakukan perintah-perintahNya. Suatu hal yang kontras adalah bahwa Allah hanya akan memberikan pembalasan terhadap kesalahan para bapa kepada generasi ke tiga atau empat mereka, sebelum akhirnya Ia memberikan suatu penghukuman yang berbelas kasihan dan memimpin kepada kebenaran. Ia menunjukkan belas kasihan kepada ribuan generasi! Allah memanggil manusia untuk menghadap kepada diriNya di dalam keberadaan alam rohNya, yaitu untuk menyembah Pencipta mereka secara langsung. Manusia memang memiliki Allah yang agung dari alam semesta ini sebagai Bapa pribadi mereka. Mereka bahkan dapat berjalan bersama dengan diriNya dan berbicara dengan diriNya setiap hari. Dan jika manusia berhenti menyembah Allah dengan benar dan menghentikan hubungan yang sangat dekat denganNya, maka sesungguhnya ia sedang menghancurkan karakternya sendiri, yaitu pelanggaran perintah Allah. Inilah sesungguhnya arti dan kekuatan dari perintah kedua.

Prepared by:
Bambang Wiyono
081 2327 3886
Website:
http://muridyesuskristus.blogspot.com
Milis :
http://groups.yahoo.com/group/fullgospel_indonesia
Catatan : Sebagai umat Kristen, kita harus hidup seperti Yesus Kristus hidup ( I Yoh 2:6 ), yaitu mentaati dan melaksanakan KESEPULUH PERINTAH ALLAH, jangan sampai ada satu perintahNya yang dilanggar, agar kita hidup berkenan dihadapanNya

Perintah Ketiga

Perintah Ketiga
Oleh : Roderick C. Meredith, Living Church of God
Apakah Allah adalah Pribadi yang benar-benar paling utama di dalam kehidupan pribadi anda? Hasil suatu polling jajak pendapat yang dilakukan pada 1.500 murid universitas menunjukkan bahwa mereka memiliki dua nilai dari apa yang mereka sembah: yang pertama adalah terhadap diri sendiri, keluarga dan teman; dan yang kedua adalah kepada umat manusia (secara umum) dan kemudian Allah. Dari sini dapatlah di lihat bahwa Allah mendapatkan kedudukan yang paling bawah di dalam pikiran para orang muda yang "terpelajar" tersebut! Walaupun begitu, di dalam polling pendapat yang sama, 90 persen dari mereka yang diberi pertanyaan menunjukkan adanya kepercayaan di dalam Allah. Kejenuhan rohani dan ketidak hormatan akan Allah, serta kecuekan rohani terhadap pekerjaan dan kekuasaan Allah sesungguhnya adalah suatu indikasi yang jelas akan suatu tren yang berkembang, bahkan dikalangan orang yang pergi ke gereja dan umat Kristen sekalipun. Orang memang suka berbicara tentang agama dan Allah, namun mereka tidak mau menghormati kekuasaan dan namaNya. Di dalam penyakit kanker rohani inilah terdapat biji kehancuran peradaban Barat!
Perintah Yang Ketiga
Di dalam mendiskusikan perintah yang pertama dan kedua, kita mengetahui bahwa kita harus menjaga diri kita dan menjauhi segala hal yang memimpin kita untuk membuat ilah/berhala dari hal apapun dan menempatkannya pada posisi Allah yang benar. Demikian juga kita telah mempelajari bahwa Allah memerintahkan kita untuk menyembahNya secara langsung, berjalan bersama dengan diriNya, berbicara denganNya, serta untuk benar-benar mengenal dan menyembahNya di dalam roh dan kebenaran, dan untuk menghindari penggunaan gambar, atau obyek jasmani apapun yang dapat digunakan sebagai "alat bantu" untuk menyembah atau "mengingatkan" kita akan Allah Pencipta yang agung. Sedangkan perintah yang ketiga adalah perintah yang berkenaan dengan nama Allah, pekerjaan dan kedudukanNya sebagai Pemimpin yang agung dari alam semesta: "Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan." (Keluaran 20:7). Di dalam Alkitab, nama seorang indivu tersebut memiliki arti. Nama asli Ibrani dari Abram diganti menjadi Abraham. Hal ini dilakukan oleh karena nama Abraham memiliki arti "bapa dari banyak bangsa". Abraham ditakdirkan untuk menjadi "bapa dari banyak bangsa" (Kejadian 17:5). Demikianjugalah hal ini dengan nama Allah.
Nama Allah Menyatakan Allah Yang Anda Sembah
Setiap nama atau gelar yang berasal dari Allah pada kenyataannya menyatakan beberapa atribut dari karakter yang agung. Di dalam mempelajari firman Allah, kita akan mempelajari hal-hal yang baru tentang alam dan karakter Allah di dalam setiap nama baruNya di mana Ia menyatakan diriNya. Allah memberikan nama kepada diriNya sesuai dengan alam keadaanNya sendiri! Jika seorang manusia menggunakan nama Allah dengan cara yang tidak pantas dan hormat, maka orang tersebut menolak Allah dan karakterNya. Hal ini adalah merupakan pelanggaran perintah yang ketiga. Allah menyatakan melalui Yesaya: "Dengarlah firman ini, hai kaum keturunan Yakub, yang menyebutkan dirinya dengan nama Israel dan yang adalah keturunan Yehuda, yang bersumpah demi nama TUHAN dan mengakui Allah Israel -- tetapi bukan dengan sungguh-sungguh dan dengan tulus hati" (Yesaya 48:1).
Bangsa yang mana nubuatan ini ditujukan adalah bangsa yang menggunakan nama Allah tetapi yang gagal untuk mematuhi wahyu Allah yang terkandung di dalam namaNya. Mungkin mengejutkan kelihatannya, yaitu bahwa banyak orang beragama yang mengucapkan nama Allah berulang-ulang baik di dalam khotbah dan doa. Pada kenyataannya, mereka menyia-nyiakan nama Allah untuk suatu tujuan atau kegunaan yang tidak baik! Perintah aslinya berbunyi: "Tuhan tidak akan membiarkan orang yang menyia-nyiakan namaNya tidak bersalah." Kata Ibrani yang diterjemahkan ke dalam frasa "tidak bersalah" juga dapat diterjemahkan sebagai "tak bercacat". Sehingga dengan kalimat yang lain, perintah aslinya akan berbunyi, "Tuhan tidak membiarkan seorang individu yang menyia-nyiakan namaNya "tak bercacat"". Ujian terhadap ketidak cacatan rohani dari seorang manusia adalah dengan mengetahui bagaimanakah sikap orang tersebut terhadap nama Allah! Kita tidak bercacat atau bercacat ditentukan dari bagaimanakah kita menyebut nama Allah, apakah kita menyebut namaNya bagi dan di dalam kebenaran atau apakah kita menyebut namaNya bagi suatu hal yang sia-sia? Sadarkah anda apakah artinya hal ini? Dengan jelas hal ini memiliki arti bahwa adalah lebih baik bagi seorang manusia, jika ia memang benar-benar di dalam keraguan-raguan agama, untuk tidak menggunakan kata Allah di dalam perbendaharaan katanya, dibandingkan dengan seorang umat Kristen yang berbicara tentang Allah tetapi yang menolakNya di dalam kehidupan kesehariannya!
Di dalam doa Bapa kami, kita diperintahkan untuk "menghormati" nama Allah. Sedangkan perintah ketiga berhubungan secara langsung dengan menghormati nama Allah. Inilah salah satu poin terbesar dari hukum rohani Allah yang abadi bagi hal yang sangat penting ini! Bagaimanapun juga, baiklah pertama kali kita menjelaskan, terutama bagi mereka yang memiliki pemikiran yang salah, bahwa perihal menghormati nama Allah tersebut bukanlah berusaha mengucapkan nama Allah di dalam bahasa Ibrani atau Yunaninya atau belajar mengucapkannya di dalam bahasa-bahasa asli Alkitabnya! Beberapa sekte mempermasalahkan hal ini. Beberapa menyatakan bahwa "Jehovah" adalah nama dari Bapa, atau "Yahweh" atau "Yahveh", sementara yang lainnya menggunakan beberapa variasi nama yang berbeda. Pada kenyataannya, semenjak semua orang menyadari bahwa vokal/huruf hidup di dalam bahasa Ibrani tidak dituliskan, maka tidak seorang pun yang mengetahui secara tepat tentang bagaimanakah sesungguhnya nama Ibrani Allah harus diucapkan! (Untuk membuktikan bahwa "Allah" adalah sesungguhnya nama Bapa, anda dapat memesan artikel reprint kami yang berjudul "The Truth About Sacred Names")
Menggambarkan kebesaran suatu nama, Moulton-Milligan' s Vocabulary of the Greek Testament menyatakan: "Dengan suatu penggunaan yang sama dengan Ibraninya.........[onoma, "nama"] dituliskan di dalam Wasiat Baru untuk menunjuk kepada "karakter", "nama", "kekuasaan" dari orang yang diindikasikan" (halaman 451). Dan bahkan lebih penting, patutlah diketahui bahwa Allah sendiri mewahyukan Daniel dan Ezra untuk menggunakan kata di dalam bahasa Aramaik untuk menyatakan diriNya. Hal ini terdapat di dalam sembilan bab Alkitab yang mereka tulis di dalam bahasa ini. Demikian pula penulis Wasiat Baru terwahyukan untuk menggunakan kata-kata dari bahasa Yunani untuk menyatakan Allah. Oleh karenanya, maka hal yang sangat penting tentu saja tidak terletak pada bunyi dari kata yang digunakan untuk menggambarkan Allah, tetapi justru pada arti yang dikandung oleh nama-nama tersebut! Dan karenanya, para ahli bahasa Alkitab yang cukup terhormat ini menunjukkan bahwa suatu nama pada kenyataannya menjelaskan tentang pekerjaan, kekuasaan dan bahkan karakter dari orang yang diwakili oleh kata tersebut. Nama-nama Allah menunjukkan kepada kita perihal seperti apakah Allah tersebut, yaitu bahwa mereka menyatakan karakterNya! Sekarang apakah anda benar-benar tahu seperti apakah Allah tersebut? Hormatkah anda kepada pekerjaan-pekerjaan dan namaNya seperti yang sudah selayaknya harus anda lakukan? Hendaklah anda kembali kepada Alkitab dan lihatlah!
Terungkapnya Keadaan Alami dan Karakter Allah
"Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi." (Kejadian 1:1). Di dalam ayat pertama Alkitab ini, Allah menyatakan diriNya dengan nama Ibrani "Elohim". Terdapat hanya satu Allah-tetapi memiliki lebih dari satu anggota di dalam Kepala Allah atau Keluarga Allah! Kata yang sama yaitu "Elohim" juga digunakan di dalam "Berfirmanlah Allah [Elohim]: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita." (Kejadian 1:26). Disini sangat jelas dapat dilihat, yaitu di dalam konteks bacaan ini sendiri, bahwa terdapat lebih dari satu pribadi yang menggunakan nama Allah-Elohim. Di dalam Wasiat Baru hal ini menjadi jelas dengan dinyatakannya bahwa Allah Bapa telah menciptakan segala sesuatunya oleh dan melalui Yesus Kristus yang memang telah bersama-sama dengan Allah dan yang dari mulanya adalah Allah (Yohanes 1:1-14, Efesus 3:9).
Di dalam bacaan ini dengan jelas dinyatakan bahwa Allah itu terdiri lebih dari satu pribadi. Mereka adalah Allah Bapa dan "sang Firman"/sang Juru Bicara yang kemudian menjadi Yesus Kristus ketika dilahirkan ke dalam manusia daging. Hubungan Bapa-Anak ini menunjukkan bahwa Allah adalah sebuah keluarga. Sedangkan cara tentang bagaimanakah kata Elohim digunakan pada bacaan-bacaan awal Alkitab, yaitu pada kitab Kejadian dan beberapa tempat lainnya menandakan bahwa Allah adalah sebuah keluarga atau kerajaan yang anggotanya adalah Pencipta! Ketahuilah bahwa adalah menarik jika kita mengetahui bahwa Elohim adalah suatu kata yang memiliki sifat jamak di dalam bentuknya tetapi yang dapat digunakan di dalam bentuk tunggal ataupun jamak sesuai dengan konteksnya. Allah, sebagai Pencipta, adalah Pemimpin atas ciptaanNya. Kita menemukan bahwa sejenak setelah peristiwa penciptaan pria dan wanita pertama, Allah memberikan kepada mereka berdua berkat dan perintah: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." (Kejadian 1:28).
Jadi ingatlah bahwa Allah yang benar adalah memang Pemimpin/Penguasa, yang harus anda patuhi karena Ialah yang menciptakan anda dan yang memberikan anda nafas kehidupan! Di dalam berhubungan dengan Abraham, Allah terkadang memanggil diriNya "El Shaddai", yang artinya "Allah yang Maha Kuasa". Dan karenanya haruslah kita mengingat bahwa Allah adalah sumber dari segala kekuatan! NamaNya haruslah diagungkan oleh karena nama tersebut berhubungan dengan Pribadi yang merupakan sumber dari segala kekuatan dan kekuasaan. Nama yang biasanya diterjemahkan ke dalam kata "Tuhan" di dalam Wasiat Lama, pada kenyataannya diterjemahkan dari huruf Ibrani YHWH, yang terkadang dituliskan sebagai YAHWEH atau YAHVEH. Kata ini adalah kata Ibrani asli yang memiliki arti "Yang Abadi" atau "Yang Selalu Ada". Kata ini digunakan dan diartikan di dalam Kejadian 21:33: "Lalu Abraham menanam sebatang pohon tamariska di Bersyeba, dan memanggil di sana nama TUHAN, Allah yang kekal." Kata Ibrani ini, yang sering diterjemahkan sebagai "Jehovah" pada beberapa versi revisi, sebenarnya menunjuk kepada karakter Allah yang abadi/selalu hidup dan juga kepada pekerjaan abadiNya di dalam hal perjanjianNya dengan mereka yang telah Ia ciptakan. Allah adalah memang Pribadi yang selalu ada dan yang akan selalu ada untuk memberikan berkat-berkatNya, janji –janjiNya dan perjanjianNya kepada orang-orangNya!
Allah kita adalah abadi, Pribadi yang selalu ada. Diseluruh firmanNya, nama Allah dihubungkan dengan sifat diriNya, kekuatanNya, keberadaan abadiNya, belas kasihNya, kesetiaanNya, kebijakanNya, dan kasihNya. Perhatikanlah bagaimana nabi Daud menghubungkan nama Allah dengan kekuatan Allah: "Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu di seluruh bumi! Keagungan-Mu yang mengatasi langit dinyanyikan... .Jika aku melihat langit-Mu, buatan jari-Mu, bulan dan bintang-bintang yang Kautempatkan:" (Mazmur 8: 1-4). Disini Allah digambarkan sedang memberikan keagunganNya melampaui langit-langit! Setelahnya Daud menunjukkan bahwa Allah adalah Pribadi yang telah menciptakan langit-langit, bumi dan manusia. Oleh karenanya, tidak mengherankan jika nama dan pekerjaan Allah harus di hormati!
Di dalam percakapan kita setiap hari, sering kita mengutuki nama Allah yang sangat suci! Kita menggunakan nafas kita untuk mengutuk nama dari Dia yang memberikan kepada kita kehidupan. Nafas yang adalah hasil pemberian, kita gunakan untuk mengutuk nama Pribadi yang memberi nafas kepada kita! Banyak kali kita menggunakan suatu "ekpresi kalimat" yang mana kita memohon kepada Allah untuk mengutuki "seseorang". Baik orang miskin maupun kaya sering mengeluarkan kata-kata kotor dari mulut mereka. Mereka sering melakukan hal ini hanya untuk membuktikan "kejantanan/kehebatan", atau menghindari suatu tuduhan/asumsi terhadap diri mereka! Walaupun begitu, amatlah tidak mungkin menggunakan kata ini dengan rasa hormat jika dialamatkan kepada seseorang karena frasa ini memiliki arti yang sangat tidak baik. Dengan mengikutsertakan nama Allah di dalam frasa ini sungguh adalah merupakan suatu perbuatan yang tidak baik, karena Allah tidak pernah berkeinginan untuk melakukan hal yang kita ingin Ia lakukan. Allah tidak pernah berkeinginan untuk "mengutuk" seorang manusia di dalam cara yang kita pikirkan! Sungguh pikiran yang seperti ini adalah bida'ah yang menjijikkan! Hendaklah kita selalu mengingat bahwa pekerjaan Allah adalah pekerjaan keselamatan. Allah tidak akan mencabut pemberian hidup abadi kepada seorang manusia selama orang tersebut tidak menolak jalan Allah. Allah akan mencabut pemberian yang penting ini hanya jika dengan keinginan dan pilihannya sendiri, orang tersebut menolak jalan Allah. Ia berkata, "Bukankah tangan-Ku yang membuat semuanya ini, sehingga semuanya ini terjadi? demikianlah firman TUHAN. Tetapi kepada orang inilah Aku memandang: kepada orang yang tertindas dan patah semangatnya dan yang gentar kepada firman-Ku" (Yesaya 66:2). Kita pun juga harus memiliki karakter yang sama seperti yang dikatakan di dalam ayat tersebut berkenaan dengan rasa takut dan hormat ilahi terhadap nama Allah. Nama Allah mewakili secara langsung karakter, firman dan tujuan dari Allah sendiri.
Bolehkah Kita Bersumpah?
Pada saat ini manusia tidak hanya terbiasa untuk tidak menghormati nama Allah dan menyumpahi nama Allah untuk menjamin nazar mereka, tetapi mereka bahkan memohon dengan nama Allah di dalam bentuk sumpah atau nazar di dalam banyak upacara legal. Yesus Kristus mengatakan: "Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah, maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota Raja Besar." (Matius 5:34-35). Nama Allah sangatlah suci dan agung yang mana kita diperintahkan untuk tidak menggunakannya untuk menjamin kata-kata kita atau nazar kita! Bangsa Amerika adalah bangsa yang didirikan oleh orang-orang yang berkebiasaan membaca Alkitab dan mereka memberikan ijin bagi warga negaranya untuk memiliki kebebasan beribadah. Jika petugas negara menyuruh seorang warga negara mengangkat tangan dan "bersumpah", mereka mengetahui bahwa ketentuan tersebut dibuat sehingga anda dapat menggunakan kata "menegaskan" dan bukannya bernazar. Dan patutlah diketahui bahwa pernyataan "penegasan" dari orang yang takut akan Allah dapat lebih dipercaya dibandingkan sepuluh ribu nazar yang diberikan oleh seorang pembohong yang duduk di kursi saksi! Ketidaksopanan para pelaku bisnis, ahli politik, dan bahkan profesor di universitas dengan menyia-nyiakan nama Allah di kursi saksi telah membuktikan kebenaran dari pernyataan ini!
Gelar Keagamaan Yang Harus Dihindari
Berbicara tentang penggunaan ekspresi tertentu sebagai gelar keagamaan, Kristus mengatakan: "Dan janganlah kamu menyebut siapa pun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga." (Matius 23:9). Meskipun terdapat suatu penyalahgunaan yang sangat nyata dan jelas dari perintah ini pada beberapa organisasi keagamaan yang ada, pernyataan dari firman Allah ini adalah jelas bagi orang yang ingin mematuhinya. Satu-satunya Bapa rohani kita adalah Allah! Penerapan apapun bagi kata "bapa" yang digunakan bagi gelar keagamaan seorang manusia adalah suatu penghinaan bagi sang Pencipta yang telah menciptakan seluruh manusia. Manusia yang penuh dengan ketidak sempurnaan dan kelemahan menggunakan gelar seperti itu kepada diri mereka sendiri dengan asumsi sebagai gelar yang agung. Tentu saja kita harus memanggil orang tua pria jasmani kita "bapa", seperti yang Allah perintahkan di dalam perintah kelima. Suatu kesalahan umum dari nama suci adalah penggunaan istilah "reverend/pendeta/vicar" bagi manusia... .baik dia seorang minister/bukan, karena Allah hanya menggunakan gelar ini kepada diriNya sendiri: "Dikirim-Nya kebebasan kepada umat-Nya, diperintahkan-Nya supaya perjanjian-Nya itu untuk selama-lamanya; nama-Nya kudus dan dahsyat." (Mazmur 111:9). Kata "reverend" sesungguhnya harus digunakan hanya bagi pribadi yang memang layak untuk disembah! Yang pada kenyataannya tidak terdapat seorang manusia pun yang layak untuk mendapatkan gelar yang seperti ini! Bahkan pelayan Allah seperti rasul Paulus terwahyukan untuk menuliskan: "Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik." (Roma 7:18). Oleh karenanya, setiap orang yang mempertimbangkan dirinya berharga untuk disembah, atau berhak untuk mendapatkan gelar "yang terhormat", akan pada suatu hari nanti bertobat dari pelanggaran perintah yang ketiga.
Dosa Yang Paling Sering Dilakukan
Di dalam mengajar murid-muridNya dan bahkan kita pada saat ini tentang bagaimanakah cara untuk berdoa, Yesus Kristus memberikan kepada kita semua suatu teladan yang baik untuk mendekatkan diri kepada Allah Yang Maha Kuasa dan untuk memiliki sikap hormat untuk menghormati pekerjaan dan namaNya. Di dalam frasa pembuka dari "Doa Bapa Kami/The Lord's Prayer," beberapa terjemahan Alkitab memiliki kesalahan di dalam hal pemberian tanda baca. Setelah frasa yang menyatakan pendekatan umat manusia kepada Allah yang berbunyi, "Bapa kami yang ada di sorga", sesungguhnya terdapat tiga permintaan yang dihubungkan bersama. Yang kemudian diikuti oleh suatu klausa yang menyatakan keadaan dari ketiganya dan bukan yang terakhir saja. Penterjemahan yang tepat sebenarnya adalah sebagai berikut: "Bapa kami yang ada di sorga, diagungkanlah namaNya, datanglah kerajaanMu, terjadilah kehendakMu, di sorga seperti di bumi."
Frasa "di sorga seperti di bumi" memiliki acuan tidak hanya kepada "terjadilah kehendakMu", tetapi juga kepada "datanglah kerajaanMu, dan kepada "diagungkanlah namaMu". Tiga perihal dari pengagungan nama Allah, kedatangan kerajaanNya, dan melakukan kehendakNya adalah hal-hal yang ada di dalam "Doa Bapa Kami". Ketiganya adalah merupakan fasa-fasa yang berbeda dari hal yang sama. Kita mengagungkan nama Allah dengan menyerahkan diri kita kepada kerajaan dan pemerintahanNya, dan dengan melakukan kehendakNya serta mematuhi hukum-hukumNya. Mempertahankan nama Allah secara fonetik sebagai suatu bentuk penghormatan adalah merupakan sebagian kecil dari pemenuhan perintah ketiga. Yesus bertanya: "Mengapa kamu berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan?" (Lukas 6:46). Berdoa tanpa kepatuhan adalah suatu bentuk samar dari penghujatan! Orang yang menganggap dirinya agamais yang berbicara tentang agama dan Allah kepada orang lain, tetapi yang tidak mematuhi firman dan hukumNya sesungguhnya bersalah atas dosa yang lebih besar dibandingkan dengan mereka yang melakukan tindakan kedagingan tetapi yang tidak berpura-pura jika mereka memang melakukannya. Kemunafikan kaum beragama sesungguhnya lebih buruk dari pada tindakan pengumpatan yang dilakukan oleh orang di luar sana. Adalah suatu tindakan hujat dan penyia-nyiaan nama Allah jika seorang manusia memuji Allah, tetapi di sisi yang lain ia memberontak terhadap jalan dan hukum Allah! Demikian pula orang yang menyampaikan khotbah dan berdoa dengan kata-kata yang indah serta kusyuk tetapi yang melanggar perintah Allah, bahkan yang kecil sekalipun (Matius 5:19), sudah dikatakan melakukan penghuj atan ketika berdoa! Bagaimanapun juga, walaupun manusia seperti ini dapat menyesatkan dunia, ia tidak pernah dapat menyesatkan Allah!
Berbicara tentang "ahli agama" di zamanNya yang menolak untuk melakukan kepatuhan yang total kepada kehendak dan hukum Allah, Yesus mengatakan: "Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu, hai orang-orang munafik! Sebab ada tertulis:
Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia." (Markus 7:6-7) Di dalam cara yang sama banyak orang yang pada saat ini mengakui Allah dengan bibir mereka, tetapi yang menyia-nyiakan Allah di dalam penyembahan mereka! "Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga." (Matius 7:2 1). Oleh karenanya, maka penyembahan mereka tersebut adalah sia-sia.
Biarlah Allah memberikan kepada anda keinginan untuk mematuhi kehendak dan hukumNya! Biarlah anda belajar untuk menyembahNya di dalam roh dan kebenaran. Biarlah anda belajar untuk menghormati dan mengagungkan nama besarNya. Ingatlah bahwa hal ini perlu anda lakukan karena namaNya mewakili kekuatan, kebijakan, kesetiaan, kasih, kebaikan dan kesabaran dan belas kasihNya yang tak terbatas. Hal ini mewakili karakter, dan pekerjaan, dan kebesaran hati dari Allah yang berkuasa untuk mengatur alam semesta!
Prepared by:
Bambang Wiyono
081 2327 3886
Website:
http://muridyesuskristus.blogspot.com
Milis :
http://groups.yahoo.com/group/fullgospel_indonesia
Catatan : Sebagai umat Kristen, kita harus hidup seperti Yesus Kristus hidup ( I Yoh 2:6 ), yaitu mentaati dan melaksanakan KESEPULUH PERINTAH ALLAH, jangan sampai ada satu perintahNya yang dilanggar, agar kita hidup berkenan dihadapanNya

Perintah yang Keempat

Perintah yang Keempat
Oleh : Roderick C. Meredith, Living Church of God
Mengapakah anda dilahirkan? Apakah arti dari pada hidup anda? Apakah yang dimaksud dengan tujuan kehidupan yang sesungguhnya? Serta hukum-hukum kehidupan apakah yang harus diketahui sehingga tujuan kehidupan tersebut dapat dicapai? Sebarapa lamakah waktu yang anda habiskan setiap minggunya untuk memikirkan pertanyaan-pertanyaan yang penting ini? Kebanyakan orang sangat sibuk dengan urusan sehari-hari mereka untuk mengusahakan hal-hal yang mereka ingin selesaikan sehingga mereka tidak memiliki waktu yang cukup untuk mempelajari hal-hal yang rohani tentang kehidupan. Jika ditanya tentang pelajaran Alkitab atau doa, kebanyakan orang akan menjawab bahwa "tidak ada waktu yang cukup" untuk melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan seperti itu.
Karena mereka terlalu sibuk dengan pekerjaan mereka pada pagi dan siang hari, demikian juga dengan tv, film, pesta dan olah raga di sore hari dan akhir pekan, maka rata-rata orang Amerika benar-benar tidak memiliki pengetahuan agama yang baik bahkan di dalam hal yang paling mendasar sekalipun. Dengan secara kekanak-kanakan mereka menolak kebenaran Alkitab yang mendasar, suatu penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan orang Amerika tidak dapat menyebutkan empat kitab Injil dengan benar! Sungguh bagi mereka Allah adalah Pribadi yang kelihatannya sangat jauh. Suatu pandangan umum adalah bahwa Alkitab hanyalah suatu kitab yang hanya untuk dibaca dan dipahami oleh "orang-orang tua dan pemberita Injil". Walaupun begitu, mereka mengatakan bahwa mereka "berharap agar kehidupannya menjadi lebih baik" suatu hari nanti. Oleh karenanya, maka pertanyaan yang ada sesungguhnya adalah kapankah? Kapankah mereka akan benar-benar memiliki waktu untuk sungguh-sungguh mengenal Allah? Kapankah mereka akan menyisihkan waktu untuk belajar Alkitab, berdoa kepada Allah Bapa serta bermeditasi akan hukum-hukum dan tujuan kehidupan? Mungkin saja jawaban dari kebanyakan orang adalah bahwa "mereka tidak pernah memiliki waktu". Memang mereka tidak akan pernah memiliki waktu jikalau mereka tidak belajar untuk mematuhi perintah Allah yang keempat! Kepatuhan terhadap perintah yang amat tidak diketahui ini adalah suatu faktor yang dapat membawa kehidupan seorang pria dan wanita mendekat kepada Allah sang Pencipta, dan kepada berkat-berkatNya serta bimbinganNya secara langsung.
Perintah Keempat Dinyatakan
Kita telah mendiskusikan dosa yang telah sangat lazim dilakukan oleh orang yaitu dengan menempatkan ilah lain di tempat Allah yang benar. Kita juga telah mempelajari bahwa Allah telah memerintahkan kita untuk menyembah diriNya secara langsung dan untuk menghindari segala penggunaan berhala, gambar, atau obyek untuk "mengingatkan" kita akan Pencipta yang agung, atau sebagai suatu "alat bantu" untuk menyembah diriNya. Kita pun juga telah diperingatkan akan kesia-siaan dari menggunakan nama Allah secara tidak benar. Hal ini disebabkan oleh karena nama Allah tersebut menyatakan kekuasaanNya, karakterNya, kekuatanNya, serta pekerjaanNya sebagai Pemimpin yang agung dari alam semesta ini. Pada kenyatannya, perintah yang keempat tersebut melengkapi bagian pertama dari Kesepuluh Perintah/Dekalog yang berkenaan dengan hubungan antara manusia dengan Allah. Perintah ini menciptakan suatu perayaan/ibadah abadi dari suatu tanda persahabatan antara Allah dan manusia. "Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat: enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu. Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya" (Keluaran 20:8-11).
Di dalam kesepuluh perintah, perintah keempat adalah perintah yang memiliki penjelasan paling panjang. Perintah ini diletakkan di tengah-tengah perintah yang lainnya dan karenanya terlindung. Bagaimanapun juga, perintah ini adalah perintah yang mana manusia sering "beralasan" untuk tidak melakukannya, dan berargumentasi tentangnya. Bahkan mereka berusaha untuk menghancurkan dan menjauhkannya dari perintah-perintah lainnya. Perhatikanlah bahwa perintah ini di buka dengan kata perintah "ingatlah". Hal ini membuktikan bahwa perintah tentang hari Sabat ini pada kenyataannya sudah dipahami oleh orang-orang pilihan Allah. Dan ketika Allah membuat hari Sabat sebagai suatu bagian dari perjanjianNya maka Allah mengingatkan mereka tentang perintah rohani yang sesungguhnya telah mereka pahami. "Ingatlah hari Sabat, untuk selalu mengkuduskannya." Jika anda diperintahkan untuk "mempertahankan" air di dalam keadaan dingin, maka anda pasti akan menjaga air tersebut untuk tetap dingin dan bukannya panas. Manusia fana tidak dapat membuat suci sesuatu hal. Oleh karenanya, untuk memahami secara penuh perihal penting dari perintah yang agung ini, kita butuh untuk belajar siapakah yang mengkuduskan hari Sabbat dan kapankah hari ini dirayakan! Yesus mengatakan: "Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat." (Markus 2:27-28). Perhatikanlah bahwa disini Yesus mengatakan hari Sabat "diadakan/dibuat", dan karenanya maka hari Sabat pasti memiliki seorang Pribadi untuk mengadakannya/membuatnya. Perhatikan juga bahwa Yesus tidak mengatakan bahwa Sabat hanya dibuat untuk orang Yahudi, tetapi untuk manusia. Dengan kata lain, hari Sabat adalah hari yang diperuntukkan bagi semua umat manusia. Kemudian Yesus menyatakan bahwa diriNya adalah "Tuhan" atas hari Sabat. Di dalam pernyataan ini dengan jelas Ia menyatakan diriNya sebagai Tuhan atas hari Sabat dan bukannya Penghapus/Peniada hari Sabbat. Di dalam kehidupanNya sebagai manusia Yesus merayakan hari Sabat. Banyak ayat di dalam keempat Injil yang menceritakan tentang instruksi-instruksiNya kepada para muridNya yang berkenaan dengan perihal bagaimanakah hari Sabat harus dirayakan. Demikian pula Yesus meluruskan cara perayaan hari Sabat yang benar dan membebaskannya dari tradisi-tradisi orang Yahudi yang di tambah-tambahi. Tetapi sebelum melanjutkan, marilah kita menjawab pertanyaan: "Siapakah yang menciptakan hari Sabat?"
Siapakah Yang Menciptakan hari Sabat?
Di dalam memahami perintah yang diperuntukkan bagi kita untuk mengingat hari Sabat dan mempertahankan kekudusannya, serta untuk memahami siapakah yang menciptakan hari Sabat pada mulanya, maka kita butuh untuk melihat kembali catatan kisah dari permulaan ciptaan Allah. Wasiat Baru memberikan kepada kita suatu kisah yang penting mengenai hal ini di dalam bab pertama Injil Yohanes. "Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan." (Yohanes 1:1-3). Disini kita menemukan bahwa Yesus Kristus digambarkan sebagai sang "Firman" (atau "Juru Bicara" menurut terjemahan yang lebih baiknya dari bahasa Yunani). Bacaan ini menyatakan kepada kita bahwa sesungguhnya Yesus itu sudah ada bersama-sama dengan Bapa dari permulaannya. Lebih jauh lagi dinyatakan bahwa tidak ada suatu pun yang tercipta tanpa Yesus Kristus! Sebagai Pribadi kedua di dalam Kepala Allah, Bapa menggunakan Yesus Kristus sebagai Pribadi yang mana segala ciptaan tercipta. Berkenaan dengan perihal Allah, rasul Paulus mendapatkan wahyu untuk menulis, "yang menciptakan segala sesuatu melalui Yesus Kristus," (Efesus 3:9).
Di dalam kitab Ibrani, kita menemukan Kristus yang digambarkan sebagai Anak Allah "maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta." (Ibrani 1:2). Dari ayat ini dan banyak bacaan Alkitab lainnya kita ditunjukkan kepada suatu kenyataan bahwa sesungguhnya Ia adalah pribadi di dalam Kepala Allah yang kemudian menjadi Yesus Kristus. Ia jugalah yang melakukan pekerjaan penciptaan. Ialah satu-satuNya Pribadi yang mengatakan "Jadilah terang dan terang itu jadi." Ia pulalah yang menciptakan dan menempatkan manusia di bumi, yaitu di Taman Eden. Secara khusus, berkenaan dengan pekerjaan penciptaanNya, penulis kitab Kejadian terwahyukan untuk menyatakan: "Ketika Allah pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu, berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu. Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu" (Kejadian 2:2-3).
Yesus mengatakan bahwa Sabat diciptakan untuk manusia. Sabat diciptakan oleh Dia yang di masa kemudian menjadi Yesus Kristus! Sabat dibuat sebagai suatu hal yang mendasar di dalam lingkungan kehidupan manusia dan yang diciptakan oleh Allah di dalam tujuh hari penciptaan. Perhatikanlah bahwa disini Allah "memberkati" hari ketujuh dan "mengkuduskan"nya. Hal "penghormatan" semacam ini tidaklah diberikan kepada enam hari lainnya. Ketika Allah memberkati sesuatu, Ia memberikan segala yang ada di dalam maksud, tujuan dan keberadaanNya di dalam sesuatu hal tersebut. Kata "mengkuduskan" berarti memisahkan sesuatu hal bagi tujuan dan kegunaan yang suci. Oleh karenanya, kita dapat melihat bahwa di dalam "penciptaan", Allah yang maha kuasa memberikan keinginaanNya kepada "waktu" dan memisahkan "waktu" bagi suatu tujuan dan kegunaan yang suci.
Sabat Adalah Suatu Berkat
Dengan jelas hal penting di dalam latar belakang Sabat ini memberikan arti tambahan kepada perintah Allah yang berbunyi: "Ingatlah hari Sabat, untuk memelihara kekudusannya." Melalui Yesus Kristus, Allah membuat hari ketujuh dari satu minggu sebagai hari yang suci, dan dengan kekuasaanNya sebagai Pencipta Ia memerintahkan kita untuk menguduskannya! Sabat, oleh karenanya, adalah suatu saat yang suci. Hari ini diciptakan bagi manusia untuk menjadi suatu berkat yang besar bagi seluruh umat manusia! Pencipta kita mengetahui bahwa kita akan membutuhkan suatu masa istirahat dan beribadah pada tiap hari ketujuh, dan inilah sesungguhnya tujuan yang mendasar dari diciptakannya hari Sabat. Setiap dari kita memiliki suatu kecenderungan untuk sibuk dan berkutat dengan kegiatan, pekerjaan, serta kesenangan keseharian kita selama satu minggu. Pencipta kita mengetahui hal ini dan karenanya Ia mengkuduskan hari Sabat sebagai suatu saat yang suci, yang mana kita dapat dengan bersungguh-sungguh melupakan rutinitas keseharian kita serta mendekatkan diri kita kepada Allah sang Pencipta dengan belajar, merenung, dan berdoa. Di zaman yang modern seperti sekarang ini, umat manusia sebenarnya sangat membutuhkan saat/masa seperti ini. Hal ini dapat terjadi karena hari Sabat dapat memberikan umat manusia suatu hubungan yang baik dengan Allah Pencipta mereka. Sisihkanlah waktu untuk berpikir tentang Allah dan untuk menyembahNya, untuk berdoa, dan untuk mempelajari firmanNya, untuk merenungkan tujuan dari keberadaan hidup manusia serta hukum-hukum kehidupan Allah yang dinyatakanNya. Segala hal ini akan menambahkan kekuatan dan arti yang dalam bagi kehidupan manusia pada enam hari selanjutnya di dalam seminggu. Sabat adalah salah satu dari berkat terbesar yang pernah diberikan oleh Allah kepada keluarga manusia!
Perintah Yang Diperluas
Memahami bahwa perintah Sabat adalah suatu perintah yang sama mengikatnya dengan perintah yang melarang manusia untuk membunuh dan berbuat cabul, maka baiklah bagi kita untuk meneruskan pembahasan tentang segala aspek dan aplikasi dari perintah Allah ini bagi kehidupan keseharian kita pada saat ini. Jauh dari hanya sekedar menjelaskan suatu permasalahan, perintah keempat sesungguhnya berisi dua perintah dasar: Pertama adalah, "Ingatlah, dan peliharalah kekudusan hari Sabat.", dan yang kedua adalah, "Enam hari lamanya engkau harus melakukan pekerjaanmu dan kegiatanmu."
Di dalam kekuasaanNya Allah menyatakan bahwa enam hari pertama dari seminggu di khususkan bagi urusan dan pekerjaan manusia. Adalah kehendak Allah bagi umat manusia untuk bekerja dan mencari nafkah kesehariannya. Orang yang tidak bekerja atau tidak mau bekerja di dalam enam hari adalah orang yang sama salahnya dengan orang yang bekerja pada hari ketujuh! Orang yang tidak mau bekerja biasanya berpakaian asal-asalan, sedangkan pikirannya yang menganggur dan tangannya yang tidak bekerja pada umumnya memimpin dirinya untuk melakukan hal-hal yang tidak bermoral dan penuh dosa. Bagian kedua dari perintah Sabat sama mengikatnya dengan yang pertama! Orang yang tidak pernah mau bekerja adalah benar-benar tidak layak untuk menyembah Allah! Cara bekerja yang jujur dan penuh dengan tanggung jawab dan tujuan adalah merupakan suatu bentuk penyembahan dan kepatuhan kepada Allah. Kita hidup di dunia yang penuh berisi dengan segala hal yang kita perlukan secara jasmani, dan kita butuh untuk "bekerja" untuk mendapatkannya! Inilah memang hal yang diinginkan oleh Allah dari mulanya, manusia ditempatkan di taman Eden "untuk mengusahakan dan memeliharanya" (Kejadian 2:15).
Bagaimanapun juga, dengan cara yang sama, seseorang yang tidak pernah berhenti mencari nafkah dan mengusahakan bisnisnya untuk menyisihkan waktu bagi Allah dan menyembahNya pada hari ketujuh seperti yang telah diperintahkan oleh Allah, maka orang tersebut tidak akan dapat mencapai potensi dirinya secara maksimal di dalam pekerjaan, kepelayanan dan bahkan penyelesaian akan suatu permasalahan. Semenjak sang Penciptalah yang memerintahkan hari Sabat, maka kita dapat mematuhi dan merayakan hari Sabat dengan rasa percaya diri yang kuat. Kita percaya bahwa Allah akan memberkati dan menyediakan kebutuhan kita karena kita melakukan perintahNya. Hari Sabat akan benar-benar dapat menjadi suatu masa istirahat dan pengembalian kesegaran rohani yang baik.
Liburan Yang Terbayar
Secara normal, jika anda ingin mengambil cuti libur selama beberapa hari untuk beristirahat, anda sesungguhnya ingin untuk benar-benar terlepas dari segala urusan pekerjaan dan keuangan anda. Allah sebenarnya telah menjalankan suatu hukum yang besar dan agung. Kesepuluh Perintah Allah adalah hukum yang aktif dan hidup yang sama seperti hukum gravitasi. Hukum-hukum ini benar-benar ada dan bekerja secara otomatis. Dengan dukungan kekuatan Allah, hukum Sabat menyatakan bahwa jika anda berhenti bekerja dan menyembah Allah yang maha kuasa pada hari yang ketujuh di setiap minggunya, maka anda akan diberkati ketika anda bekerja selama enam hari. Hal ini akan memberikan kepada anda suatu berkat yang jauh lebih besar daripada apa yang dapat anda dapatkan jika anda bekerja di dalam hari Sabat Allah!
Sadarkah anda apakah yang dimaksudkan dengan hal ini? Ketahuilah bahwa Allah sesungguhnya sedang memberikan kepada kita satu masa libur gratis pada setiap hari ketujuh yang mana Allah sendiri yang membayar masa libur kita tersebut! Masa libur ini tidak hanya bertujuan untuk mengistirahatkan badan jasmani kita, tetapi juga menjadi saat untuk menyembah Allah, untuk menyegarkan keadaaan rohani kita, serta untuk merenungkan dan melatih tujuan-tujuan rohani dan hukum-hukum kehidupan yang Allah berikan kepada kita. Di dalam merayakan hari ketujuh yang telah disucikan oleh Allah, manusia sesungguhnya di bawa kepada suatu saat yang mendekatkan diri mereka kepada Allah Pencipta mereka. Semenjak Allah telah mengkhususkan dan menyucikan hari yang penting ini, maka keberadaan dan berkatNya adalah suatu bukti yang kuat dan nyata bagi dan di dalam hari ini.
Saat di mana kita hidup pada masa sekarang ini adalah merupakan saat di mana manusia sangat sibuk dengan kegiatan mereka. Kelihatannya manusia hanya memiliki waktu yang sangat sedikit atau bahkan tidak sama sekali untuk merenungkan tujuan rohani dan tujuan kehidupan mereka, suatu hal yang sesungguhnya perlu mereka pertimbangkan. Oleh karenanya, hendaklah kita mengetahui bahwa berkat yang besar dari hari Sabat Allah sesungguhnya adalah diberikannya saat bagi umat manusia untuk benar-benar berpikir dan mempertimbangkan pertanyaan-pertanyaan yang penting di dalam kehidupan mereka dan bahkan untuk berkomunikasi dengan Allah Pencipta kita yang hanya sedikit orang saja yang pernah menjalaninya. Perayaan hari Sabat yang benar akan membuat manusia memiliki hubungan yang baik dengan Allah! Tanpa hubungan yang dekat dengan Allah, maka kita akan terputus dari tujuan keberadaan kita, dari hukum-hukum yang mengatur kesuksesan atau kegagalan kita di dalam kehidupan, dari pemahaman tentang apakah diri kita, kemana kita akan pergi, dan bagaimanakah kita dapat ke sana. Tanpa hubungan yang dekat dengan Allah Pencipta kita, hidup manusia akan kosong, penuh dengan kekecewaan, dan kesia-siaan. Ingatlah, umat manusia membutuhkan suatu hubungan yang dekat dengan Allah. Mereka membutuhkan kekuatan dan pemahaman rohani yang baik, dan juga berkat dan bimbingan Allah yang akan mereka peroleh jika mereka merayakan hari Sabat Allah dengan benar.
Teladan Yesus
Yesus Kristus-seorang teladan yang baik dari bagaimanakah seorang Kristen sesungguhnya harus hidup, diajar oleh kehidupan dan tingkah lakunya sendiri bahwa Sabat adalah suatu saat pertemuan kudus (masa berkumpul yang diperintahkan) bagi umat Allah, seperti yang diajarkan di dalam Imamat 23:3. Teladan dan kebiasaan Yesus di catat di dalam Lukas 4:16, di sana dikatakan bahwa Yesus "menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab." Sabat yang sesungguhnya adalah suatu hari yang secara khusus diperuntukkan bagi penyembahan dan penghormatan terhadap Allah oleh mereka yang dipanggil menjadi pelayan-pelayanNya. Hari Sabat ini adalah suatu masa khusus yang dipergunakan untuk memberitakan dan menjelaskan firman Allah beserta hukum-hukumNya yang hidup. Adalah tugas bagi setiap umat Kristen untuk menemukan Jemaat Allah yang benar, jemaat dimana ia dapat benar-benar menyembah Allah di dalam "roh dan kebenaran". Suatu Jemaat yang dengan benar merayakan Sabat Allah dan mengajarkan umat Kristen untuk "hidup dari setiap firman Allah."
Terdapat banyak gereja yang percaya akan hari Sabat dan juga di dalam kepatuhan perintah keempat. Bagaimanapun juga, kebanyakan dari gereja-gereja tersebut, didalam ajaran dan tindakan mereka, melanggar satu atau lebih perintah-perintah Allah yang lain secara langsung. Ketahuilah bahwa Yesus hanya mendirikan satu Jemaat (Matius 16:18), yang mana jemaat tersebut melakukan seluruh perintah Allah. Sesungguhnya anda perlu untuk menemukan Jemaat ini. Untuk itu kami menyarankan anda untuk memesan buklet kami yang berjudul "Jemaat Allah di Sepanjang Masa." Kita juga menawarkan suatu pelayanan yang dapat membantu anda memahami keberadaan Jemaat Allah pada saat ini dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang anda miliki. The Living Church of God memiliki minister di seluruh bagian Amerika Serikat dan negara-negara di dunia. Para minister kami akan siap memberikan konseling kepada anda secara pribadi dan menjawab pertanyaan apapun yang anda miliki tentang Jemaat Allah atau perihal perayaan hari Sabat. Kami tidak akan pernah mengunjungi anda jika anda tidak meminta kami untuk mengunjungi anda terlebih dahulu. Hanya jika anda, dari diri anda sendiri, ingin membicarakan hal-hal rohani yang penting dengan pelayan Allah yang berkualitas dan setia, maka anda perlu dan dapat menghubungi kami. Kita akan sangat berbahagia untuk mengirimkan seorang dari minister kita untuk mengunjungi anda.
Bergembiralah di dalam hari Sabat Allah
Belajarlah untuk merayakan hari Sabat di dalam cara yang positif! Gunakanlah hari ketujuh yang Allah sisihkan dan kuduskan sesusai dengan cara yang Ia inginkan, yaitu untuk beristirahat dari pekerjaan dunia, untuk berdoa, untuk belajar, dan untuk merenung Firman Allah serta tujuan dari keberadaan manusia. Lakukanlah hal yang baik kepada orang lain, misalnya untuk memelihara mereka yang sakit, serta untuk mengunjungi mereka yang mengalami kesusahan. Berkumpullah dengan umat Kristen benar lainnya di dalam hari Sabat jika hal ini memungkinkan bagi anda untuk menemukan perkumpulan terdekat mereka. Hari ketujuh yang Allah sucikan adalah suatu hari yang diperintahkan oleh Allah dan merupakan suatu waktu yang diberkati oleh Allah untuk beristirahat, menyembah dan memikirkan kunci-kunci penting dari arti kehidupan. Jika anda memiliki keragu-raguan tentang bagaimanakah anda harus merayakan hari Sabat, maka anda dapat memesan buklet kami yang berjudul "Hari Apakah Hari Sabat Umat Kristen?" Dengan memahami dan merayakan dengan benar perintah keempat untuk merayakan hari-hari Sabat Allah yang suci, maka hal tersebut adalah salah satu dari berkat terbesar yang diberikan oleh sang Pencipta kepada anak-anak manusia! Hal ini adalah suatu tanda, antara manusia dan Allah yang benar. Oleh karenanya ingatlah dan pertahankanlah kesuciannya!
Prepared by:
Bambang Wiyono
081 2327 3886
Website:
http://muridyesuskristus.blogspot.com
Milis :
http://groups.yahoo.com/group/fullgospel_indonesia
Catatan : Sebagai umat Kristen, kita harus hidup seperti Yesus Kristus hidup ( I Yoh 2:6 ), yaitu mentaati dan melaksanakan KESEPULUH PERINTAH ALLAH, jangan sampai ada satu perintahNya yang dilanggar, agar kita hidup berkenan dihadapanNya

Perintah Kelima

Perintah Kelima
Oleh : Roderick C. Meredith, Living Church of God
Kejahatan dan ketidakhormatan kaum muda pada saat ini benar-benar mengkarakterkan keadaan zaman di mana kita hidup. Jumlah rumah tangga yang hancur pun juga meningkat. Kejahatan anak-anak muda benar-benar meroket! Beberapa tahun yang lalu, salah satu dari pihak berwajib yang dihormati di dalam hal menangani masalah remaja di Amerika, hakim Samual. S. Leibowitx, merencanakan untuk menemukan jawaban dari kefrustasian pemuda Amerika. Ia memutuskan untuk pergi ke negara barat yang hanya memiliki tingkat kejahatan remaja paling rendah: negara itu adalah Italia. Ia mencari tahu dari polisi dan petugas sekolah di seluruh penjuru negeri. Dan ternyata dari setiap pelosok Italia ia mendapatkan jawaban yang sama, yaitu bahwa remaja Italia tersebut memiliki rasa hormat terhadap pihak yang berwenang/penguasa. Hakim Leibowirtz mengunjungi rumah-rumah di Italia untuk menemukan alasannya. Ternyata di sana ia menemukan bahwa bahkan di rumah yang paling miskin sekalipun, istri dan anak-anak menghormati ayah sebagai kepala keluarga. Ia menemukan bahwa cara hidup modern yang berpegang pada prinsip "lakukan apa pun yang engkau sukai" dan cara hidup yang selalu mengijinkan seorang anak untuk melakukan segala sesuatu ternyata tidak dapat membuat seorang anak benar-benar berbahagia dan seimbang. Seorang anak sesungguhnya membutuhkan tembok-tembok pembatas dari kedisiplinan dan peraturan di dalam kehidupan mereka untuk menunjukkan kepada mereka seberapa jauh mereka dapat dan diperbolehkan untuk melakukan sesuatu hal. Sama dengan apa yang diharapkan baginya ketika ia dewasa nanti, demikian pulalah seorang anak harus didisiplin untuk melakukan hal-hal yang baginya tidak ingin ia lakukan. Dari masa kecil, seorang anak harus diajarkan untuk menghormati dan mematuhi orang tuanya.
Hakim Leibowetz menyimpulkan penyelidikannya di dalam kalimat yang menyatakan pemecahan permasalahan kenakalan remaja. Kalimat tersebut adalah: Letakkanlah kembali fungsi ayah sebagai kepala keluarga. Jawaban yang menarik bagi permasalahan kenakalan remaja diberikan oleh seorang individu yang terpandang. Yang mana jawaban tersebut jauh lebih dalam dari apa yang pernah disadari dan dipikirkan oleh orang. Jawaban tersebut masuk langsung ke sumber permasalahan, yang tidak lain adalah kurangnya rasa hormat terhadap kekuasaan, yang dimulai dari masa ketika bayi sampai dewasa. Asal permasalahan ini bersumber pada masa kanak-kanak, yaitu di rumah! Jauh sebelum seorang anak mengetahui keberadaan dari gereja, sekolah atau bangsa, ia sesungguhnya membentuk suatu sikap dan tingkah laku tentang bagaimanakah ia bertingkah laku terhadap mereka yang lebih tua di dalam lingkungan masa kecilnya, rumah dan tetangga. Dikembangkan pada saat kanak-kanak, karakter ini akan terus berdampak dan mempengaruhi pikiran dan tindakannya selama sisa hidupnya secara alami!
Perintah Kelima Dinyatakan
Keempat perintah pertama memberikan suatu definisi dari hubungan antara manusia dengan Allah. Perintah-perintah tersebut mengajarkan kepada kita tentang kebesaran dari kekuatan dan nama Allah serta membimbing kita untuk selalu mengingat Allah sebagai Pencipta dari kita semua. Perintah kelima di letakkan pertama kali dari perintah-perintah yang mengatur hubungan antar manusia. Perintah ini bukan hanya penting di antara perintah-perintah yang lain, tetapi juga, ketika kita memahami artinya secara mendalam, perintah ini juga berperan sebagai suatu "jembatan" di antara dua bagian dari hukum Allah. Karena kepatuhan terhadap perintah yang kelima sesungguhnya berhubungan secara langsung dengan kepatuhan dan pengagungan terhadap Allah sendiri! Pencipta kita mengetahui tentang hal ini ketika Ia mewahyukan perintah ini dengan menjadikannya "perintah pertama yang memiliki janji untuk diberikan jika dipatuhi" (Efesus 6:2,3). "Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu." (Keluaran 20:12). Mengapakah kita harus menghormati orang tua kita? Jawaban yang diberikan oleh Alkitab benar-benar menyatakan tingkat kedalaman perintah ini dan hal yang dimilikinya.
Jika saja setiap orang tua di bumi ini sadar akan pengaruh yang besar dari kepatuhan terhadap perintah kelima yang diberikan oleh Allah di dalam kehidupan seorang anak khususnya dimasa selanjutnya! Perintah ini adalah salah satu dari kesepuluh hal terbesar yang dinyatakan di dalam hukum rohani Allah yang abadi. Dibawah sistem Wasiat Lama, upah dari pelanggaran perintah ini yang baik dilakukan secara langsung maupun diingini adalah kematian! "Siapa yang memukul ayahnya atau ibunya, pastilah ia dihukum mati.Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya, ia pasti dihukum mati." (Keluaran 21:15, 17). Ayat-ayat ini menyatakan tentang bagaimanakah pentingnya perintah ini di mata Allah! Rumah dan keluarga adalah dasar dari suatu masyarakat yang baik. Hubungan antara anak-anak dan orang tua mereka adalah suatu hubungan yang dengan tepat mencerminkan suatu hubungan rohani antara umat Kristen dan Allah. Pelajaran-pelajaran penting tentang karakter di dalam hubungan tersebut adalah suatu hal yang sangat berarti bagi kelangsungan hidup anak-anak tersebut selama sisa hidup mereka dan bahkan selama-lamanya! Di dalam pandangan anak kecil, orang tua itu memiliki peranan seperti Allah. Orang tua yang penuh kasih dan perhatian adalah sumber dari kecukupan, perlindungan, pengajaran, dan pemberi hukum. Pelatihan diri dini yang diberikan kepada anak-anak tentang hubungan yang penting ini akan sangat menentukan bagaimanakah mereka nantinya memiliki hubungan yang lebih luas yaitu dengan masyarakat. Dan akhirnya, hal ini dengan jelas akan berdampak terhadap hubungannya dengan Bapa rohaninya di sorga.
Keagungan dan Hormat bagi Orang Tua
Wasiat Baru memperdalam dan memperluas arti dan pelaksanaan perintah ini di dalam banyak hal. Rasul Paulus menuliskan: "Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena haruslah demikian. Hormatilah ayahmu dan ibumu -- ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini:" (Efesus 6:1-2). Perintah untuk menghormati ayah dan ibu pada akhirnya diaplikasikan kepada kita di seluruh kehidupan kita. Suatu hal yang harus kita perhatikan disini adalah bahwa ternyata anak-anak secara khusus diperintahkan untuk mematuhi orang tua mereka "di dalam Tuhan". Karena kurangnya pengalaman dan pemahaman, seorang anak harus diajarkan untuk mematuhi orang tuanya secara langsung dan tanpa alasan apapun. Penjelasan dan alasan dapat dan sudah seharusnya diberikan kepada seorang anak sejalan dengan berjalannya waktu. Namun, pada saat ketika perintah orang tua diberikan, mungkin alasan masih belum dapat diberikan! Oleh karenanya adalah penting bagi seorang anak untuk diajarkan patuh tanpa bertanya tentang alasannya kepada orang tuanya. Karena, sampai saat ketika anak-anak muda mulai berkembang, orang tua sesungguhnya masih berada di posisi yang mewakili Allah. Dan Allah memberikan mereka tanggung jawab untuk mengajarkan dan menuntun anak-anak mereka dengan tepat.
Kepatuhan "di dalam Tuhan"
Secara langsung orang tua sesungguhnya, dengan ikatan perintah kelima, diharuskan untuk membuat diri mereka dapat dihormati. Agar dihormati, seorang manusia harus juga bertingkah laku secara terhormat. Semua orang tua haruslah sadar bahwa mereka adalah wakil Allah bagi anak-anak mereka! Orang tua haruslah memiliki hidup yang baik, terhormat, dan berwibawa sehingga dapat dihormati oleh sang anak. Mereka juga harus mengajarkan kepada anak-anak mereka rasa hormat dan wibawa terhadap kedua orang tua mereka. Sejalan dengan anak-anak tumbuh dewasa, orang tua harus memberikan instruksi kepada anak-anak mereka tentang keberadaan Bapa rohani yang agung diatas segala yang hidup, Allah Pencipta langit dan bumi, Penguasa alam semesta yang kuat dan yang agung. Orang tua Kristen harus mengajarkan kepada anak mereka untuk menghormati dan mematuhi Bapa rohani mereka dengan iman dan kasih yang lebih besar dibandingkan dengan apa yang yang mereka lakukan terhadap orang tua duniawi mereka. Pelajaran terbesar yang dapat diajarkan kepada seorang anak kecil adalah rasa takut dan patuh kepada Dia yang mengatur kehidupan! Oleh karenanya, anak-anak diajarkan untuk memiliki rasa patuh sehingga mereka akan belajar untuk menghormati orang yang memiliki kekuasaan atas hidup mereka/orang yang lebih tua. Pada waktunya sendiri, yaitu ketika pikiran mereka dibuka untuk mengetahui tentang Allah yang agung, maka mereka sudah akan memiliki suatu dasar yang penting dari karakter ilahi, yaitu kepatuhan yang bersumber terhadap kasih akan Allah, dan juga rasa hormat yang tinggi bagi semua hukum dan kekuasaan yang terkait.
Berkat bagi Orang yang Patuh
Rasul Paulus menegaskan ulang tentang berkat yang ada pada perintah kelima: "supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi." (Efesus 6:3). Kepatuhan terhadap perintah kelima secara otomatis akan menyebabkan berkembangnya kebiasaan dan karakter yang akhirnya akan memberikan umur panjang. Seorang muda yang sungguh-sungguh telah dilatih dan dibimbing dengan baik untuk mematuhi perintah kelima ini akan menjadi pribadi yang benar-benar akan menjauhkan diri dari kesemberonohan, kejahatan, teman yang tidak baik, dan bahkan pemberontakan melawan kekuasaan yang sering menyebabkan kematian yang tiba-tiba. Dan, di dalam makna artinya yang dalam, mereka mempelajari untuk menghormati dan mematuhi orang tua mereka dan kemudian Allah sendiri. Hal ini akan membuat mereka memiliki "hidup yang lebih panjang di bumi." Karena, seperti yang dikatakan oleh Yesus; "Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi." (Matius 5:5).
Anak yang patuh akan memiliki berkat yang banyak setiap harinya. Demikian juga rasa aman yang akan dirasakan dan diberikan kepada anak yang demikian. Dan sama seperti yang dikatakan oleh hakim Leibowitz, seorang anak akan merasa bingung jika ia tidak diberitahu batas-batas dari hal-hal yang dapat dilakukannya. Namun jika seorang anak kecil diberitahukan tentang batas-batas kegiatan yang dapat ia lakukan dan tetap tinggal di dalam batas-batas tersebut, maka ia akan merasa lega akan batas-batas yang jelas tersebut dan tanggung jawab yang dimiliki oleh orang tua mereka bagi mereka. Dengan dilakukannya hal ini, maka rasa frustasi dapatlah dikurangi. Anak yang tidak patuh pada kenyataannya adalah anak yang mengalami frustasi, yang mana pikirannya dipenuhi dengan rasa bersalah dan pemberontakan. Seorang anak yang mencintai, menghormati dan mematuhi orang tuanya adalah seorang anak yang amat diberkati. Ia akan cenderung untuk hidup di dalam suasana kehidupan yang lebih berbahagia, penuh arti dan jauh dari permasalahan. Dan di dalam kehidupan rohaninya, ia akan memiliki alur kehidupan yang baik, dan tenang sejalan dengan ia menghormati orang tuanya dan menyembah Allah dengan hati yang gembira dan senang!
Sejauh ini kita telah mempelajari tentang pelaksanaan perintah kelima kepada anak-anak dan orang-orang muda. Bagaimanapun juga, hendaklah kita mengetahui perintah "menghormati" orang tua sesungguhnya bukan hanya diperuntukkan atau dialamatkan kepada anak-anak, tetapi juga kepada setiap orang.
Bahkan Anak-Anak Yang Sudah Dewasa Sekalipun Harus Tetap Menghormati Orang Tua Mereka
Mungkin akan terdapat suatu waktu ketika seseorang tidak perlu lagi untuk mematuhi orang tua mereka secara ketat. Namun ketahuilah bahwa tidak akan pernah ada saatnya ketika orang dipebolehkan untuk tidak menghormati orang tua mereka. Kata "menghormati" memiliki suatu arti yang jauh lebih besar daripada hanya kepatuhan. Kata ini menyatakan rasa hormat yang tinggi, sama seperti kata "layak", "kebaikan" dan "urutan". Hal ini menunjukkan suatu rasa hormat dan pengagungan yang tinggi. Seseorang yang mematuhi orang tua mereka dengan baik di masa kanak-kanak akan dengan sendirinya menunjukkan rasa hormatnya bagi orang tuanya di dalam penghargaan. Orang tersebut akan menghargai perasaan tenang dan pelatihan yang diberikan oleh orang tuanya di masa kanak-kanaknya. Rasa hormat ini akan ditunjukkan di dalam tingkah laku yang sopan, bijaksana dan baik. Sejalan dengan bertambahnya kematangan diri kita, semakin tahulah kita tentang segala usaha yang dilakukan oleh orang tua kita yang setia dan penuh kasih bagi kesejahteraan hidup kita. Bagaimana mereka telah menghabiskan waktu kerja yang sangat panjang dan lama untuk mencari nafkah bagi kita, mencurahkan pemikiran yang dalam bagi kehidupan kita dan bahkan berdoa dengan tidak henti-hentinya bagi kita. Bagi pria dan wanita yang baik, adalah suatu kesenangan untuk membalas kasih dan cinta yang diberikan oleh orang tua kepada mereka. Di hari tuanya, banyak orang tua yang sesungguhnya membutuhkan perhatian dan kekariban dari anak-anak mereka melebihi berkat yang lainnya. Oleh karenanya marilah kita sekarang berpikir dan bertindak untuk membalas kasih yang tidak terbatas yang telah diberikan oleh orang tua kita kepada kita!
Suatu hal yang memalukan dari masyarakat Kristen kita adalah banyaknya orang tua yang hanya mendapatkan uang jaminan hari tua yang sangat kecil yang mereka dapatkan dari agen-agen pemerintah. Di dalam banyak kasus, anak-anak sesungguhnya dapat tetapi tidak berkeinginan untuk menyediakan suatu kenyamanan tambahan bagi orang tua mereka. Yesus Kristus memberikan suatu penjelasan yang sangat gamblang tentang perintah kelima beserta penerapannya. Di masa ketika Ia hidup, banyak orang muda yang berusaha untuk menghindarkan diri mereka dari perihal menyediakan kebutuhan bagi orang tua mereka. Mereka mencoba untuk memaklumkan diri mereka dengan alasan-alasan yang sedemikian rupa. Mereka mengatakan bahwa dana yang sesungguhnya dapat ditujukan untuk membantu orang tua mereka telah diperuntukkan bagi pelayanan altar, yaitu yang disebut "Qorban/Qurban". Patutlah diketahui bahwa dana semacam ini bukanlah bagian dari persepuluhan Allah, tetapi suatu persembahan tambahan yang biasanya digunakan untuk mendapatkan kemurahan di dalam mendekati Allah. Menghadapi ahli agama yang munafik ini, Yesus mengatakan: ""Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat istiadatmu sendiri. Karena Musa telah berkata: Hormatilah ayahmu dan ibumu! dan: Siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya harus mati." (Markus 7:9-10). Sekarang perhatikanlah bagaimanakah orang-orang munafik ini "mengutarakan" pendapat mereka berkenaan dengan perintah ini! Yesus melanjutkan: "Tetapi kamu berkata: Kalau seorang berkata kepada bapanya atau ibunya: Apa yang ada padaku, yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah digunakan untuk korban -- yaitu persembahan kepada Allah--, maka kamu tidak membiarkannya lagi berbuat sesuatu pun untuk bapanya atau ibunya. Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadat yang kamu ikuti itu. Dan banyak hal lain seperti itu yang kamu lakukan." (ayat 11-13). Yesus mengutuk para orang munafik ini. Dengan jelas Ia mengatakan bahwa seorang Kristen haruslah memberikan bantuan jasmani dan keuangan kepada orang tua mereka yang sudah lanjut usia jika hal ini memungkinkan dan jika orang tua mereka berada di dalam keadaan yang membutuhkan. Orang tersebut tidak diperkenankan untuk memberikan alasan kepada dirinya sendiri dengan mengatakan bahwa semua dana tambahan yang dimilikinya tersebut "diperutukkan bagi Allah"! Inilah suatu bagian kepatuhan kita terhadap perintah kelima.
Teladan Pribadi Yesus Sendiri
Yesus Kristus menghidupkan pesan yang Ia ajarkan. Teladan hidupNya sendiri adalah suatu gambaran yang baik dari kepatuhan akan perintah kelima. Sesaat sebelum kematianNya, Yesus berkata: "Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya."(Yohanes 15:10). Melalui kepatuhan kepada Bapa sorgawiNya, dan kepada orang tua duniawiNya, Yesus tumbuh di dalam hikmat dan kematangan bahkan ketika ia masih remaja. Di dalam saat-saat menjelang kematianNya sekali pun, yaitu ketika Ia harus menderita di dalam kematian yang paling mengenaskan yang pernah dirancang oleh manusia, Yesus menghormati dan mengasihi ibuNya sampai akhir hayat. Sesaat sebelum ia meninggal di kayu salib, Yohanes menuliskan: "Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: "Ibu, inilah, anakmu!" Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Inilah ibumu!" Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya." (Yohanes 19:26-27). Disini Yesus memberikan pesan terakhir kepada Yohanes untuk memelihara ibuNya, yaitu setelah kematianNya.
Pada saat ketika semua manusia dipenuhi dengan kepentingan bagi diri mereka sendiri, Yesus masih mengingat perintah kelima dan memberikan suatu kasih dan penghormatan kepada wanita yang melahirkanNya, yang memeliharaNya sejak kecil, yang mengajariNya Alkitab, dan yang tidak malu untuk menunggui anakNya menjelang kematianNya dengan meratapiNya. Ingatlah teladan sempurna dari Yesus Kristus! "Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu." (Keluaran 20:12).
Prepared by:
Bambang Wiyono
081 2327 3886
Website:
http://muridyesuskristus.blogspot.com
Milis :
http://groups.yahoo.com/group/fullgospel_indonesia
Catatan : Sebagai umat Kristen, kita harus hidup seperti Yesus Kristus hidup ( I Yoh 2:6 ), yaitu mentaati dan melaksanakan KESEPULUH PERINTAH ALLAH, jangan sampai ada satu perintahNya yang dilanggar, agar kita hidup berkenan dihadapanNya